Lima

554K 21K 360
                                    

Aldi baru menyadari betapa sempurnanya wajah gadis di hadapannya ini.

Siang ini, Raka menghabiskan waktu istirahatnya di kantin bersama Kevin dan beberapa temannya.

Pandangannya mengedari suasana kantin yang ramai. Hingga  tanpa sadar, ia beradu pandang dengan gadis yang duduk dua  meja di depannya. Hanya beberapa detik, namun cukup membuat  seluruh pikiran Raka teralih pada gadis itu. Kontak mata mereka  terputus, gadis itu kini tertunduk menatap layar handphone miliknya. Itu 'kan cewek yang kemarin, pikirnya.

Kevin yang berada di sebelah Raka menyadari pandangan cowok itu ke arah Letta. Kevin terkekeh. "Letta ya? Gue pernah ketemu dia di  Exodus. Ditampar pula," kata Kevin setengah kesal.

Raka tertawa. "Kok bisa?"

"Gara-gara gue ngerjain si Kezia. Belom apa-apa udah kena  tampar. Sial!" Kevin bercerita dengan semangat. "Oh iya, gue  pernah cerita 'kan kalo anaknya Tommy Hardjojo sekolah di  Trandana juga? Itu loh, pengusaha kaya yang usaha propertinya baru-baru ini naik daun di Indonesia. Nah! Yang gue maksud itu Letta.  Arletta Hardjojo."

Kevin menyeruput milkshake vanilanya sebelum akhirnya  berkata, "Dia juga sering duduk-duduk di lapangan kalau  kita lagi latihan basket, Rak."

Raka terdiam. Kembali teringat perkenalan singkatnya  seminggu lalu dengan Letta. Sebenarnya ia juga sering melihat  gadis itu saat sedang latihan basket. Letta hanya duduk diam  memperhatikan, lalu ketika latihan selesai, gadis itu pun ikut pergi  meninggalkan lapangan. Tapi sejak hari itu, Raka tak pernah lagi  mendapati Letta duduk di pinggir lapangan. Gadis itu tiba-tiba  saja menghilang—nggak! Letta seakan menghindarinya. Padahal  Raka ingin sekali mengembalikan tas yang cewek itu tinggalkan  tempo hari. Tapi Letta terlalu sulit untuk ditemui.

"Eh, ada apaan tuh?" Kevin tiba-tiba saja bangkit dari  tempatnya duduk.

Raka menoleh. Perhatiannya teralih pada suara ribut-ribut di  sekitarnya. Ia tidak dapat melihat jelas karena anak-anak sudah  berkerumun di meja yang tadi diduduki oleh Letta. Merasa  penasaran, akhirnya ia berdiri. Barulah terlihat jelas bahwa si  biang keributan itu adalah Letta. Raka menganga ketika melihat  gadis itu dengan garangnya memaki dan berteriak di depan Aldi.  Raka tersenyum. Boleh juga.

***

Letta baru saja selesai dengan makan siangnya. Ketika bangun  dan membalikkan badan, tiba-tiba Aldi dengan nampan penuh  makanan menabraknya. Sedetik kemudian, es cincau milik Aldi  langsung berpindah ke seragamnya dan sisanya jatuh berhamburan  ke lantai. Termasuk nasi goreng, ayam bakar, dan sepiring kue  bolu yang di belinya beberapa menit yang lalu.

"What?!" Letta histeris melihat seragam yang dikenakannya  kini basah dengan beberapa cincau yang menempel di sana.

"Sorry ya, Let," ujar Aldi enteng. Aldi tertawa terbahak-bahak  melihat ekspresi Letta yang lucu menahan marah.

"Lo emang ya selalu nyari gara-gara ya sama gue. Pokoknya  gue nggak mau tau, bagaimana pun caranya lo harus ganti rugi!  Baju gue jadi kotor nih ah! Makanya kalau jalan tuh pake mata!"  teriak Letta. Semua yang ada di kantin pun langsung mengerumuni  mereka berdua. Penasaran dengan apa yang sedang terjadi. 

"Ya elah, Let. Nggak usah dibawa ribet deh." Aldi melepas  seragam sekolah yang dikenakannya hingga menyisakan T-shirt  putih yang menempel dengan sempurna pada tubuhnya. Letta yakin  Aldi sengaja menggunakan ukuran medium agar otot-ototnya yang  sedang dalam masa pembentukan itu tercetak jelas. Tukang pamer! 

I'm YoursWhere stories live. Discover now