8

8.8K 546 6
                                    

"Selamat pagi," sapa Cecillia.

Willis duduk di kursi dapur memandangi wanita cantik yang sedang bersenandung sambil memasukan beberapa bahan masakan ke dalam kuali mendidih.

Hanya memandang Cecillia saja sudah membuat kantuk Willis hilang. Terlebih dirinya sangat menyadari keberadaan wanita itu di dapurnya, seolah Cecillia adalah istrinya yang sedang mem-buatkan sarapan. Willis sangat berharap semua itu bisa menjadi kenyataan secepatnya.

"Aku masih sangat mengantuk," keluh Willis.

Cecillia tertawa geli sebelum meletakkan semangkuk sup daging di depan Willis, dan seketika membuat air liur Willis menggenang akibat aroma lezatnya.

"Tidak biasanya kau terlambat bangun pagi, kau kan pengu-rus kandang terbaik. Biasanya kau lebih dulu bangun daripada matahari," ledek Cecillia.

Willis tertawa kecil, dan melahap supnya. "Ini enak sekali."

"Sungguh?" tanya Cecillia dengan mata berbinar bahagia, dan Willis rela—sangat rela—melihat binar bahagia itu di sepanjang hidupnya.

Willis mengangguk, dan menyendok banyak-banyak sup-nya. "Hanya laki-laki bodoh yang melarangmu pergi ke dapur."

Dan kalimat itu sempat menghentikan langkah Cecillia sebentar, namun Cecillia memaksakan kembali langkahnya yang mondar-mandir memeriksa panggangan kue. Cecillia tersentak saat merasakan lengan kokoh Willis memeluknya dari belakang. Merapatkan punggung Cecillia pada dada bidang Willis yang tidak mengenakan kemeja. Willis mengecup tengkuk Cecillia ringan, namun memberikan efek besar pada tubuh wanita yang kini gemetar dalam dekapannya.

"Aku menginginkanmu, Cecillia." Willis menggigit pelan cuping telinga Cecillia. Tubuh Cecillia semakin gemetar hebat, seolah dirinya bisa pingsan kapan pun. Willis menangkup payudara lembut Cecillia dan meremasnya perlahan.

Cecillia terkesiap tajam saat sesuatu yang keras menekan pinggulnya. Bagian dari tubuh Willis yang terbangun oleh keinginannya berada di dalam tubuh Cecillia.

"Willis ...," engah Cecillia.

Willis meninggalkan jejak panas di kulit leher Cecillia dengan ciumannya, tanpa meninggalkan tangannya dari dada lembut Cecillia.

"Bolehkah aku berada di dalam tubuhmu?" tanya Willis lembut.

Mata abu-abu Cecillia terbelalak panik sebelum menggeleng. "Jangan, aku mohon ...," tolak Cecillia yang langsung dibungkam oleh ciuman lembut Willis.

Willis menghisap bibir bawah Cecillis. Ibu jarinya menggoda puncak payudara Cecillia yang perlahan meruncing di dalam gaun satinnya.

Cecillia mendorong dada Willis, dan segera menggeleng untuk mengembalikan kewarasannya. Berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya yang terancam akan hilang, jika Willis menggodanya lebih dari ini.

Cecillia sadar—bahkan sangat sadar—bahwa Willis sangat tampan. Memiliki tubuh sempurna yang mampu membuat semua gadis bahkan merangkak di bawah kakinya untuk menye-nangkannya. Juga memiliki sifat terbaik seorang laki-laki yang tidak dimiliki oleh Dante sama sekali. Tapi ... tapi entahlah.

Cecillia masih merasa ini semua belum benar. Bukan Willis yang tidak benar, tapi perasaan Cecillia yang belum membenarkan jika dirinya bercinta dengan Willis. Selama Dante belum mence-raikannya.

Cecillia tahu Dante sudah menyakitinya dengan tanpa ber-perasaan. Berselingkuh dengan wanita lain hingga wanita itu mengandung buah cintanya. Bahkan mengakui bahwa dirinya menikahi Cecillia karena mudah didapatkan, dan bisa dengan mu-dah ditinggalkan sesuai yang diinginkan Dante. Tapi Cecillia hanya tidak mau menjadi seseorang—manusia—seperti Dante. Cecillia tidak mau membalas perselingkuhan Dante dengan berselingkuh, dan membuat dirinya sama buruknya dengan Dante.

Revisi Bastard PrinceWhere stories live. Discover now