Part 11 : Diaz

10.7K 198 4
                                    

Sudah kesekian kalianya aku terjaga dari tidurku, entah mengapa rasanya aku susah tertidur mala mini. Mungkin karena terbayang ancaman dari Nenek Sihir yang tidak lain adalah ibu kandungku sendiri. Aku tidak tahu permainan apa yang telah direncanakannya padaku, aku harap aku mampu menghandelnya. Karena lelah tidak dapat memejamkan mata, akhirnya kuputuskan untuk berendam air hangat.

Aku menggigil kedinginan sesaat setelah tersadar aku telah tertidur didalam bak. Setengah sadar aku beranjak dari bak mandi dan meraih handuk menyampirkan asal pada pinggangku tanpa mengeringkannya terlebih dahulu. Terasa lelah semua badanku karena tertidur dengan posisi yang salah. Nenek Sihir itu benar-benar sukses membuat hari-hariku kacau dengan permainan sintingnya.

Dengan badan yang cukup lelah, aku memaksakan untuk berolahraga di gym yang memang menjadi fasilitas di apartemen tempat tinggalku. Walau lelah, aku harus melakukannya jika tidak, justru akan membuat badanku menjadi lebih lelah. Aneh memang.

Tigapuluh menit cukup untuk mengeluarkan keringat dengan berlari dan sedikit push up, sit up dan membentuk otot-otot bisep. Kusudahi latihan hari ini dengan melemaskan otot-otot yang kaku.

Aku melangkahkan kaki keluar dari area gym menuju elevator yang terletak di lobi apartement. Banyak orang yang berlalu lalang pagi ini, tidak seperti pagi biasanya, yang hanya orang tertentu saja yang akan bangun sepagi ini untuk beraktifitas. Tetapi ini semua tidak mengangguku, aku senang melihat antusiasme pada aktifitas pagi hari, karena memamng seharusnya manusia hidup pada pagi hari dan istirahat malam hari. Sudah kodrat manusia.

Aku sudah menginjakkan kaki pada lantai 40 tempat dimana tempat tinggalku berada 4012 adalah nomor apartementku. Menghadap sisi selatan, dimana jendela besarnya menghadap ke taman apartement yang didesain minimalis. Hanya satu kesepatan antara aku dan ibuku, kami suka melihat pemandangan dari ruang tamu yang menjadi satu dengan dapur kecil.

Baru saja aku selesai memakai kemeja dan akan bersiap sarapan, bel apartementku berbunyi, dan tidak lama kemudian seseorang membuka handle pintu dan memasuki tanpa seijinku, siapa lagi yang seberani itu jika bukan ibuku? Tetapi kali ini aku rasa dia tidak sendirian, karena ada seorang anak laki-laki kecil kira-kira umur 5 tahunan bersamanya.

“Kau ini! Sudah habis kesabaran ibumu ini Diaz!” kesalnya ketika sudah memasuki apartement. “baiklah, aku tinggalkan Jean disini,” lanjutnya.

Aku hanya mampu menatap anak tersebut yang bernama Jean. Dia memiliki rambut kecoklatan, mata bulat dengan manic mata abu-abu, bulu mata lebat dan lentik, pipi bulat dan bersemu merah. Lucu sekali anak laki-laki dihadapanku.

Apa?!

Sedetik kemudian aku baru sadar apa yang dikatakan ibuku, mengurus bocah yang ada dihadapanku? Walaupun dia lucu, tetapi siapa yang akan menjamin bahwa tingkahnya pun lucu? Apa Nenek Sihir pikir aku seseorang pengangguran yang dapat mengurus seorang anak?! Benar-benar keterlaluan.

“Urus dia dengan baik Diaz,” Katanya hendak pergi “dia adalah anakmu Jean Damian Holand adalah namanya, Aku dan ayahmu sudah sepakat mengadopsinya atas namamu,” lanjutnya sebelum pergi.

Aku hanya bisa terdiam menatap bocah lelaki dihadapanku yang menatapku dengan polosnya.

***

Aku tidak tenang berada dikantor seharian ini, sepertinya memang sudah direncanakan oleh Nenek Sihir untuk mengusik ketenanganku. Kupanggil James, sekretarisku untuk masuk keruanganku.

“Kau tahu cara mengasuh anak usia 5 tahun?” tanyaku langsung setelah James berada diruanganku.

James tersenyum paham maksud pertanyaanku. Mungkin sedikit banyak dia mengerti tentang rencana Nenek Sihir yang tidak lain adalah ibu kandungku sendiri.

“Apa Kau membutuhkan seorang pengasuh?” Tanya James hati-hati.

Aha! Itu dia, aku membutuhkan pengasuh. Tetapi pasti memang itu yang diiinginkan oleh Nyoya Cecilia yang terhormat. Baiklah akan kuikiti alur permainannya. Kita lihat siapa pemenangnya kali ini.

Aku meminta James untuk mencarikan beberapa barang kebutuhan Jean, seperti pakaian, mainan, buku bacaan, dan tetntu saja merencanakan untuk menyekolahkannya disekolah terbaik. Karena sepertinya aku mulai menyayangi jean.

Tanpa diperintahkan dua kali, James meluncur cepat. Memang ada untungnya memiliki sekretaris Pria ketimbang wanita, karena lebih gesit dan cekatan.

Aku kembali tenang, fokus pada pekerjaanku

***

Aku berusaha pulang cepat dari biasanya, tak sabar melihat Jean yang aku titpkan pada nyonya Talitha hari ini, untung saja Nyonya Talitha mau tetap tinggal hingga aku kembali. Aku memberikan uang tambahan padanya, sesaat dia hendak meninggalkan apartement.

Aku melihat Jean, telah tertidur pulas. Nafasnya teratur menandakan sudah lama tertidur, tahu sendiri pekerja kantoran paling cepat untuk pulang pun jam tidur sudah tiba. Aku terenyuh melihatnya tertidur, seperti malaikat kecil yang membawa perdamaian. Mungkin akan terjadi antara aku dan ibuku. Kukecup kening Jean dengan sayang.

Tanggung jawab sebagai ayah dimulai hari ini. 

Accident in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang