25

8.1K 425 1
                                    

Willis mengusap keringat di kening Joanna, dan tersenyum saat Joanna mendongak untuk melihat ke arahnya. "Kau hebat," bisik Willis.

Wajah Joanna memerah, lalu kembali mengusap tubuh anak kuda itu dengan handuk bersih. Berusaha tidak menghiraukan detak jantungnya yang seolah mencoba keluar dari rongga dada saat melihat senyum Willis, entah kenapa terlihat sangat tulus padanya.

Dia hanya kasihan padamu Joanna, peringatnya dalam hati, dan jangan biarkan dia menghancurkan hatimu.

"Sudah selesai." Joanna meletakkan handuk di samping bayi kuda sebelum berdiri dari duduknya.

Willis buru-buru berdiri dari jongkoknya.

"Demi Tuhan, jangan pergi lagi dariku atau aku akan mengikatmu di tiang dan bercinta denganmu semalaman di istal ini," ancam Willis dan seketika menyesal karena melihat wajah ketakutan Joanna.

Jelas sekali Joanna tidak pernah melupakan malam itu, mungkin rasa sakit yang sudah diberikan oleh Willis padanya. Tidak ada kenangan manis yang tersimpan di benak Joanna tentang malam pertamanya melepaskan keperawanan, dan Willis tidak melakukannya dengan kelembutan.

Hati Willis seolah ditendang dengan tapal kuda melihat Joanna mundur saat ia mengulurkan tangan. "Joanna, aku tidak benar-benar akan melakukannya, sungguh. Aku hanya .... Kau tahu, mulutku perlu banyak sekali belajar berbicara dengan baik." Willis menatap mata hijau Joanna yang masih terlihat ketakutan.

"Aku tidak akan mau menyakitimu, sungguh. Malam itu aku bodoh, aku mabuk dan tidak menyadari bahwa aku sudah membuatmu kesakitan. Karena itu aku langsung mencarimu di rumah lamamu saat ingatan tentang malam itu kembali. Malam itu kau menangis kesakitan. Aku keterlaluan, aku minta maaf."

Joanna mengangkat tatapannya dengan ragu. Willis mengusap rambut hitamnya dengan putus asa. Rambut yang Joanna ingat sangat lembut di antara jemarinya saat mencapai pelepasan setelah rasa sakit.

Demi Tuhan Joanna memang kesakitan, tapi dirinya juga meledak setelah Willis menggerakan tubuhnya dengan perlahan. Sepertinya Willis tidak ingat karena setelah pelepasan mereka berdua, Willis tidur seperti kerbau yang tidak terbangun bahkan saat Joanna akan mencari Janete dan meminta ijin untuk menikah dengan Willis, jika saja laki-laki itu berniat untuk menikahinya. Tapi saat Joanna kembali diam-diam ke kamar itu, Willis sudah pergi.

Dan selama ini Joanna pikir Willis pergi karena ketakutan, tapi ternyata Willis mencarinya. Itu sedikit menghangatkan hati Joanna, walau rasa takut untuk melakukan percintaan lagi masih menumpuk di benaknya.

Rasanya sakit sekali. Dan bagaimana caranya jika Joanna mau menikah dengan Willis tanpa bercinta? Itu tentu saja tidak adil bagi Willis. Tapi itulah tolak ukur cinta yang akan dipergunakan oleh Joanna. Jika Willis mencintainya, maka Willis akan bersedia tidak bercinta dengannya demi mendapatkannya.

"Tuan Cruz."

Willis mengangkat pandangan melihat Joanna. "Willis," koreksinya.

"Willis, aku mau menikah denganmu dengan ...," dan tanpa bisa melanjutkan kata-katanya, Joanna sudah berada di dalam gendongan Willis.

"Aku bersumpah aku akan membahagiakanmu, aku tidak akan pernah melepaskanmu." Willis menciumi bibir lembut Joanna.

Joanna seketika melupakan syarat yang akan diajukannya soal pernikahan tanpa bercinta. Kepala Joanna kini terasa berkunang-kunang saat Willis membawanya masuk ke dalam salah satu kandang bersih dengan alas jerami kering, dan menidurkannya di sana.

Mereka terengah dalam jeda ciuman sebelum kembali memagut. Tanpa Joanna sadari, kakinya sudah mengangkangi pinggang Willis yang sedang berusaha melepaskan celananya dan menyibak gaunnya. Willis memasuki Joanna dengan pelan setelah menarik lepas celana dalam Joanna, membuat Joanna mengerang dalam ciuman mereka.

Revisi Bastard PrinceOù les histoires vivent. Découvrez maintenant