Satu

26.3K 1.1K 18
                                    

Tidak heran jika aku membutuhkan satu jam untuk berkutat di rambut hitamku demi membuat sanggul yang rapi. Biasanya aku hanya akan mengikat rambutku kebelakang ekor kuda. Tidak sering aku berpenampilan seperti ini untuk pergi bekerja. Sepatu hak tinggi, kemeja, blazer abu-abu, rok mini yang serasi, semuanya baru. Paha mulusku terpampang, hanya terlindung stoking warna krim yang tidak berbeda dengan kulitku.

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di tempat yang baru. Kenaikan pangkat setelah dua tahun bekerja di perusahaan konstruksi. Baru saja dipindahtugaskan ke kota yang baru. Sekaligus memegang klien penting di hari pertamaku bekerja. Ini hari yang penting karena ini adalah proyek terbesar yang pernah kupegang. Itu alasan yang cukup mengapa aku berpenampilan ekstra.

Mata cokelatku masih terpaku mengamati diri melalui cermin selagi aku membangun kepercayaan diri. Baiklah, ini dia Rosaline Gail. Pesona dan kontrol. Kau bisa melakukan ini semudah biasanya. Aku mengangkat dagu dan menguji senyuman di bibirku. Kuambil tas kerjaku dan aku siap untuk hari ini.

Penjaga apartemen sudah membukakan pintu taksi yang sudah kupesan saat aku turun ke lobi. Dia mungkin masih berusia empat puluh tahunan. Betapa pun rambutnya mulai ditumbuhi uban, dengan senyum keramahannya dan setelan rapinya, dia terlihat muda.

"Selamat pagi, Miss Gail," sapanya ramah padaku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman ramah. Itu cara sopan ketika tidak mengetahui nama seseorang, kan? Atau dalam kasus ini, aku lupa, karena aku baru saja pindah kemarin. Tapi aku terselamatkan dengan tanda pengenal yang tersemat di kemejanya. "Terima kasih, Lukas. Kau bisa memanggilku Rose saja."

Lukas hanya tersenyum dan mengangguk sopan. Kemudian menutup kembali pintu penumpang.

Taksiku melaju konstan. Tidak terlalu cepat maupun lambat. Mengingat ini adalah jam pagi di Washington DC. Aku beruntung tidak terjebak macet. Karena itu tidak ada dalam daftar yang kuperhitungkan pagi ini. Aku belum terlalu mengenali jalanan kota ini. Jadi aku hanya mengatakan alamat kantorku dan membiarkan sopir taksi membawaku.

Tepat pukul 8:38, aku melakukan absen bersama dengan partnerku, sahabatku, saudara bagiku, Steven Brough. Dia sudah bersamaku sejak berada di kantor yang lama. Meskipun dia harus menunggu empat tahun untuk kenaikan jabatan ini. Itu artinya dia sudah bersamaku sejak aku berkarir. Dia dua tahun lebih tua dariku. Tentu saja kami masih lajang, karena kami masih bisa meninggalkan kecupan di pipi seperti pagi ini.

"Rosaline sayang, kau luar biasa," kata Steven sambil memutar tubuhku sementara matanya berkedip-kedip begitu terpana. Kurasa bukan hanya dia yang berkedip-kedip. Beberapa orang di sekitarku juga demikian.

Aku jadi besar kepala.

Steven bahkan juga sudah siap menghadapi apa pun yang akan terjadi hari ini. Dia memakai kemeja biru pucat dengan dasi biru gelap yang cocok dengan mata birunya, kulit putihnya dan rambut pirangnya yang cepak. Dia selalu terlihat tampan saat pagi hari, bersiap untuk bekerja.

"Ini hanya untuk hari ini, kau tahu. Aku susah payah dengan semua ini. Jika tender kita kali ini tidak berhasil, aku akan mengumpat mati-matian karena aku menambah tinggi hak sepatuku sebesar dua senti. Itu sudah cukup menyiksaku," gerutuku.

"Sering-seringlah berpakaian seperti itu. Dalam waktu seminggu, mungkin aku akan melamarmu," godanya.

Aku tersipu. Itu pujian pagi hari yang cerdas untuk seorang wanita yang masih lajang. Betapa pun aku tahu, dia tidak bersungguh-sungguh akan melamarku. Aku juga tidak berharap begitu.

Aku dan Steven naik dengan lift menuju lantai lima belas. Untungnya aku dan Steven ditempatkan di ruang yang sama. Kami berkenalan dengan karyawan di sekitar ruangan kami. Well, mereka cukup ramah. Itu melegakan.

Crashing ControlOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz