Part 2 : Selina Nicola Adam

16K 278 4
                                    

Pagi ini cukup dingin untuk musim yang sudah berganti, Seorang perempuan yang berusia 24 tahun bangun dari ranjangnya yang nyaman. Menyeret tubuhnya dengan paksa menuju kamar mandi.

El. Begitulah teman sekamarnya memanggilnya, perempuan itu pun segera mandi dengan rasa tidak nyaman karena di rumah yang mereka sewa tidak ada pemanas sehingga mereka selalu mandi menggunakan air dingin yang justru cepat membuat kulit mereka kasar.

Tidak sampai lima belas menit, El keluar dari kamar mandi dengan keadaan menggigil dikeringkannya badannya dan sesegera mungkin mengolesi badannya yang cukup padat berisi dengan minyak kayu putih agar badannya menghangat. Dan dilanjut mengenakan kemeja sopan dan senada dengan celananya. Pagi ini El harus tiba di Taman Kanak-Kanak yang memperkerjakannya menjadi guru.

“El mau menumpang tidak pagi ini?” Tanya Amanda teman sekamarnya yang memiliki profesi sebagai makeup artist.

“Tak usah Em,” tolak El halus “lagi pula jarak rumah ini dengan taman kanak-kanak cukup dekat,”

Amanda hanya bisa mengangkat bahu tak peduli dan segera berlalu menuju mini cooper kesayangannya.

El menatap cermin, setelah dirasanya tidak ada yang aneh pada dandanannya dan berlalu menuju Taman Kanak-Kanak.

***

Selina Nicola Adam nama lengkap El dia sudah tidak memiliki siapa-siapa didunia hanya Em atau Amanda saja kerabat yang dikenalnya dengan baik. El bukanlah tipe perempuan introvert hanya saja dia masih belum merasa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Banyak teman lelaki Amanda yang ingin mengenalnya, bahkan belum berkenalan sudah ditolak halus oleh El. Bukan bermaksud sombong karena El sangat cantik dan mempesona, tetapi karena El takut mereka merasa diberi harapan. Sebelum hal itu terjadi, El sudah memadamkan api harapan para lelaki yang ingin mengenalnya lebih.

“Ibu, George menggigit tanganku,” lapor Renata salah satu siswanya.

Dengan penuh keibuan, El menghampiri Renata dan George dan menanyai permasalahan yang mereka ributkan. Setelah mengetahuinya, El meminta George untuk meminta maaf dan berkata tegas pada George agar tidak mengulangi perbuatan tersebut. El merogoh saku celananya dan memberikan permen loli pada Renata dan juga pada George, karena Renata telah bersikap mau memafkan dan George berani meminta maaf. Dengan cara yang diterapkan El, Renata dan George pun dapat bermain bersama kembali dan melupakan masalah kecil yang hampir membuat Renata menangis.

El menatap kepergian Renata dan George dengan tersenyum geli.

***

“Kau yakin akan bekerja malam ini?” Tanya Amanda khawatir “Diluar hujan deras, sebaiknya kau telepon restoran cepat saji untuk ijin tidak masuk,” Nasihat Amanda.

Tetapi El yang memang keras kepala tetap menuju restoran cepat saji dengan berjalan kaki menggunakan mantel hujan beserta payung. Jika pagi hari tiba El ada seorang guru di taman kanak-kanak tetapi jika sore tiba El adalah seorang pramusaji di restoran cepat saji yang buka 24 jam, untungnya El bekerja dimulai pukul enam sore hingga pukul satu pagi. Dan akan tidur hanya sebanyak 6 jam sehari. El tidak perlu khawatir karena proses belajar mengajar dimulai pukul delapan pagi.

“Kau tampak tidak sehat El?” Sapa Alex temannya seprofesi di restoran cepat saji.

“Hanya sedikit lelah dan jenuh,” jawab El sekenanya dan berlalu menuju ruang ganti pegawai.

Alex menatap kepergian El dengan pandangan yang tidak terbaca.

Tidak seperti biasanya, malam ini restoran lebih ramai sehingga El dan rekannya tampak sibuk hilir mudik dari membersihkan sisa makanan dimeja, menyapa tamu yang datang, dan mengantarkan pesanan pelanggan. El begitu cekatan dalam mengerjakan tugasnya Robert sang manajer menyukai keterampilan El dan diam-diam juga memendam obsesi pada El.

Jam dinding dalam restoran sudah menunjukkan pukul 12 pagi lewat 15 menit, pintu restoran terbuka seorang lelaki yang memiliki wajah yang tampan dan berwibawa memasuki restoran bersama seorang wanita yang tidak kalah menawan, mereka sangat cocok berjalan bersama tetapi sepertinya sang pria tampak tidak menyukai kehadiran sang wanita.

“Selamat datang, silahkan lewat sini,” El sedikit gugup karena tiba-tiba jantungnya berdetak kencang dihadapan pria asing.

Dengan cekatan El memberikan menu makanan yang tersedia direstorannya dan mencatat setiap menu makanan yang dipesan oleh tamu yang berada didepannya.

“Silahkan menunggu kurang lebih sepuluh menit,” El berlalu dan segera menyerahkan pesanan pada Jonathan sang koki.

Alex yang sedari tadi memperhatikan sikap El, merasa sudah tidak memiliki harapan setelah melihat pemandangan yang jarang ia lihat. Dengan hati yang terluka, dia menyembunyikannya dalam diam.

Accident in LoveWhere stories live. Discover now