BAB 3.5 : TATUNG

775 96 2
                                    

Mirah Rayek sebenarnya bisa saja menghabisi dua bocah tadi namun hasratnya untuk segera mendapatkan 'benda berharga' yang tersimpan di dalam gudang membuatnya tidak sabar untuk sekedar meluangkan waktu barang semenit saja untuk menghabisi Panji dan Sitanggang. Ia dengan tergesa langsung berlari ke arah gudang yang tadi dijaga sekumpulan prajurit dan dua Lokapala yang barusan ia kalahkan. Para prajurit itu sudah tidak tampak di sana, namun Mirah Rayek tak mempedulikan keadaan tersebut. Ia malah makin bersemangat merobek pintu besi gudang itu dengan Sika Warak di tangannya bak pisau merobek kain usang saja.

Kemudian ia dengan bersemangat masuk ke dalam gudang yang ternyata masih memiliki satu pintu besi lagi di ujung lorong. Mirah Rayek segera berlari ke arah ujung lorong namun tiba-tiba saja ada sesuatu yang terlempar ke arahnya. Mirah Rayek langsung menyilangkan Sika Warak di hadapan tubuhnya dan benda yang terlempar ke arahnya itu pun berbenturan dengan dua Sika Warak di tangan Mirah Rayek. Sejumlah besar percikan api timbul akibat benturan itu ditambah dengan getaran kuat yang membuat Mirah Rayek terpaksa melepaskan Sika Warak. Dua pedang kembar itu jatuh berkelontangan di lantai seiring kembalinya benda misterius tadi ke tangan pemiliknya : sesosok wanita berzirah mirip Lokapala dengan warna dominan kuning keemasan dan membawa sebuah terabi (perisai Dayak) di punggungnya.

"Sudah kuduga para cowok itu tak bisa diandalkan," keluh wanita yang mengenakan zirah itu sembari melompat turun dari kuda-kuda itu.

*****

Di tempat yang lain, Oka yang memperhatikan kedatangan Lokapala baru itu dari citra kamera CCTV gudang tiba-tiba teringat soal perkataan Sitanggang tempo hari.

Si Tukang Penggal Kepala! Begitu kata Sitanggang, perkataan yang baru Oka pahami maksudnya sekarang.

Dengan terabi dan mandau di tangannya, citra sebagai tukang penggal kepala memang rasanya pantas disematkan pada Lokapala satu ini karena motifnya jelas tampak mengambil motif pengayau – pemburu kepala – Dayak.

"Tatung!" Denny memberi perintah kepada Lokapala baru tersebut, "Habisi dia! Jangan ragu!"

"Siap Profesor!" mandau di tangan Tatung ia sabetkan, kakinya ditekuk dengan posisi terabi di depan tubuh. Posisinya sedikit banyak mengingatkan Oka pada macan yang siap menyerang.

Mirah Rayek mengibaskan tangannya dan sejumlah selendang hitam meluncur ke arah Tatung. Tapi Tatung melompat tinggi ke arah kuda-kuda bangunan gudang lalu tak sampai dua detik di atas sana ia sudah menjatuhkan diri dan menghantam kepala Mirah Rayek dengan keras. Kroda itu mundur dengan terhuyung lalu tiba-tiba rasa takut menjalarinya kembali.

Meski ia tak dapat melihat wajah lawannya yang tertutup topeng, namun ia dapat merasakan bahwa lawannya ini berniat membunuhnya. Niat membunuh Tatung bahkan melampaui niat membunuh Merah Mege saat ia menemuinya terakhir kali dahulu. Namun ketergunannya itu hanya berlangsung sesaat, karena ia tiba-tiba saja sudah dikejutkan dengan sabetan mandau yang 1 mili lagi nyaris memisahkan kepalanya dari tubuhnya. Mirah Rayek melayang mundur tapi sekali lagi lawannya mengejar dengan melompat layaknya macan menerkam lawan sembari menyabetkan mandaunya sekali lagi.

Mirah Rayek sudah mulai terjepit. Ia berusaha untuk keluar dari gudang ini sesegera mungkin. Ia sampai lupa bahwa kalau ia sebaiknya tidak melarikan diri, Purusa tidak akan senang dengan keputusan yang ia ambil. Namun sekali lagi Mirah Rayek sudah tidak peduli lagi. Mirah Rayek langsung ambil langkah seribu dengan berlari ke arah pintu keluar. Tatung yang melihat hal itu segera mencabut pistol lasernya dan menembaki Mirah Rayek tapi musuhnya itu sudah keburu kabur dan terbang melayang melampaui sebuah gudang dan tak terlihat lagi.

"Hubungkan layar itu dengan CCTV seluruh kota, Oka! Cepat!" perintah Denny.

Yang diperintah segera melakukannya dan tampak Mirah Rayek masih belum terlalu jauh kabur dari sana. Jari-jemari Denny kembali kembali mengetikkan baris perintah, mengirimkan koordinat Mirah Rayek serta citra kamera CCTV kota yang menangkap sosok itu ke visor Tatung. Gadis yang ada di balik helm Tatung itu langsung memberi anggukan tanda mengerti lalu berbicara pada sosok Usana pendampingnya.

"Ayo Sarita, mari kita hakayau (berburu kepala)!"

