Empat

667K 25.1K 739
                                    

Happy reading ☺️
Vote sebelum membaca kuy!

***

"Aldi...," gumam Letta tanpa sadar.

Dua orang yang terduduk di atas ranjang itu lantas tersentak,  menoleh dan langsung memisahkan diri begitu melihat Letta  mematung dengan sebelah tangan masih mengepal tirai yang  baru saja disibaknya.

Bola mata Letta melebar ketika tahu apa yang sedang terjadi  di balik tirai itu. Jantungnya berdebar kencang. Otaknya terus  memproses kejadian yang dilihatnya. Terekam jelas walau hanya  sekilas karena Aldi cepat-cepat melepaskan panggutannya pada  bibir cewek itu ketika tirai di sebelahnya terbuka. Demi Neptunus!  Itu tadi menjijikkan! Letta jadi kesal sendiri.

"Gue baru tau seorang Aldi bisa ngelakuin adegan nggak  bermoral kayak gini," cibirnya angkuh. Mata Letta tajam menatap  perempuan di sebelah Aldi dengan tatapan menghina.

Merasa malu, gadis itu—kita sebut saja Mawar—langsung  melompat turun dari ranjang, buru-buru merapikan baju, lalu  keluar meninggalkan Aldi tanpa berkata apa-apa. 

"Shit!" umpat Aldi pelan. Cowok itu tampak kesal karena  ulah cewek cerewet di depannya. Aldi bangkit, berjalan mendekati  Letta yang masih berdiri di tempat semula.

Dengan tangan terlipat di depan dada, wajah Letta tersenyum  mengejek ke arahnya.

"Ternyata selain playboy, lo penjahat kelamin ju—" Sindiran  Letta terpotong oleh tarikan tangan Aldi pada tengkuk lehernya.  Membawa wajah Letta semakin dekat kepadanya. Semakin rapat  hingga akhirnya kedua bibir mereka bisa bertemu. Sebuah kecupan  singkat yang lama-kelamaan menjadi lumatan panjang.

"Rasa strawberry," gumam Aldi setelah memutuskan ciuman  mereka. Cowok itu lalu menatap ke arah Letta tajam. "Gue  nggak suka dikomentarin, apalagi sama orang sok tau kayak—"

Plaakkk....

"Berengsek!" Mata Letta berkaca-kaca. Cewek itu berbalik  dan langsung berlari setelah meninggalkan bekas memerah akibat  sebuah tamparan yang didaratkannya di pipi Aldi.

***

Raka sengaja mengetukkan keras setiap langkahnya,  menimbulkan suara petukan yang memanipulasi suasana hening  di sekitarnya karena koridor sudah sangat sepi sore itu.

Brukkk!

Raka hampir terjatuh ke arah depan ketika punggungnya  ditabrak seseorang dengan sangat keras. Ia berbalik, menemukan  seorang cewek sudah terduduk di lantai. Tubuh cewek itu gemetar, tangan kanannya memegang siku kirinya yang Raka prediksi  terbentur lantai akibat insiden barusan.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Raka. Ia berjongkok, menyamakan  posisi hingga wajah mereka sejajar. Rasa terkejut langsung datang  begitu Raka melihat wajah cewek yang baru saja menabraknya.  Ini bukannya cewek yang tadi ya? pikir Raka.

"Letta 'kan?" kata cowok itu memastikan. "Mana yang  sakit?" Raka memeriksa pergelangan kaki, lutut, dan siku Letta  dengan saksama. Mulus. Nggak lecet sedikit pun. 

"COWOK ANJING! SIALAN! BANGSAT! BERENGSEK!  KAMPUNGAN! LO TUH NGGAK PANTES IDUP TAU  NGGAK?!" Letta tiba-tiba menjerit di depan wajahnya.

Raka terhenyak. Kaget dengan kalimat kasar yang keluar  dari mulut gadis itu. Barusan dia neriakin gue?  "Gu... gue salah apa?" Dengan hati-hati cowok itu bertanya.

Bukannya menjawab, Letta malah menangis. "Hiks... Cowok  kurang ajar! Sialan!" 

Gue? Raka menggaruk tengkuknya, semakin tak paham  dengan situasi ini. Gadis itu memakinya, lalu menangis histeris.  Apa dia marah gara-gara tabrakan tadi?

Raka menghela napas. Ia memutuskan untuk bangkit dan  memungut tote bag Letta yang terpental satu meter dari tempat  gadis itu terjatuh. 

"Gue anterin pulang aja ya. Mau 'kan? Rumah lo di mana?"  katanya seraya menyampirkan tas Letta pada bahunya. Raka  bukan tipe cowok yang tega meninggalkan cewek sendirian,  apalagi yang sedang menangis seperti sekarang.

"Ayo," ujar Raka.

Letta diam, merasa tak sanggup lagi untuk bersuara. Ia  benar-benar lelah. Tenaganya sudah ia pakai habis untuk berteriak  dan menangis, melampiasan kekesalannya dengan ulah Aldi.  Letta mengusap matanya dengan punggung tangan, menyeka air  yang memang sejak tadi memenuhi matanya hingga membuat  pandangannya memburam. Alasan mengapa Letta sampai menabrak  cowok di depannya ini.

"Ayo," kata cowok itu lagi.

Letta akhirnya mengangguk. Ia mendongak, terkejut saat  menemukan sosok Raka berada di depannya. Jadi yang tadi gue  teriakin itu... Raka?

Letta langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.  Mampus gue!

Rasanya sangat malu mendapati dirinya terjebak dalam situasi  se-awkward sekarang. Raka pasti marah dan Letta sudah tak  berani menatap wajah cowok itu. Ia benar-benar kehabisan akal  dan tak tahu bagaimana caranya keluar dari kondisi memalukan  ini. Tanpa pikir panjang, Letta langsung berdiri dan berlari secepat  yang ia bisa. Letta pikir, cepat-cepat menghilang dari pandangan  Raka adalah jalan keluar terbaik. Sialnya, Letta lupa jika tote bag kesayangannya masih berada di genggaman cowok itu.

"Tas gue," gumam Letta lemas mengingat salah satu dari  barang penting di hidupnya telah ia lupakan begitu saja.

***

I'm YoursOù les histoires vivent. Découvrez maintenant