Dua

14.7K 890 17
                                    

Tidak banyak gaun yang aku miliki. Aku merasa konyol ketika harus berganti pakaian sebanyak tiga kali hanya demi bertemu dengan Wright yang tampan, kaya raya, arogan, dingin, kaku, sopan, lembut, bagaimana aku mengatakannya lagi? Aku bahkan baru mengenalnya beberapa jam yang lalu dari sebuah presentasi. Dia tidak lebih dari klienku. Aku anggap malam ini sebagai acara ramah-tamah. Perutku terasa mual jika menyebut yang satu ini adalah kencan.

Pilihanku jatuh ke gaun hitam polos sepanjang lutut dengan lengan hingga siku dan ketat membentuk tubuhku. Oh, ini adalah hari dimana aku hampir mengenakan sepatu hak tinggi seharian. Sungguh melelahkan. Karena terlalu lama berkutat dengan apa yang aku kenakan, aku masih belum melakukan apa pun terhadap rambutku hingga lima belas menit sebelum jam tujuh. Aku memutuskan untuk mengurai rambut hitam sebahuku.

Hari ini bisa jadi lebih aneh lagi. Aku ingin ini segera berakhir. Aku mengecek ponselku untuk memastikan. Baru kusadari aku bahkan tidak bertukar nomor telepon dengan Wright. Bagaimana dia bisa menghubungiku atau menjemputku? Dimana otakku siang tadi?

Kudapati hanya ada satu pesan dari Steven.

Dari: Steven

Semuanya akan baik-baik saja, Rose.

Oh, dia sangat peduli padaku. Dia sangat tahu aku benci menanggapi kencan. Kali ini aku tidak dalam posisi baik untuk menolak kencan, karena dia adalah klienku. Aku mengetik untuk membalas pesan Steven kesayanganku.

Kepada: Steven

Aku gugup. Sangat. Kau tahu itu.

Balasan Steven tiba dengan cepat. Setelah aku mengirimnya.

Dari: Steven

Semuanya akan baik-baik saja, cantik. Kontrol dirimu. Apa kau sudah berangkat?

Aku mengutuk lagi mengingat si tampan kaya raya itu tidak mempunyai apa pun untuk menghubungiku. Kabar baiknya, malam ini batal. Kabar buruknya—tidak, aku benci hal buruk.

Kuputuskan untuk turun ke lobi dasar dan memastikan memang ada seseorang yang menjemputku. Mungkin aku akan menelpon Steven jika malam ini batal. Lukas tersenyum ke arahku dan aku membalasnya.

"Ada yang menunggumu, Rose. Aku sudah menyuruhnya masuk tapi dia bersikeras menunggu diluar," kata Lukas, ramah.

"Terima kasih, Lukas. Aku akan kesana."

Di luar lobi sudah terparkir SUV silver dengan seseorang seragam serba hitam berdiri di luar pintu apartemen membelakangiku. Seseorang dengan seragam hitam lainnya keluar dari mobil dan menghampiriku.

"Miss Gail, Mr. Wright memerintahkan kami untuk menjemput anda. Kita sudah terlambat sepuluh menit. Silahkan lewat sini."

Bagaimana dia tahu alamat apartemenku ketika aku sendiri belum mengingatnya dengan baik? Dia menyuruh pengawalnya untuk menjemputku. Aku harus bilang apa? Aku tersentuh? atau dasar sok pamer! Aku hanya mengangguk sopan pada pengawal suruhan Wright dan membiarkan mereka membawaku pergi.

Aku terlalu sibuk menatap jari-jariku yang bertautan. Otakku terus mengulang, pesona dan kontrol, pesona dan kontrol. Sehingga aku tidak menyadari ketika tiba di tempat yang dituju dan pengawal Wright membukakan pintu untukku. Baiklah, ini dia. Aku berusaha meyakinkan diri dan melangkah keluar dari mobil.

Pengawal Wright masih mengikutiku di belakang saat masuk ke dalam lobi hotel. Aku sedikit tidak nyaman dengan perlakuan itu, tapi aku masih dalam kontrol yang baik dan masih mengangkat daguku penuh percaya diri. Aku menyebutkan namaku pada pelayan dan mereka mengarahkanku ke ruangan VVIP.

Crashing ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang