Married 38

142K 5.4K 107
                                    

Setelah mandi dan bersiap siap, semua orang sudah ada di lantai bawah. Tepatnya di halaman belakang tempat acara yang bernuansa garden party itu dilaksanakan.

"Selamat ya, Zolla, Jonathan." Ucap orangtua mereka dan teman teman mereka.

"Thanks guys... Makasih ma, pa, mi, pi." Ucap Zolla yang malam ini terlihat mengenakan dress peach selutut, flatshoes peach, dan dengan rambut dibuat curly di bagian bawahnya. Sedangkan Jonathan mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja peach dan dasi hitam yang dipadukan dengan sepatu hitam. Dia hanya menanggapi ucapan itu dengan tersenyum kepada orangtua dan teman temannya.

Setelah itu semua sibuk dengan acaranya sendiri. Para orangtua berbincang. Nathan dan Claire memanggang barbeque, dibelakangnya tampak Emily dan Steven yang mengawasi gerak gerik keduanya.

"Woy... Gausah diliatin gitu juga kali." Ucap Jonathan yang datang bersama Zolla.

"Kalo mereka macem macem gimana? Kalo Nathan modus ke Claire gimana?" Ucap Emily sambil menatap tajam keduanya.

"Yaelah... Nathan baik kali. Ga mungkin dia kaya gitu. Nih ya gue kasih tau." Ucap Jonathan sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Emily. "Nathan belum pernah pacaran." Ucap Jonathan lalu menjauhkan wajahnya. Wajah Emily memanas seketika.

"Dia pilih pilih kali kalo urusan cewek." Ucap Zolla di sampingnya.

"Tapi kan, Everything could be changes. Ya lo aja enak tuh udah nikah. Lah kita... Hahh... Pengen nikah muda gue." Ucap Steven putus asa.

"Terserah lo deh. Gue ambil makan dulu. Ayo, Zoll." Ucap Jonathan sambil meraih pinggang Zolla dan memeluknya posesif. Wajah Zolla memerah.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Jonathan. Zolla menggeleng. "Aku yang mestinya ngambilin kamu, Jon." Dia meraih piring dan mengambil makanan untuk Jonathan, kemudian untuknya.

"Kita makan di halaman depan aja yuk. Rame disini." Ucap Jonathan yang membawa dua gelas milkshake di tangannya. Rasa coklat dan vanilla.

Zolla mengangguk dan mengikuti Jonathan ke halaman depan. Mereka duduk di kursi panjang dengan meja di depannya.

Mereka meletakkan makanan mereka dan mulai makan. Tiba tiba, suasana menjadi awkward. Tidak ada yang membuka percakapan satu sama lain. Hanya dentingan piring dengan pisau dan garpu yang meramaikan suasana.

Zolla semakin merasa tidak nyaman. "Jon." Jonathan yang sibuk dengan makanannya berhenti dan menatap Zolla.

"Hm?" Tanyanya sambil mengusap ujung bibir Zolla yang tenodai oleh kecap dari roasted beef.

"Aku gak bisa ngebayangin kalo kita jauh gimana." Ucap Zolla menatap Jonathan dalam.

"Aku seneng kamu bisa masuk ke Oxford. Tapi... Yang aku gak bisa itu jauh dari kamu. Aku gak tau gimana rumah ini kalo gak ada kamu. Cuma aku sama Bi Asih. Pasti sepi. Kalo malem aku tidur sendiri. Bahkan ngebayangin aja aku mau--- hiks...." Zolla tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Jangan nangis dong. Masa yang lagi anniversary nangis sih." Ucap Jonathan langsung mendekap Zolla. Zolla memeluk Jonathan erat. Sangat erat. Seakan tidak ingin melepaskannya.

"Udah ya... Jangan nangis. Ada macem macem media yang bisa ngehubungin kita Zolla. Aku juga gak akan lama disana." Ucap Jonathan merenggangkan pelukannya dan menghapus sisa air mata di sudur mata Zolla. Dia memegabg kedua bahu Zolla

"Zoll, You have to know something. Awal pernikahan kita, aku anggep ini cuma mainan. Aku anggep ini cuma lelucon bodoh. Dan dengan pernikahan ini, aku bisa bebas ngapain aja. But, you know, entah kenapa aku ngerasa punya kewajiban melindungi kamu. Aku ngerasa gak mau buat kamu nangis. Dan aku masih gagal untuk yang satu itu. Aku selalu buat kamu nangis. Dan makin sering akhir akhir ini. Dan aku malah buat kamu jadi target orag yang terobsesi sama aku. Maaf Zolla. Aku memang bukan suami yang baik. Tapi aku berusaha buat jadi yang terbaik buat orang yang sabar banget buat kamu. Thanks for every changes you gave me. Aku janji. Setelah ini, yang ada cuma tangis kabahagiaan. Gak ada lagi kesedihan. Aku janji Zolla." Ucap Jonathan memandang Zolla dalam.

Young MarriageWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu