Part 7 : Ferdinand Diaz Holand

11.8K 244 9
                                    

Lelaki yang memiliki darah Amerika Latin tersebut sedang duduk berpangku tangan di belakang meja kerjanya. Tidak seperti biasanya, lelaki yang bisa dibilang gila kerja, duduk melamun saat jam kerja berlangsung.

Dering telepon berbunyi membuyarkan lamunan Diaz, dengan malas diangkatnya telepon terssebut yang dia yakin dari sekretarisnya.

“Ada apa James?” Tanya Diaz setelah mengangkat teleponnya.

“Nyonya Holand ingin berbicara denganmu Diaz,” jawabnya ragu-ragu.

Sesaat, tampak Diaz mengerutkan keningnya menebak apa rencana dari ibu kandungnya tersebut. Terkadang rencananya memang diluar dugaannya yang tentu saja merepotkan hari-harinya.

“Baiklah sambungkan,” Pintanya pada James diseberang sana.

Tak lama kemudian sambungan teleponnya segera beralih ke saluran dimana Nyonya Cecilia sedang menunggu.

“Ada apa kali ini Ma?” Tanya Diaz sedikit malas dengan permainan ibu kandungnya.

“Apa begitu caramu menerima telepon dari Ibumu?” sindir Nyonya Cecil pada putra semata wayangnya.

“Ayolah Ma,” Kata Diaz sedikit merajuk “Hari ini pekerjaanku banyak,” lanjut Diaz

“Baiklah,” Kata Nyonya Cecil mengalah “Kenalkan wanita yang Kau sukai akhir pekan ini, jika tidak lihat saja akibatnya,” lanjut nyonya Cecilia dengan nada penuh ancaman.

Diaz hanya mampu mendengarkan setiap kalimat ibunya dengan cermat, berusaha tidak ada setiap katapun yang luput dari pendengarannya.

“Aku tidak memiliki wanita yang Aku sukai Ma,” Kata Diaz mencoba menjelaskan.

“Diego sudah menceritakan segalanya pada Mama,” kata Nyonya Cecilia yang menjelaskan semuanya “Mama rasa akan menyukai gadis itu,” Lanjut Nyonya Cecilia.

Kalimat terakhir yang diucapkan Nyonya Cecilia tidak bisa membuatnya berkutik lagi, Diego sudah kelewatan. Padahal dirinya hanya pernah bertemu dua kali dan itupun tanpa berkenalan dengannya. Jadi bagaimana Diaz mengajaknya?

 “Ingat Diaz, Kau harus mengenalkannya pada Kami,” Kata Nyonya Cecilia yang masih berada di sambungan telepon. “Jika tidak, akan ada akibatnya,” Lanjut Nyonya Cecilia yang langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Diego terlalu banyak bicara pada Mama Pikir Diaz

Diaz sudah kehilangan moodnya untuk bekerja. Di sambarnya Jas yang tergantung rapi di balik kursinya dan segera dikeluarkan kunci mobil yang berada disaku celananya, Diaz pun keluar dari ruangannya. Tidak dipedulikannya tatapan James yang seolah mengatakan tidak setuju dengan tindakannya keluar kantor saat jam bekerja. Tetapi peduli apa Diaz saat pikirannya sedang kusut menghadapi rencana Nenek sihir tersebut.

***

Sudah lima belas menit lamanya setelah Diaz meninggalkan kantornya, disinilah dia sekarang. Di kantor Diego.

Diaz memasuki kantor tersebut dengan penuh kesal kepada sahabatnya itu, tidak dihiraukannya tatapan kagum dari pegawai perempuan Diego yang memasang wajah yang sama, menginginkan Diaz sebagai kekasih mereka.

Kalian bukanlah tipeku gumam Diaz geli

Diaz memasuki ruangan Diego dengan penuh amarah pada Diego. Bahkan Delila sang sekretaris Diego tidak berani menegur Diaz karena langsung masuk keruangan atasannya.

“Apa maksudmu menceritakan hal konyol pada Nenek Sihir itu?” Kata Diaz langsung pada topik.

 “Maaf Diaz,” Diego tersenyum minta maaf. “Aku bertemu Nyonya Cecil dan beliau memaksaku menceritakan tentangmu,” Lanjut Diego dengan nada ingin dimaklumi.

Diaz menghela nafas panjang. Penjelasan Diego cukup masuk akal, karena Ibunya tidak akan mungkin menanyakan dengan cara yang baik.

“Tetapi seharusnya Kau memperingatkanku, Diego,” Kata Diaz sedikit melunak.

“Nyonya Cecilia mengancamku,” Jelas Diego “Berdamai sajalah dengan Nyonya Cecil,” Saran Diego.

Berdamai dengan Ibunya? Itu hal terakhir yang pernah terpikirkan oleh Diaz, lagipula Diaz masih nyaman dengan statusnya saat ini. Diaz bukannya takut mengikatkan dirinya kepada komitmen, dirinya pun tidak memiliki trauma masa lalu dengan seorang perempuan, hanya saja Diaz merasa belum waktunya untuk memasuki hidup baru dengan wanita yang dicintainya.

“Itu hal terakhir yang akan lakukan Diego,” Kata Diaz memecahkan kebisuan diantara mereka.

Diego hanya mengelengkan kepalanya, karena sedikit kesal dengan pilihan sahabatnya tersebut. Dia teringat dahulu juga berada diposisi Diaz, hanya saja dia menerima dengan senang hati wanita yang menginginkannya.

Saat ini Diaz bingung dengan keputusannya yang akan diambil untuk memenangkan permainannya kali ini, jika Diaz mengajak perempuan tersebut, tentu saja Ibunya akan senang luar biasa. Karena perempuan yang Diaz lihat, benar-benar memiliki aura yang kuat didalam dirinya. Siapapun yang melihatnya tidak perlu menoleh dua kali untuk menilai bahwa ia menarik.

Tetapi jika Diaz tidak membawa perempuan tersebut, dirinya tidak tahu apa yang akan dihadapinya. Ancaman Ibunya kali ini membuatnya tidak berkutik. Bagaikan  pepatah Buah Simalakama.

___________________________________________________________________

Catatan Penulis :

Makasih semuanya yang mau menyempatkan membaca tulisanku yang masih banyak kekurangannya ini. Semoga part ini bisa memuaskan kalian :) dan part selanjutnya akan lebih baik lagi.

Love - Anyelir

Accident in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang