Part 4 : El

13.1K 247 2
                                    

Aku masih saja merasa jantungku lebih cepat berdetak seperti kemarin malam ketika bertemu dengan lelaki itu di restoran saat aku bekerja. Sayang, sepertinya sudah memiliki kekasih. Wanita yang bersamanya kemarin sangat cantik dan cocok jika mereka jalan beriringan.

“Ada apa denganmu El?” Tanya Amanda penasaran dengan tingkah lakuku hari ini.

“Aku tidak mengerti Em,” jawabku menghela nafas panjang.

“Kau bertemu dengan pria tampan di restoran, dan kau tak bisa melupakannya,” tebak Amanda tepat.

Refleks, kupalingkan pandanganku pada Amanda dan mencoba mencari dimana dia mengetahuinya. Tetapi justru membuat Amanda tertawa hingga dia terpingkal melihat aku yang bingung dengan sikapnya.

“Kau itu mudah sekali terbaca El,” Kata Amanda memberitahuku.

Apa iya aku sebegitu mudahnya terbaca? Aku melanjutkan memikirkan siapa sebenarnya pria itu? Siapa juga wanita yang bersamanya? Kekasihnya kah? Atau tunangannya? Atau bahkan istrinya? Hah! Memikirkannya saja membuat hatiku sakit.

“El!” Jeritan sumbang membuyarkan lamunanku.

Aku berpaling kembali kepada kawan serumahku, sejak aku memasuki universitas. Setelah lulus tiga tahun yang lalu, kami memutuskan untuk tetap tinggal dan menyewa rumah ini. Walaupun tidak ada pemanas air, tempat ini cukup strategis jadi memudahkan kami untuk menjelejahi pusat kota.

“Jangan meneriakiku Em,” kataku sebal pada Amanda “Aku tidak tuli,” lanjutku padanya

Amanda hanya tertawa melihatku marah padanya.

“Ayolah El, Jangan menunjukkan bahwa kau patah hati,” Kata Amanda

Kata-kata Amanda membuatku takjub, sebegitu mudahkah aku terbaca?

“Lagipula hari ini, Sabtu! Kita harus jalan-jalan menikmati akhir pekan,” Kata Amanda bersemangat.

Yeah! Akhir pekan dalam kamus Amanda adalah pergi ke kelab malam bersama kekasihnya Daren, hingga pagi menjelang baru keduanya memutuskan kembali. Di Apartement Daren atau di rumah yang kami sewa. Sebagai orang yang sama-sama dewasa, tahulah apa yang berikutnya yang akan terjadi pada dua anak manusia itu.

“Tidak terimakasih Em,”tolakku halus “aku tidak nyaman berada diantara kalian,” lanjutku.

Apa yang kalian harapkan saat ada teman kalian berpacaran dengan adanya kalian, diantara dua orang yang menikmati dunia milik berdua?

“Demi Tuhan El!” Jerit Amanda putus asa.

Aku mengerutkan keningku tanda tidak mengerti maksud dari jeritannya terakhir kali.

“Aku tidak menemui Daren hari ini, tetapi Kevin,” jelasnya padaku.

Kevin adalah kakak lelaki Amanda, jarak mereka hanya terpaut satu tahun. Usia Amanda sama denganku.

“Baiklah Aku ikut,” kataku mengalah.

Aku pernah bertemu beberapa kali dengan Kevin saat Aku masih kuliah dulu, akhir-akhir ini kesibukanku yang cukup memakan waktu dan Kevin juga sibuk dengan jadwal manggung band nya yang saat ini cukup populer, sehingga susah sekali bagi Kevin dan Aku untuk bertemu.

Aku memakai celana dari bahan katun, dengan atasan kaos bewarna merah marun yang berdada rendah memperlihatkan belahan dadaku. Kupoles wajahku dengan sedikit makeup tipis. Sentuhan terakhir, kuurai rambutku yang bewarna kuning keemasan yang sedikit bergelombang.

Aku menunggu Amanda selesai berdandan, dengan mendengarkan lagu kesukaanku dari ipod kesayanganku. Beberapa lagu kesukaanku kebanyakan lagu ciptaan Kevin, benar-benar mencerminkan diriku saat ini.

“Hai Selina,” sapa suara yang tidak asing ditelangaku

Aku menoleh keasal suara, dan sejenak aku terpaku melihat seorang yang memiliki wajah yang tampan dengan alis mata yang tebal, dadanya bidang yang cukup menggoda. Jika diamati cukup lama ada kesamaan antara Kevin dengan Amanda, rambut mereka sama-sama hitam legam dengan manik mata biru laut.

“Kevin!” kataku tidak menyembunyikan rasa senangku bertemu dengannya.

Aku berlari kepelukannya, yang dihadiahi sebuah kecupan sayang diubun-ubunku. Jangan salahkan aku. Aku menganggapnya seperti kakak laki-laki yang tidak kumiliki, baik Kevin maupun Amanda tidak keberatan dengan itu.

“Kapan kau sampai?” Tanya Amanda yang sudah berada di pelukan Kevin.

“Baru saja,” jawab Kevin seraya mengacak-acak rambut Amanda dengan sayang yang dihadiahi tatapan galak oleh Amanda.

Aku hanya tertawa melihat keakraban keduanya, jujur saja aku iri sekali. Betapa beruntungnya Amanda dan juga Kevin yang saling memiliki satu sama lain.

***

Kami bertiga, Aku, Amanda dan juga Kevin sudah berada dalam restoran yang cukup mewah. Hari ini kami merayakan atas keberhasilan kami bertiga dengan passion masing-masing, walaupun sebetulnya aku masih jauh dari kata keberhasilan tetapi aku menikmatinya berada diantara Kevin dan Amanda.

Accident in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang