Married 4

189K 8.6K 54
                                    

Saat aku keluar dari kamar mandi, Jonathan sudah memakai kaos tipis polos dengan celana longgar selutut. Ternyata benar kata anak anak sekolah, badannya emang bagus, terlihat dari otot kekar yang terlihat dari kaos tipisnya itu.

"Udah puas ngeliatinnya?" Kata Jonathan dengan nada sarkastik. Aku yang tadinya hanya berdiri di depan kamar mandi pun langsung berjalan menjauhi kamar mandi dan menuju sofa.

"Zoll, kita perlu ngomong soal pernikahan ini." Aku langsung menatapnya.

"Apaan?" Jawabku.

"Gue gak mau terikat sama status ini, jadi kita gak akan berhubungan apapun kecuali ada orangtua kita." Serasa bohong banget ya. Tapi boleh juga sih.

"Ok, trus?" Jawabku lagi.

"Gue bebas bawa siapapun ke rumah begitu juga lo, gue gak akan nidurin lo, dan lo gak berhak larang gue tidur sama cewek lain. Gue boleh pacaran dan begitu juga lo. Gue bisa tetep jadi tukang bully sekolah dan lo gak boleh bilang ke siapapun kalo lo itu istri gue." Katanya. Waw.. aku gak nyangka dia mau nikahin aku gara gara ini.

"Kalo gue bilang emang kenapa?"

"Gue gak janji gak akan nidurin lo. Dan gue juga gak janji kalo lo gak akan jadi korban bully gue." Katanya mengancamku.

"Emang lo mau nidurin gue." Aku berdecih. Memang, dari dulu cewek sasarannya itu seksi seksi, dan berbadan indah semua. Dan aku gak berbadan indah sama sekali.

"Gue ini gak pernah tau rasanya have sex, gue cuma make out sama cewek cewek sekolahan. Lo mau jadi percobaan gue yang pertama, yang pastinya gak bakalan ada yang marah kalo kita lakuin itu." Dia langsung menggendongku dari sofa dan menghempaskanku ke tempat tidur lalu dia naik ke atasku dan menahan kedua tanganku. Oww... aku mulai takut.

"Lo mau itu hah?" Katanya semakin mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Gue gak akan lapor." Kataku. Tapi dia masih memajukan wajahnya terus.

"Gue janji gue ak akan lapor ke siapapun, gue janji." Kataku. Lalu dia menjatuhkan dirinya ke sampingku.

"Bagus. Gue pegang janji lo. Gue capek, mau tidur."

"Lo kok tidur disini?!!" Jeritku.

"Gak ada perjanjian kalo gue gak tidur satu tempat tidur sama lo. Lagian gak akan bikin lo punya baby kok." Sahutnya. Enak banget ya ngomongnya.

"Serah lo deh."

★★★★★★★★

Pukul 5 sore pintu kamar hotel kami diketuk. Aku dan Jonathan belum bangun, sampai aku mendengar ketukan itu.

"Iya... bentar..." Teriakku. Saat aku membuka pintu, ada 3 orang yang membawa masing masing emm... aku kira kotak make up, peralatan untuk memodel rambut, dan gaun serta setelan jas.

"Permisi, kami mau merias mbak sama mas nya untuk resepsi." Aku langsung mempersilahkan mereka masuk, karena mereka lah yang meriasku tadi pagi, jadi aku tidak perlu curiga.

"Mm... mbak, suaminya bisa tolong dibangunin?" Kata Mbak Riska, periasku. Aku langsung menuju ke tempat tidur dan menggoyang goyangkan badan Jonathan.

"Ihh... bangun dong..." Aku mulai tidak sabar. Emang dia secapek itu ya?

"Jon, bangun dong." Aku terus mengguncang guncangkan tubuhnya.

"Mmm..." Dia membuka matanya
"Bangun dong, udah jam 5 nih." Dia mengerjapkan matanya dan langsung masuk ke kamar mandi. Lalu dia keluar lagi dengan wajah yang lebih segar.

"Kita mulai ya mbak, mas." Kata Mas Ardi, penata pakaiannya.

Aku sudah selesai di make up dan ditata rambut. Tinggal menggunakan gaun saja.

"Mmm... mas, bisa tolong ikatkan bagian belakangnya?" Kataku, aku kesulitan.

"Tunggu sebentar ya mbak." Mas Ardi menghampiriku. Dia mengikat tali dengan cekatan.

"Mmm... permisi mbak, saya betulkan letak gaunnya dulu." Aku hanya mengangguk. Mas Ardi membetulkan lipatan lipatan gaunku.

"Saya rasa itu sudah cukup." Kata seseorang dibelakangku. Jonathan.

"Satu lipatan lagi mas." Setelah itu Mas Ardi merbisik kepadaku, "Suaminya posesif ya mbak." Posesif dari mana coba, aku hanya tersenyum saja.

"Kalian benar benar serasi." Kata Mbak Ela, penata rambut.

Aku memakai gaun putih dengan lipatan lipatan rumit di bagian bawahnya, dan broklat di bagian bahuku, tanpa lengan. Flat shoes putih, karena aku tidak mau kakiku sakit saat berdiri di depan tamu selama 3 jam lebih. Serta rambut disanggul dan disisakan di bagian kanan dan kiri rambutku.

Jonathan menggunakan setelan jas putih, dan dasi serta sepatu putih. Simple tapi terkesan mewah.

"Kalian harus turun sekarang." Ya, ballroom resepsinya memang berada di hotel ini.

★★★★★★★★

Resepsi pernikahan kami selesai pukul 11 malam. Aku sangat lelah. Aku langsung menghapus make up di meja rias dan Jonathan langsung masuk ke kamar mandi, dan keluar dengan shirtless lagi. Lalu aku segera mencari pakaian.

Astaga... aku benar benar lupa. Aku hanya membawa satu pakaian yang aku pakai tadi siang. Sisanya hanya tanktop dan hotpants. Bagaimana ini? Ah, daripada tidak mandi lebih baik aku memakainya. Aku langsung masuk kamar mandi.

Mmm.. aku lupa, aku juga tidak bisa melepas tali gaunku sendiri. Masa aku harus minta bantuan Jonathan, kan gak mungkin. Akhirnya kucoba melepasnya sendiri.

Setemgah jam berlalu, tapi aku hanya bisa membuka dua dari sepuluh ikatan ini. Duhh... bisa bisa aku semalaman ada disini.

Tok tok tok

Suara pintu kamar mandi diketuk mengalihkan perhatianku dari ikatan ini.

"Zoll... mau sampe kapan lo di dalem? Lo mau tidur di dalem kamar mandi?" Kata Jonathan. Sialan, dikata alu kecoa apa, tidur di kamar mandi.

"Buka pintunya..." Perintah Jonathan lagi. Aku menurutinya saja.

"Apaan?" Kataku.

"Ckckck... balik badan lo." Perintahnya lagi.

"Lo mau apa?"

"Udah ah cepetan." Aku pun menurutinya. Lalu dengan cekatan dia membuka ikatan ikatan itu.

"Kalo gak bisa tuh bilang, jangan diem aja. Dikasih mulut sama Tuhan buat apa." Katanya datar lalu meninggalkanku. Aku pun langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya.

Tenyata dia baik juga.

Aku malu malu saat keluar dari kamar mandi. Yah kalian taulah kenapa.

Tiba tiba Jonathan -yang kukira sudah tidur- melihat ke arahku.

Ini buruk.

★★★★★★★★

Vomment nya ya guys...

Callista

Young MarriageWhere stories live. Discover now