9

9.2K 543 6
                                    

Kecupan di pagi hari termasuk rutinitas yang diharapkan oleh Cecillia remaja saat membayangkan soal pernikahan yang bahagia, namun justru saat bersama Willislah semua itu terwujud.

"Selamat pagi puteri tidur," sapa Willis setelah melemparkan kain untuk menyeka tubuhnya yang basah setelah mandi ke sandaran kursi.

Cecillia mendengus. "Kau mulai lagi."

Willis mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, lalu mengambil kembali kain itu. Cecillia akan protes soal kain itu, jika Willis lupa untuk membawanya kembali ke kamar mandi.

Cecillia menguap sekali lagi. Willis sangat gemas ingin menciumi bibir lembut itu, namun Cecillia tidak juga kunjung turun dari atas ranjangnya saat menatap Willis dengan kerutan di keningnya. "Kau mau ke mana?"

"Aku mulai membeli kuda-kuda baru sebagai indukan dan mereka akan datang hari ini. Jadwalku adalah memberikan pelatihan pada pekerja pemula yang kemarin baru mendapatkan kesempatan. Aku tidak ingin mereka sampai menyakiti kuda-kuda itu yang pada akhirnya akan berbalik mengamuk untuk menyakiti mereka." Willis duduk di atas ranjang untuk memakai sepatu botnya.

Mata Cecillia membulat. "Apa Kau bisa menjinakkan kuda liar?"

Willis tergelak sebelum menatap Cecillia dengan aneh. "Aku petugas kandang terbaik kerajaan, ingat?"

Ya, Cecillia sangat ingat. Membuat Cecillia mendesah pelan dan mendekat untuk bersandar pada bahu lebar Willis. "Kau tidak rindu pada peternakan kerajaan?" tanya Cecillia lirih.

Willis mengusap rambut berantakan Cecillia dan tersenyum. "Kenapa?"

"Aku membuatmu ikut bersembunyi, dan menjalani hari yang tidak normal."

Willis menjauhkan Cecillia dari bahunya agar bisa menatap wanita itu. "Ini setimpal dengan keselamatanmu. Lagipula jika bukan karena kejadian kemarin, entah kapan lagi aku bisa pulang ke rumah ini. Entah kapan lagi aku bisa menghabiskan waktu bersamamu."

Cecillia memaksakan senyumnya. "Aku merasa tidak enak denganmu."

Willis tersenyum jahil dan mengecup ujung hidung Cecillia. "Jika kau merasa tidak enak, bagaimana jika buatkan aku sarapan dan makan siang? Mungkin sekaligus makan malam?"

Cecillia tergelak. "Itu bukan tebusan, kemarin bahkan aku juga membuatkan untukmu," kilah Cecillia.

Mereka tergelak dan saling memeluk. Cecillia selalu merasa hatinya hangat saat bersama Willis. Karena laki-laki itu menghargainya. Karena laki-laki itu menyayanginya. Karena Cecillia merasa berarti saat bersama Willis.

Willis kembali mengecup ujung hidung Cecillia sebelum Cecillia turun dari ranjang. Membasuh wajahnya dengan air dingin dan beranjak ke dapur membuatkan sarapan untuk Willis. Menemani Willis sarapan dan membuatkan kopi.

Cecillia benar-benar bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi istri Willis bahkan sebelum mereka menikah. Willis tidak memaksanya bercinta—bahkan mereka tidak bercinta sama sekali. Hanya tidur berpelukan, sarapan bersama, membahas soal kuda—yang mulai menjadi topik pembicaraan yang sangat Cecillia sukai.

Seperti inilah pernikahan yang selalu Cecillia impikan sejak remaja. Dan Cecillia sudah berdamai dengan keadaan. Berkompromi dengan dirinya, dan hatinya sendiri untuk mulai melupakan Dante. Belajar mencintai orang yang mencintainya, William Cruz.

****

Willis tidak pernah—dalam hidupnya—memulai hari dengan begitu bersemangat seperti remaja tanggung yang baru mengenal cinta.

Oh ayolah, Willis sendiri bahkan tidak pernah mengatakan bahwa ini adalah cinta pertamanya. Beberapa kali Willis pernah berkencan, tapi tidak pernah merasa harus bertanggungjawab hingga mempertaruhkan nyawanya untuk seorang wanita. Ya, sampai saat dirinya mendapatkan anggukan ramah sebagai ucapan terima kasih dari seorang puteri hanya karena dirinya mengantarkan sang puteri pulang.

Revisi Bastard PrinceWhere stories live. Discover now