10

9K 497 4
                                    

Willis menelusuri lengan Cecillia menggunakan jemarinya. Cecillia berbalik menghadap Willis di atas ranjang. Mengusap cambang Willis sebelum berakhir di pelukan hangat Willis yang bagai kepompong. Membungkusnya dari semua yang berusaha menyakiti.

Willis mengecup kening dan mengusap punggung Cecillia dengan lembut. "Aku tahu kau mengkhawatirkannya," ucap Willis.

Cecillia mendongak memandang wajah Willis yang memaksakan senyumnya.

"Tidak apa, Sayang. Karena inilah aku mencintaimu."

Cecillia mengerutkan keningnya. "Karena aku mengkhawatirkan Dante?"

Willis tergelak pelan sebelum kembali memeluk wanita polos itu. "Aku mencintaimu karena kau peduli."

Cecillia mengembuskan napas berat. Mengusap punggung Willis yang lebar dan hangat. "Aku sedang berusaha untuk tidak lagi peduli."

"Jangan berubah, Cecillia. Kau cantik dengan caramu, dengan kepedulianmu, dengan kasih sayangmu, dan jangan biarkan Dante mengubahmu menjadi wanita yang bukan dirimu," pinta Willis.

Cecillia mengangguk. Willis benar, dan Willis selalu benar. Jika Dante tidak peduli padanya, bukan berarti Cecillia harus berubah menjadi wanita yang juga tidak peduli pada orang lain. Jika Dante menyakitinya, bukan berarti Cecillia juga harus menjadi wanita yang dengan mudah akan menyakiti orang lain.

Cecillia kembali mendongak menatap mata hangat Willis yang tersenyum seperti juga bibirnya. Willis sangat tulus, jadi apa yang perlu dipertimbangkan saat laki-laki itu mengulurkan tangan untuk membahagiakannya?

Cecillia menenggelamkan jemarinya ke rambut hitam Willis yang selembut satin. Membawa bibir hangat Willis ke bibirnya untuk memagut. Menjelajah pada mulut Willis yang terasa sangat hangat dan menenangkan.

Cecillia bernapas berat saat jemari Willis mulai menggoda puncak payudaranya yang dengan cepat meruncing menanggapi godaan Willis. Cecillia dengan mudah berada di atas Willis yang terengah, dan lumayan terkejut oleh sikap agresif Cecillia yang kini duduk di perutnya.

Cecillia menghisap bibir bawah Willis, dan menggigitnya perlahan. Willis menggeram berat. "Oh Tuhan ...," erang Willis merasakan jemari mungil Cecillia mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Mengusap setiap otot dada dan perut Willis yang terbentuk sempurna.

Otot di bawah sentuhan Cecillia beriak setiap kali Cecillia menyentuhnya. Willis tersentak karena belum pernah merasakan jemari halus Cecillia berada di kulitnya yang telanjang.

"Bercintalah denganku, William Cruz," mohon Cecillia.

Willis mengerang karena menyukai saat wanita itu menyebut namanya. Namanya terdengar seperti sihir saat bibir Cecillia mengucapkannya, dan membuat adik kecilnya tergugah dengan cepat.

Willis memegang erat pinggul Cecillia sebelum membalik badan Cecillia untuk berada di bawahnya. Menciumi leher dan menghisap lembut kulit halus Cecillia. Cecillia terengah, dan mencengkeram lengan keras Willis. Seolah hanya itu satu-satunya pegangan yang Cecillia miliki agar dirinya tidak hancur berkeping-keping oleh sensasi yang Willis berikan.

"Aku sangat ... sangat ingin berada di dalam dirimu Cecillia," bisik Willis serak.

Cecillia mengangguk memberikan persetujuan saat Willis mengangkat gaun tidur Cecillia sebatas pinggang. Willis mengusap paha lembut wanita itu. Naik ke pinggang dan mulai menggoda ke paha dalam Cecillia.

Cecillia terengah tajam. "Aku sudah ... aku sudah sangat-sangat siap." Cecillia hampir menjerit putus asa saat Willis hanya berlama-lama, menggoda tubuhnya tanpa berusaha melepaskan pakaiannya sendiri.

Revisi Bastard PrinceWhere stories live. Discover now