Sesosok Usana mirip manusia berwujud kuning samar muncul di layar visornya dan menjawab, "Aram Tatung! Aku iyur!" (Mari Tatung! Aku setuju! - Bahasa Dayak Iban)

*****

Ada dua golongan utama dalam masyarakat Dayak yang memiliki reputasi 'layak untuk ditakuti'. Yang pertama adalah pengayau – pemburu kepala, golongan prajurit yang lazim berjalan menembus hutan untuk menyerang desa musuh dan membunuh musuh-musuh mereka dengan melakukan kayau – memenggal kepala. Yang kedua adalah balian atau belian, golongan masyarakat Dayak yang memiliki kemampuan supranatural 'lebih' dan mampu melihat serta berkomunikasi dengan makhluk-makhluk alam lain.

Tatung adalah kombinasi keduanya. Ia yang memakai zirah Tatung mampu melihat tabir ilusi yang tadi dipakai Mirah Rayek untuk menipu Sitanggang dan Panji – hanya karena perintah Denny-lah ia tak beranjak sedari tadi untuk membantu kedua rekannya. Sementara Usana yang menghuni zirahnya adalah manifestasi dari seorang pengayau. Sarita namanya. Wanita, bukan pria sebagaimana lazimnya pengayau. Apa sebabnya Sarita menjadi pengayau masihlah belum jelas. Si pengguna zirah Tatung belum pernah diberitahu apa alasan Sarita menjadi pengayau.

Tapi kemampuan Sarita tak boleh diremehkan. Ia memberi Tatung kecepatan dan kegesitan yang melampaui Lokapala lainnya. Dengan sekali hentakan kaki, Tatung melayang menuju ke atap gudang yang tadi dipijak Mirah Rayek dan dengan sekali hentakan kaki lagi, Tatung terjun bebas ke pelataran di belakang gudang lalu berlari ke arah jalan raya yang letaknya sekitar 50 meter dari kompleks gudang.

Mirah Rayek tidak ia temukan di sana. Wajar saja, karen dari rekaman CCTV, ia mendapati bahwa Kroda itu telah berubah rupa menjadi seorang wanita paruh baya berbusana modis dan mencegat sebuah taksi. Ia sih mau-mau saja mengejar dan mencegat taksi itu sekarang tapi sesuai latihan yang ia terima, jika Kroda telah melakukan kontak dengan orang sipil maka minimalisir kontaknya.

Jip lapis baja, bantuan dari Unit V, tiba tak sampai semenit untuk menjemputnya. Tatung segera naik dan menginstruksikan jip itu untuk mengikuti arah taksi yang sudah dipantau Oka dan Denny dari markas pusat.

*****

Mirah Rayek merasa dirinya sudah aman ketika taksi yang ia tumpangi tiba di kondominium tempat ia tinggal. Ia cepat-cepat membayar taksi dengan uang lebih lalu cepat-cepat masuk ke kondominium dan naik ke lantai atas, tempat ia tinggal. Ketika ia telah sampai di pintu kamarnya, ia cepat-cepat membuka pintu lalu menutupnya dengan setengah dibanting sembari bersandar ke pintu yang telah tertutup itu.

"Perjalanan Anda menyenangkan Nyonya?" tiba-tiba terdengar suara seorang gadis muda dari dalam kamar tempat ia biasa tidur.

Mirah Rayek merasa jantungnya seolah mau copot mendengar suara itu. Ada penyusup di apartemennya dan ia sudah ketakutan jika suatu kemungkinan terburuk yang ia pikirkan sedari tadi terjadi.

"Nyonya mungkin terlalu formal?" Tatung tiba-tiba saja keluar dari kamar tidur Mirah Rayek, masih menenteng mandau dan terabi, membuat wajah Mirah Rayek pias dan penuh teror.

"Pergi! Pergi! Aku tidak ada urusan denganmu!" seru Mirah Rayek.

"Anda ingin saya pergi? Silakan saja, tapi harganya adalah kepala Anda, Nyonya Kroda atau entah siapa namamu?"

"Kamu tidak tahu berhadapan dengan siapa bocah!" Mirah Rayek mulai mengancam, berharap lawannya akan gentar.

"Aku tahu berhadapan dengan siapa, Nyonya Kroda. Seorang pengecut yang bisanya hanya memohon belas kasihan sambil mencuri milik orang yang bukan hak miliknya," Tatung mengacungkan mandaunya ke arah Mirah Rayek.

Mirah Rayek berpikir ia bisa menggunakan koleksi pedang antik yang ada di belakang Tatung untuk memberikan sedikit perlawanan sebelum ia kabur lagi. Ia memunculkan kembali ke wujud krodanya, lalu dengan cepat selendang hitamnya ia arahkan ke arah musuhnya untuk sedikit menjeratnya sembari mengambil senjata. Namun naas.

Selendangnya memang berhasil meraih rak berisikan sejumlah pedang antik namun dalam waktu yang tak berapa lama kepalanya sudah menggelinding di lantai. Terpisah dari tubuhnya sembari mengucurkan darah hitam berbau amis.

"Misi selesai," ujar Nara pada Prof. Denny melalui layar visornya.

"Bagus, lekas pergi dari situ. Kita akan menutupi masalah ini dari mata publik," ujar Denny.


Lokapala Season 1 : Usana | #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang