Married 3

197K 9.1K 213
                                    

Semua persiapan pun selesai dilakukan. Aku tinggal menunggu besok untuk pemberkatan dan resepsi. Kami memakai nuansa putih dan biru muda, karena aku suka warna putih dan Jonathan suka warna biru muda.

"Wahh... adik kakak udah mau jadi punya orang nih... Kakak gak bisa peluk peluk lagi dong. Ntar suaminya marah." Goda Kak Hans.

"Apaan sih kak... Kalo dia marah sama kakak bilang aja ke aku. Nanti aku diemin." Jawabku. Walaupun aku juga gak yakin akan dicemburui apalagi dirayu kalo lagi marah. Paling juga dianggurin. Kan dia udah punya pacar. Dan pacarnya emang cantik banget, badannya bagus banget lagi. Tipical Jonathan banget. Beda banget sama aku yang cuman bisa jawab ya atau enggak waktu mempersiapkan perkawinan ini. Aku gak yakin bisa tahan rumah tangga kayak gini.

"Kok ngelamun sih. Hayoo... mikirin apa tuh... jangan aneh aneh deh... tunggu lulus aja, gak enak... masa sekolah udah punya baby..." Huh, yang otaknya kotor tuh juga siapa...

"Yang otaknya kotor tuh kakak. Cuci otak sana biar bersih. Pake deterjen yang banyak, sekalian dicuci di mesin cuci, trus dijemur, setrika sekalian kalo perlu." Aneh? ya.. aku gak peduli.

"Idih... dikata iklan deterjen apa?" Sahut Kak Hans.

"Tapi kalo sampe Jonathan bikin kamu nangis laporin kakak aja ya, nanti kakak kasih pelajaran biar tau rasa." Kakak yang -sok- baik.

"Iya kak."

"Eh ada anak mama disini. Ngobrol di dalem aja yuk. Dingin nih udah malem." Aku sama Kak Hans emang ngobrol si taman belakang, bukan di dalem rumah.

"Yaudah. Ayo..." kata Kak Hans.

Di ruang keluarga tenyata juga ada papa, kami duduk bersama sambil menonton televisi.

"Gimana kuliah kamu, Hans?" Tanya papa.

"Baik baik aja kok pa." Kak Hans emang masih kuliah, ambil jurusan managemen bisnis, jadi nantinya Kak Hans yang akan melanjutkan perusahaan papa.

"Kalo Zolla? Sekolahnya gimana? Ada bully bully kayak jaman mama dulu gak?"

"Ada ma... kayaknya itu berlaku sepanjang masa deh." Kataku.

"Yaudah, yang penting kamu gak usah deket deket biar gak jadi bahan bully mereka. Jaga jarak aja." Kata papa.

Gimana mau jaga jarak coba? yang jadi ketuanya resmi jadi suamiku besok... enak banget papa ngomongnya.

"Iya pa..." Hanya itu? Tentu. Kalian gak akan mau di apa apain sama cowok aneh yang jelas gak main main sama ancamannya kan?

"Ini terakhir kalinya kita bisa kayak gini ya. Besok kamu udah tinggal sama suami kamu di rumah kalian." Kata mama. Rumah?

"Rumah apa ma? Kita gak tinggal disini aja?" Kataku.

"Kalian gak mungkin tinggal sama kami kan. Kalian juga akan punya keluarga. Tapi kamu boleh kesini kok. Rumah ini selalu terbuka buat kamu Zolla." Kata mama.

"Iya. Kita udah siapin rumah buat kalian. Jadi kalian bisa hidup sebagai keluarga asli." Kata papa.

Whatt???!!! Tinggal sama dia berdua sama aja masuk ke mulut singa. Aku mencoba tetap tenang. Tarik nafas.... buang...

"Baguslah kalo begitu." Jawabku.

"Tapi jangan ngelakuin itu dulu. Inget pesen kakak. Tunggu lulus dulu." Kata Kak Hans. Dasar mesum.

"Inget, cuci tuh otak pake deterjen yang banyak. Pesen aku." Kak Hans hanya terkekeh.

★★★★★★★★

Hari ini hari yang sangat berarti buat aku, seharusnya. Nikah di umur segini... mimpi apa aku.

Oh ya, aku memakai gaun tanpa lengan semata kaki berwarna soft blue dan high heels putih. Rambutku diurai dengan tatanan bergelombang, lalu diberi jepit putih mengkilat di satu sisi.

"Kamu jadi istri yang baik ya nak." Kata Mama di dalam ruang make up.

"Iya ma." Kataku, yah apalagi yang bisa aku ucapkan.

"Sering sering kunjungi mama ya, mama gak nyangka kamu udah nikah aja." Yang mau nikah juga siapa? Kalo gak dipaksa juga aku tolak.

Lagi lagi aku hanya mengiyakan perkataan mama.

"Mmm... anak papa cantik juga ya..." Kata papa yang datang bersama Kak Hans.

"Ihh... papa baru sadar kalo anaknya emang cantik?" Narsisku. Hehehe, sekali kali boleh lah.

"Iya iya, emang cantik kok." Kata papa.

"Kakak bakalan kangen sama kebawelan kamu dirumah, masakan kamu, tingkah kamu apalagi." Kata Kak Hans lalu memelukku. Aku membalas pelukan kakakku tercinta ini.

"Udah dong, ntar dandananku berantakan nih." Aku bohong, ya pasti. Aku cuma gak mau kebawa suasana. Kan gak lucu kalo make up nya luntur.

"Iya iya deh, yang mau tampil cantik di depan suami." Kata Kak Hans. Aku gak mau tampil cantik di depan cowok kayak gitu.

"Hehehe."

Tak lama kemudian, kami dipanggil oleh WO dan diminta untuk siap siap. Sebentar lagi ak melepas status single ku.

★★★★★★★★

"Mempelai pria, bersediakah anda mendampingi mempelai wanita dalam keadaan sehat maupun sakit, senang maupun susah, berkelimpahan maupun berkekurangan, dan menjadi pendamping seumur hidupnya?"

"Saya bersedia."

"Mempelai wanita, bersediakah anda mendampingi mempelai pria dalam keadaan sehat maupun sakit, senang maupun susah, berkelimpahan maupun berkekurangan, dan menjadi pendamping seumur hidupnya?"

"Saya bersedia."

"Dengan ini saya mengesahkan kalian atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus †."

"Amin." Semua hadirin menjawab.

"Mulai saat ini kalian sah menjadi sepasang suami istri di hadapan Yang Mahakuasa. Semoga hidup kalian diberkahi oleh Tuhan Allah yang Mahakuasa."

"Amin."

Setelah kami mengucapkan janji suci di depan pastor, semua hadirin, dan tentu saja Tuhan kami berpelukan. Hanya itu. Tidak boleh ciuman di muka umum.

Setelah berfoto, kami langsung menuju ke hotel untuk istirahat karena malam ini resepsi akan berlangsung.

★★★★★★★★

Saat ini aku berada di kamar hotel, sedag menghapus make up di meja rias, sementara Jonathan sedang mandi.

Saat aku sudah selesai menghapus make up, aku langsung mencari pakaian untuk dipakai setelai mandi, bertepatan saat Jonathan keluar dari kamar mandi dengan shirtless.

Aku berusaha menarik bibirku menjadi datar kembali dan menetralkan pipiku yang mulai memanas.

Tanpa sepatah kata pun aku melewatinya dan masuk ke dalam kamar mandi.

★★★★★★★★

Hai hai chapter baru lagi nih. Wah udah nikah... gimana nasibnya si Zolla ya? Kan Jonathan suka gitu gituan sama cewek.

Kalo penasaran, keep reading ya guys.

Callista

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang