2

13K 665 5
                                    

Minggu ini adalah minggu yang sibuk untuk Cecillia. Ia akan bertemu dengan pembuat baju, topi, dan berkunjung ke peternakan kerajaan untuk pertama kali.

Cecillia akan diajari berkuda, lalu melihat kuda yang diperkirakan akan melahirkan hari ini. Tapi ternyata belum ada tanda-tanda induk kuda akan melahirkan, jadi Cecillia hanya melihat para pekerja menyikat kuda dan membawa mereka jalan-jalan.

Seumur hidup Cecillia, hal yang dilakukannya hari ini belum pernah dilakukannya sejak kecil. Cecillia belum pernah punya pembuat gaun sendiri. Belum pernah berkuda, bahkan belum pernah melihat kuda-kuda terbaik ditempatkan di tempat luas dalam kumpulan kuda unggulan. Mungkin Cecillia juga tidak pernah menyangka akan menikah dengan seorang pangeran. Membayang-kan? Tentu saja sering, dengan akhir yang bahagia. Tapi tentu saja kenyataan tidak seindah khayalan.

Bahkan setelah satu minggu pernikahannya, Cecillia sama sekali tidak bertemu dengan Dante. Entah Dante pulang ke rumah atau tidak pulang sama sekali, Cecillia sudah tidak peduli. Cecillia sudah cukup sibuk dengan gelar baru yang mengharuskannya bertemu dengan orang-orang yang menyewa tanah mereka. Melihat bagaimana para pekerja menangani segala sesuatunya yang sangat baru bagi Cecillia.

Cecillia cukup senang dengan kesibukannya. Dengan begitu dirinya tidak terlalu terlihat mengenaskan. Ya, bahkan di matanya sendiri.

Selain dengan orang-orang penyewa tanah yang mulai dekat dengan Cecillia yang senang membantu mereka membuat kue di dapur alun-alun, Cecillia juga mulai dekat dengan kuda betina cantik berwarna abu-abu. Kuda itu adalah kuda pertama yang ditungganginya minggu kemarin. Kata Willis—salah satu perawat kuda terbaik kerajaan—Cecillia juga adalah orang pertama yang menunggangi kuda abu-abu itu.

Cecillia merasa seolah terhubung dengan kuda abu-abu yang dipersilakan untuk diberi nama setelah mendapat ijin dari Dante. Entah bagaimana Dante tahu Cecillia menyukai kuda itu—membuat Cecillia senang sekali. Walaupun sampai saat ini Cecillia masih belum mendapatkan nama yang tepat.

Cecillia menyentak pelan, agar langkah kuda itu tidak tertinggal dari kuda coklat Willis saat senja mulai berpendar. Willis menyarankan untuk menemani Cecillia kembali ke rumah. Khawa-tir kaki kuda Cecillia mungkin saja akan terperosok ke dalam lubang.

Kata Willis, banyak sekali kuda yang kakinya bahkan patah setelah terperosok ke lubang, sehingga mereka memutuskan untuk menembak mati kuda-kuda yang malang itu.

Cecillia turun dari kudanya. Merapikan rok sebelum mengangguk pada Willis. Willis berjengit. Hampir saja protes, namun ditahannya. Tidak seharusnya seorang puteri mengangguk sopan karena bantuan pekerja.

"Terima kasih, Willis."

"Tidak masalah, Puteri Cecillia. Aku akan meletakkan si cantik ini di istal saja, agar anda bisa menggunakannya jika anda ingin," saran Willis dengan menuntun kedua kuda itu. Mengikat kuda cokelatnya ke tiang di dekat istal, dan memasukan kuda abu-abu yang seolah sudah menjadi milik Cecillia.

Cecillia tersenyum senang, dan masuk ke dalam rumah yang benar-benar terasa berbeda dari biasanya. Langkah Cecillia terhenti, namun belum menyadari Dante turun dari atas dan menyandarkan pinggulnya ke pegangan tangga.

"Hai," sapa Dante.

Cecillia terlonjak kaget sebelum memutar tubuhnya.

Pantas saja aura di rumah itu berbeda, lebih terasa hangat dan tidak dingin seperti biasanya. Cecillia tidak tahu apa hubungannya aura rumah itu dengan Dante. Mungkin juga hanya perasaan Cecillia saja yang terusik saat melihat Dante luar biasa tampan dengan kemeja biru tua yang kancing atasnya terbuka.

"Oh, hai," balas Cecillia sedikit gugup dengan membuka sarung tangan berkudanya, dan menepuk-nepukan sarung tangan itu ke telapak tangan.

Dante tergelak saat melihat sikap itu. "Kau banyak belajar dari para pekerja? Kau suka peternakannya?" Dante mendekat.

Cecillia berusaha untuk tidak terlihat konyol dengan tergagap menjawab pertanyaan Dante. Tapi memangnya kenapa dia harus gugup? Dante memang suaminya, tapi di sisi lain Dante juga bukan siapa-siapa.

"Aku suka sekali. Kuda-kuda di sana sangat cantik dan anggun. Pekerja di peternakanmu juga ramah, bahkan Willis berjanji akan mengajakku untuk membantu kuda melahirkan."

Dante mendengus pelan. "Bagaimana jika kita makan malam dulu? Aku sudah lapar. Nanti kita lanjutkan ceritanya," ajak Dante.

Cecillia mengangguk. "Aku ganti baju dulu."

Dante mengangguk, dan beranjak saat Cecillia berlari naik ke atas.

****

Dante tersenyum saat melihat gadis mungil itu berlari ke atas.

Cecillia sangat mungil, dan menggemaskan dengan wajahnya yang seperti anak kecil. Tidak mudah membuat siapa pun bosan untuk melihatnya berlama-lama. Tapi jelas Cecillia bukan anak-anak. Melihat telapak tangan Cecillia yang tidak tertutup sarung tangan tadi saja sanggup membangkitkan fantasi Dante.

Apa memang selembut kelihatannya?Oh astaga Dante, itu hanya tangan, erangnya pada diri sendiri. Merasa konyol pada otaknya yang dengan cepat bisa membayangkan sentuhan tangan Cecillia di tubuhnya.

Lagipula Dante tidak pernah kekurangan sentuhan Tattianna. Gadisnya yang cantik dan seksi. Di mana pun Dante ingin Tattianna menyentuhnya, maka Tattianna pasti mau memberikannya.

Tapi sayang sekali, bukan Tattianna yang sekarang menyandang gelar terbaik yang bisa Dante berikan, yaitu gelar menjadi istri seorang Dante Paxton. Mungkin bukan sekarang, tapi sebentar lagi.

Dante akan meyakinkan Tattianna bahwa Dante bisa memberikan apa pun yang menjadi ambisi Tatiannanya yang cantik. APA PUN.

Revisi Bastard PrinceWhere stories live. Discover now