Dua Puluh Dua

429K 18.3K 1.9K
                                    

Cewek itu paling suka diperjuangin dan cinta itu butuh perjuangan.

*

Aldi uring-uringan begitu Letta memaksanya pindah tempat duduk dengan cewek yang duduk di depan mereka. Letta seakan menghindarinya. Tapi Aldi nggak tahu salahnya di mana. Apa karena kemaren? Apa gue salah ngungkapin perasaan gue?

Sekarang Aldi duduk di kantin, bersama ketiga sahabatnya, tapi ia malah sibuk sendiri dengan pikirannya. Mengapa, mengapa, dan mengapa. Kata-kata itu yang terus berputar di otaknya.

"Jadi gimana? Lo setuju nggak, Di? Tinggal lo nih yang belum jawab." Lamunan Aldi buyar bersama dengan senggolan tangan Vino yang duduk di sebelahnya. Apaan? pikirnya.

Wajah kebingungannya membuat ketiga temannya berdecak, lalu menggeleng serempak.

"Lo pasti nggak denger apa yang dari tadi kita omongin ya!" tuduh Andre. Tapi Aldi bukannya berbicara malah memasang wajah lempengnya.

"Malah diem. Seenggaknya tanya kek tadi kita lagi ngomongin apa," gerutu Andre sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

Kesal melihat sahabatnya yang mendadak lola begini.

"Lo kenapa sih?" tanya Radit.

Aldi menundukkan kepala, lalu berbicara sangat pelan, namun masih sempat terdengar oleh ketiga temannya, "Gue... Semalam nembak Letta." 

"Rumah tingkat tiga."

"Mobil Ferarri."

"Alat fitnes," ujar ketiga temannya bergantian.

"Kita menang, Bro!! Kita menang!!!" ujar Vino. Mereka langsung melakukan celebration-nya dengan berpelukan sambil jingkrak-jingkrak.

"Yee... yeee... Kita menang... Kau orang kalah..!! Yee... yeee... Kita menang... Kau orang kalah...!!" ujar Andre, meniru kata-kata Upin-Ipin dengan logat Melayu.

"Betul! Betul! Betul!" timpal Radit.

"Heh! Sinih lo pada! Gue belum selesai cerita," ujar Aldi. Dengan cepat, ketiganya langsung memepet Aldi. Penasaran dengan kelanjutan cerita yang sempat terpotong tadi.

"Lo diterima?"

"Ditolak?"

"Apa digantungin?" ujar ketiganya bergantian. Lagi?

Aldi memasang tampang sebal.

"Udah jawab aja, cepet!" ujar Radit tak sabaran.

"Iya. Iya. Bawel nih! Tadi malem gue... Huftt..." Aldi mengambil napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya sambil berkata, "Ditolak."

"Elo? Ditolak? Huaaahahhahahahahahahhaahha...," jerit Andre.

Ini nih! Bahagia di atas penderitaan orang lain, Aldi membatin. "Gilak! Bahagia amat lo!" sindir Aldi.

"Biasa aja," elak Andre, lalu sejurus kemudian mukanya datar.

"Apanya yang biasa? Ketawa lo nggak santai gitu." Aldi sewot.

"Gue nggak ketawa," kata Andre dengan wajah lempengnya.

"Sial!" desis Aldi.

"Lo ditolak? Gimana ceritanya?" tanya Vino.

"Gue nembaknya kecepetan."

"Lah? Emang kalo nembak orang ada jadwalnya?" Vino bingung. Ia menatap satu per satu temannya. Radit hanya menaikkan bahunya, sedangkan Aldi terdiam.

I'm YoursWhere stories live. Discover now