Part 8 : El

11.9K 225 10
                                    

PERHATIAN :

Cerita dibawah ini mengandung sedikit unsur dewasa, harap yang masih berada dibawah umur tidak membaca cerita ini.

___________________________________________________________________

Sudah seharian ini aku merenung diri dikamarku. Memikirkan apa yang dilakukan Kevin padaku semalam, sedikit membuatku canggung berada dihadapannya. Aku juga tidak bisa bersikap seolah tidak ada apapun yang terjadi dihadapan kami.

Seharusnya Aku tidak boleh terlalu dekat dengan Kevin sehingga menyebabkan dirinya salah paham. Tetapi aku menyukai kedekatanku dengannya karena Kevin selama ini menempatkan dirinya sebagai kakak lelaki yang tidak aku miliki.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.

“Selina, bukalah pintunya,” Suara Kevin berada dibalik pintu.

Aku ingin menjawab, tetapi entah mengapa tidak ada suara yang keluar.

“Maafkan Aku,” Kata Kevin dengan nada putus asa.

Aku tercekat mendengar nada suaranya yang begitu sedih. Tidak pernah sekalipun Kevin menampakkan wajah sedih padaku maupun Amanda. Aku merasa bersalah telah membuatnya seperti ini.

Aku beranjak dari ranjang, menuju pintu yang tertutup. Kubuka pintu kamarku, dan kudapati Kevin berada dibalik pintu dengan wajah dan rambut yang kusut.

Kevin meraihku kedalam pelukannya setelah aku membuka lebar-lebar pintu yang menghalangi kami.

“Maafkan aku Selina, seharusnya aku tahu kau hanya menganggapku sebagai kakak,” Katanya dengan suara parau.

Aku hanya bisa diam mematung dalam pelukannya.

***

Amanda tidak seperti biasanya yang selalu hanya berduaan dengan Daren kekasihnya, tetapi dirinya sedang berada dikamarku meminta penjelasan mengenai apa yang terjadi antara aku dengan kakak lelakinya, Kevin.

Tidak ada pilihan lain selain menceritakan semua pada Amanda. Ku perhatikan raut wajahnya setelah mendengarkan kejadian yang kami alami semalam.

Amanda tampak memasang wajah menyesalnya, aku tidak tahu dirinya menyesalkan apa.

“Aku senang El, jika suatu saat Kau akan menjadi Kakak Iparku,” Kata Amanda memecahkan kebisuan diantara kami.

Kini Aku mengerti mengapa dia memasang wajah menyesal.

“Tetapi Kau tidak mencintai Kevin, dan aku bisa menerimanaya,” Kata Amanda dengan senyum tulusnya.

Aku merasa lega saat Amanda mengatakan hal itu, tetapi tetap saja rasanya ada yang berbeda diantara kami bertiga, Aku, Amanda dan Kevin.

“Kau tidak membenciku Em?” tanyaku pada Amanda.

Amanda tersenyum mendengarkan pertanyaanku, dan kemudian menggenggam tanganku.

“Aku menyayangkan mengapa kau menolak cinta Kevin, aku tahu dia tulus mencintaimu, tetapi Kau tidak mencintainya Aku bisa mengerti,” Jawab Amanda tulus.

Aku memeluk Amanda sebagai ungkapan terimakasihku karena tidak membenciku.

***

“Kau ingin apa Selina?” Tanya Robert dengan kesal padaku.

“Maaf Pak, Saya ingin berhenti dari restoran ini,” Kataku sopan.

Pria bertubuh gemuk dengan perut buncit yang menggelambir tanda sudah melewati masa produktif seorang pria, dialah Robert yang sedang berbicara padaku seorang manajer restoran cepat saji tempat aku bekerja.

BRAK!!!

Robert menggebrak meja lantaran tidak menerima keputusanku untuk berhenti. Aku tidak bergeming dengan kelakuannya yang cukup kekanakan menurutku.

“Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini,” Katanya dengan senyumnya yang licik padaku.

Aku tidak tahu kemana arah pembicaraannya.

Robert berdiri dari balik meja kerjanya, dan berjalan kearahku. Robert tersenyum licik kearahku, mengangkat daguku kearahnya. Tangannya dengan kurang ajarnya meremas buah dadaku. Dengan kesal, kutepis tangannya yang tidak pernah disekolahkan itu.

“Kau akan menemaniku malam ini sayang, setelahnya Kau boleh keluar dari pekerjaanmu,” Katanya-katanya terdengar menjijikkan.

Dicekalnya kedua tanganku kebelakang punggungku. Diciumnya bibirku dengan paksa, lidahnya berusaha menerobos kedalam tetapi tidak berhasil, akhirnya dia menyerah akan usahanya.

Tangannya beralih ke pakaianku dan Sret! Dibukanya dengan paksa kemeja bewarna merah yang aku kenakan, sehingga menampakkan bra berenda yang saat ini kukenakan, membuatnya mata pemangsa dihadapanku semakin buas.

Aku berontak sekuat tenagaku, menendang dan berteriak dengan kencang kulakukan. Hingga kudapati Robert manajer sialan terkapar tidak sadarkan diri. Aku tidak tahu apa yang terjadi.

Aku terduduk menangis ketakutan dan berusaha menutup kembali pakaianku yang sudah robek akibat perlakuan Robert yang menjijikkan.

“Tenang El, Kau aman,” kata seseorang yang menyelamatkanku.

Belum sempat aku melihat wajahnya dengan jelas aku sudah tidak sadarkan diri

___________________________________________________________________

Catatan penulis :

Saat kalian membaca Accident in Love, kalian membayangkan siapa sih yang jadi karakter yang ada di dalam cerita? jawab ya, aku penasaran soalnya, hehe

Love-Anyelir

Accident in LoveWhere stories live. Discover now