Part 1 : Ferdinand Diaz Holand

46.1K 328 6
                                    

Seorang lelaki dengan postur tinggi tegap dengan dada bidang ditambah hiasan otot bisep yang wajar di lengan kanan kirinya menambah kesan seksi pada tubuhnya, wajahnya oval dengan bingkai rahang yang kokoh membuat orang yang melihatnya akan berkata dirinya seorang yang tegas. Bentuk matanya tajam seperti mata elang dihiasi manik mata bewarna hazel pasti akan membuat seorang wanita akan luluh hatinya dengan tatapan yang teduh namun terkesan misterius, dialah Ferdinand Diaz Holand.

Diaz begitu biasa ia disapa oleh asistennya, bukan bermaksud tak sopan atau bagaimana, karena memang Diaz bukanlah orang yang suka dengan protokoler yang berlebihan menurutnya. Bersikap sebagai kawan akan lebih mudah dalam membangun atmosfer hubungan kerja yang nyaman.

Lelaki itu baru saja terbangun dari tidurnya, tangannya meraih gelas yang selalu berada di meja kecil sebelah ranjangnya dan hendak menghirup air yang berada dalam gelas, namun rupanya Diaz lupa gelas yang dia pegang belum diisi ulang olehnya semalam dan hal itu membuatnya gusar.

Kerongkongan Diaz terasa panas saat ini, dan dia pun masih sangat mengantuk dan malas untuk melangkahkan kakinya kedapur tetapi apa boleh buat dengan terpaksa Diaz pun beranjak dari ranjangnya.

Lelaki itu hanya mengenakan boxer hitam ketika keluar dari kamar tidurnya, berjalan menuju dapur. Diaz membuka lemari pendingin dan dengan sesegera mungkin menuangkan air mineral yang berada di botol ke dalam gelas yang dibawanya dan menghabiskannya dalam sekali tegukan, dan kali ini Diaz tidak lupa mengisi kembali gelasnya untuk berjaga-jaga jika Diaz terbangun kembali dari tidurnya ketika haus.

Udara pagi ini masih cukup dingin, disebabkan sisa dari musim dingin yang lalu. Sinar matahari nampak malu-malu melewati celah jendela apartement Diaz. Dengan malas lelaki itu membuka matanya. Tampak kedua matanya masih merah menandakan ia masih lelah  karena insomnia masih menyerangnya hingga pukul 3 pagi dan itupun terjaga berkali-kali.

Diaz menyeret kakinya dengan paksa ke kamar mandi yang menyatu dengan kamar tidurnya. Dilepaskan satu-satunya penutup badannya dan dilemparkan begitu saja pada keranjang untuk baju kotor, dengan keadaan telanjang Diaz memasuki pancuran shower yang mengeluarkan air hangat dan tentu saja membuat rileks otot-ototnya yang kaku.

Setengah jam lamanya Diaz berada dibawah pancuran air hangat, karena takut diburu waktu Diaz pun segera menyudahi kesenangannya. Dimatikannya dan segera beranjak mengambil handuk dari gantungan dan menyampirkan handuknya dipinggang tanpa mengeringkannya terlebih dahulu.

Badannya masih setengah basah ketika Diaz berada di ruang tidurnya dan segera beralih ke lemari pakaiannya. Di ambilnya kemeja lengan panjang bewarna coklat susu beserta celana jeans, digantungkan kembali pada lemari tetapi kali ini berada di handel pintu lemari. Diaz melepas handunknya dan kali ini benar-benar mengeringkan badannya, dipakainya dalamannya dan dilanjutkan dengan boxer bewarna merah marun. Dengan setengah telanjang dia beralih ke meja rias kecil sesuai dengan selera para pria. Diambilnya deodorant spray yang berbau maskulin disemprotkan keseluruh tubuhnya, wangi maskulin pun kini menyebar ke seluruh ruangan. Kini dia beralih ke parfum favoritnya dengan wangi yang senada hanya pada leher, dada, lipatan lengan dan pangkal lengannya dimana nadinya berdenyut. Setelah selesai Diaz pun bersiap memakai pakaiannya lengkap. Setelah menggunakan sunblock pada kulitnya yang tidak terlindungi Diaz pun segera  keluar menuju kantornya.

***

Sepuluh menit yang lalu Diaz baru saja tiba diruangannya, dan segera memanggil sekretarisnya James agar memasuki ruangannya.

“Apa saja jadwal hari ini?” Tanya Diaz pada sekretarisnya.

“Hari ini kantor kita akan ada inspeksi mendadak dari kantor pusat Diaz,” jawab James hati-hati.

“Berarti  akan ada nenek sihir hari ini,” gumam Diaz tetapi tetap terdengar oleh James “baiklah hari ini kita tampak sibuk menghadapi nenek sihir,” lanjut Diaz dengan senyum main-mainnya.

James tahu pasti siapa yang dimaksud dengan Nenek Sihir oleh bosnya, yaitu Nyonya Cecilia Holand yang tidak lain adalah ibu kandung Diaz. Hubungan keduanya sebenarnya cukup baik namun ada yang membuat Nyonya Cecil sangat geram dengan anak laki-lakinya yang sudah berkepala tiga namun tidak ada juga tanda-tanda akan segera menikah. Dan setiap kali Nyonya Cecil berkunjung ke kantor cabang pasti akan selalu membawa seorang perempuan yang akan dikenalkan pada Diaz dengan harapan agar Diaz mau membuka hatinya. Karena itulah membuat Diaz tidak tahan dengan sikap ibunya hingga memberikan julukan Nenek Sihir.

Diaz bukan tidak tertarik pada wanita, tetapi masih belum merasa cocok. Dan alasan mengapa sekretarisnya adalah pria, karena menurutnya akan lebih mudah jika harus bepergian keluar kota atau melakukan pekerjaan yang berat. Murni alasan pekerjaan.

Accident in LoveWhere stories live. Discover now