12

9.2K 473 7
                                    

Hidup tidak pernah lebih baik dari hari ini. Cecillia sangat menikmati hari-harinya berkuda bersama Willis. Bahkan sering kali berkuda dengan para pekerja untuk memeriksa pagar yang sering kali roboh karena terkena pohon tumbang dan membuat mereka mencari kuda-kuda mereka yang menghilang setelah keluar dari pagar yang rusak, tapi bersama orang-orang yang peduli padanya rasanya seperti keberuntungan bagi Cecillia.

Bisa dibilang Cecillia adalah wanita yang mengurusi mereka. Kebanyakan dari pekerja pemula adalah teman-teman Willis yang masih melajang. Tidak memiliki wanita yang akan menyiapkan sarapan mereka atau makan malam untuk mereka. Jadi Cecillia dengan senang hati akan memasak untuk mereka semua, sehingga mereka bisa sesering mungkin makan bersama baik di luar ruangan maupun di rumah Willis.

Waktu yang sangat Cecillia sukai adalah pagi hari. Di saat itulah kadang Willis mengajari mereka tehnik menjinakan kuda. Walau Willis tidak mau melihat Cecillia lagi terlalu dekat dengan kuda liar, tapi kuda betina coklat yang dijinakannya beberapa bulan lalu sudah menjadi kuda tunggangan pribadi milik Cecillia.

Willis tidak mau membiarkan kuda-kudanya terlalu jinak. Bagi Willis, kuda sama halnya dengan tantangan. Jika kuda sudah tidak menantang, lalu apa yang lagi yang akan disukainya dari seekor kuda?

Cecillia hampir menjatuhkan sendok sup saat terkejut merasakan kecupan di pundaknya.

"Selamat ulang tahun, Manis." Willis memberikan bungkusan besar padanya.

Cecillia tertawa dan mengusap cambang Willis. "Apa ini?"

"Buka saja, aku harap kau akan menyukainya."

Cecillia tersenyum lebar. "Aku yakin itu. Kadang bahkan kau lebih tahu apa yang kusukai daripada diriku sendiri," goda Cecillia.

Willis memberengut.

"Itu pujian, William." Cecillia menepuk ringan pipi Willis, dan membuka bungkusan besar itu setelah meletakkan sendok sayurnya.

Cecillia terkesiap saat mengeluarkan pelana baru dengan nama 'Cecillia' tercetak dengan huruf yang cantik, Cecillia hampir saja menangis keras karena bahagia.

"Kau suka?"

Cecillia mengangguk dan memeluk leher Willis. "Aku suka ... suka sekali."

"Syukurlah, aku pikir ini hanya kado sederhana yang bisa kuberikan untukmu. Aku tidak pernah memberikan kado untuk seorang wanita, jadi aku harap kadonya tidak salah," jelas Willis dengan menggaruk batang hidungnya dengan malu-malu, namun membuatnya terlihat semakin tampan.

Cecillia tidak pernah melihat laki-laki sepemalu Willis, tapi mungkin karena sifatnya yang pemalulah yang membuatnya menjadi laki-laki yang tulus.

"Tidak salah, ini bagus sekali. Aku suka. Tapi aku harap harganya tidak mahal karena kita masih membutuhkan banyak sekali uang untuk bisa membayar para pekerja."

Willis mengecup ujung hidung Cecillia dengan sayang sebelum menggeleng. "Tidak mahal," jawabnya demi mendapatkan senyum bahagia kembali mengembang di bibir semerah ceri itu.

Itu hanya sadel, tapi kebahagiaan Cecillia seperti seolah wanita itu menerima sekeranjang penuh berlian dari Willis. Dan itulah yang membuat Willis semakin jatuh cinta. Cecillia sangat sederhana dan bahagia dengan cara yang sederhana.

Willis tersenyum saat melihat Cecillia mengusap kembali tulisan namanya di pelana itu. "Kau mau aku meletakannya di istal sekarang? Besok pagi-pagi sekali kita bisa coba memasangnya di kudamu, agar kau bisa segera menggunakannya berkuda ke air terjun."

Mata Cecillia membulat antusias sebelum mengangguk. "Aku mau."

"Baiklah. Aku bawa ke istal, dan kau kembalilah memasak karena aku tidak enak jika masakanmu gosong karena pelana murah ini," goda Willis.

Revisi Bastard PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang