Part 9 : Diaz

11.2K 179 5
                                    

Langit biru telah berubah warna menjadi oranye jingga saat aku kembali ke apartement dalam keadaan pikiran yang kusut. Setelah memasuki apartement aku memutuskan untuk berendam air panas untuk menghilangkan berbagai pikiran yang membebaniku semalaman.

Kunikmati rasa hangat yang melingkupi seluruh tubuhku saat berendam, merasakan rileksnya otot-otot yang kaku seraya memejamkan mata dan tidak terasa aku tertidur.

***

 Tidak terasa aku tertidur selama sejam lamanya, kuputuskan untuk segera menyudahi berendamku. Airnya pun sudah menurun suhunya, cukup dingin. Membuatku merasa tidak nyaman.

Aku memutuskan menuju dapur untuk memakan sesuatu, sebelum memasuki jam makan malam. Aku melewati jam makan siang tadi, karena memikirkan strategi apa yang akan aku ambil untuk memenangkan permainan.

Aku mengambil beberapa buah apel dan jeruk kesukaanku yang terdapat didalam lemari pendingin dan sebotol air mineral. Untung saja aku selalu menyediakan buah-buahan didalam lemari pendingin. Lumayan untuk mengganjal perutku yang cukup lapar.

***

Apa aku harus menemui perempuan itu? Tapi apa yang akan aku katakan padanya?

Ikutlah denganku, Kau akan kukenalkan pada Mamaku? Perempuan itu pasti akan langsung kabur saat mendengar kalimat tersebut. Geli sendiri aku saat memikirkannya.

Aku menimbang apa yang sebaiknya aku lakukan, kali ini mau tidak mau aku mengikuti kemauan Nenek sihir itu. Aku harus memilih yang memungkinkan aku tidak terlalu banyak merugikanku.

Jika aku tidak menuruti keinginan Nenek sihir, aku tidak tahu apa yang akan ada dihadapanku. Tentu saja akan menyulitkanku. Tetapi jika aku menemui dan berbicara baik-baik pada perempuan itu, mungkin dia mau mendengarkan dan mungkin saja aku akan mencintainya. Siapa tahu?

Gotcha!

Aku merasa ada sebuah lampu menyala didalam pikiranku. Detik itu juga aku tahu apa yang harus aku lakukan. Kusambar kunci mobil dan segera keluar dari apartement.

***

Aku menepikan mobil yang kukendarai didekat restoran tempat perempuan itu bekerja. Aku tidak tahu perempuan itu masuk shift apa, hanya saja setiap langkah kakiku terasa ringan menuju kerestoran cepat saji tersebut. Tetapi alangkah terkejutnya aku, saat mendapati restoran cepat saji yang buka 24 jam tersebut tutup.

 Lampu yang menyala tadi berubah redup dan perlahan menjadi gelap.

***

Aku sudah menenggak habis gelas yang berisi bir mungkin ini yang ke dua belas kalinya, entahlah aku tidak ingat. Sudah sebanyak itu tetapi aku tidak merasakan tanda-tanda akan mabuk. Akhirnya kuputuskan untuk kembali.

***

Saat hendak kembali menuju ke apartmentku, tetapi entah mengapa aku sudah berada didepan gedung apartmen Diego, dan disinilah aku. Menceritakan segala kejadian yang aku alami hari ini.

“Tenanglah Diaz,” Suara Diego mencoba menghiburku.

Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya.

Baru saja aku merasakan ada pelangi ditengah hujan yang cerah, tetapi badai datang dengan tiba-tiba menyebabkan pelangi yang tadinya muncul hilang entah kemana.

Accident in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang