Sepuluh

8.7K 659 4
                                    


"Aku akan melakukan apa pun demi membalas ciumanmu tadi pagi, sayang." Evan masih bersikeras memohon padaku. Sejak aku selesai mandi hingga di dalam mobil. Aku bertanya-tanya kemana arah pikirannya sementara dia memohon padaku berulang kali, dia sedang menyetir! Ya Tuhan, jika memang dia ingin membunuhku sekarang karena pikirannya tidak fokus ke depan.

"Kau sedang menyetir mobil, Evan! Pasang matamu ke depan!" bentakku.

"Bagaimana mataku bisa ke depan jika di sampingku pemandangannya lebih menarik!" teriaknya. Tapi aku tahu dia tidak sedang marah. Justru aku tersipu. "Baiklah, aku suka pipimu yang merah muda." Tiba-tiba satu kecupan sudah mendarat di pipiku.

"Hei!" protesku.

"Kau semakin merah muda. Aku akan menciummu lagi nanti," godanya.

"Perhatikan jalanmu, Evan Wright!"

"Aku berharap ada lampu lalu lintas yang durasi merahnya satu jam. Aku ingin memandangimu."

Sialan. Bisakah aku tidak tersipu sepanjang pagi?

"Kenapa kau tidak bekerja di New York saja? Di perusahaanku misalnya. Aku yakin ada posisi untukmu. Jadi asisten pribadiku di rumah. Memasak untukku. Menungguku pulang kantor," komentarnya.

Aku tercekat. Aku tercekat. Apa dia baru saja membayangkan kami tinggal bersama?

"Aku... aku..." Aku tergagap.

"Ya?"

Sial, dia menangkap aku yang gugup. Kontrol dimulai! "Kupikir ini lahanku, Mr. Wright. Aku punya tim yang sempurna. Sungguh ini adalah bayangan kehidupan masa depanku sedaridulu. Kau tahu, menjadi wanita karir."

Evan menaikkan alisnya saat menatapku. Aku hanya tersenyum manis sambil berkedip. "Demi Tuhan, aku tak ingin meninggalkan DC," tukasnya.

"Kau harus. Kau terlalu berlebihan dengan kondisiku semalam."

"Berlebihan? Kau melihatku seperti aku sedang berusaha membunuhmu. Padahal aku ingin memelukmu."

Sungguh? Begitu kah? Aku terlihat seperti akan dibunuh saat ketakutan merayapi diriku lagi? Aku pasti terlihat mengerikan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Evan.

"Ya." Kurasa.

"Apa yang dimaksud Steven dengan menyingkirkan nomor?"

Sial. Kenapa dia teringat!? Steven! "Bukan apa-apa," jawabku santai.

"Baiklah." Suaranya lembut. Dia mengalah. "Tapi aku senang kau menciumku."

Aku tersipu. Aku bahkan tidak tahu dari mana datangnya ide untuk menciumnya.

Kami telah sampai di depan kantorku. Tapi aku tidak terburu-buru. Evan terus memandangiku. Aku bertanya-tanya jika dia punya rasa bosan untuk memandangiku selama seminggu terakhir ini. "Kau cantik, Rosaline Gail."

"Apa kau merayuku, Mr. Wright?"

"Ya." Dia menyeringai. "Aku akan selalu merayumu jika aku bisa mendapatkan ciuman darimu."

Oh, manisnya. Bagaimana bisa aku kebal dengan semua pria tapi tidak dengan dia.

"Kau ingin tahu sesuatu, Evan?"

"Hmm?"

"Aku... tidak pernah mencium bibir seseorang dalam sepuluh tahun belakangan."

Mata Evan melebar. Wajahnya terkejut. "Kau pasti bercanda." Aku tertawa. "Kau memang bercanda, kan?"

Crashing ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang