#13. REALLY?!

90.5K 6.2K 994
                                    

Alangkah indahnya hidup kalau kita bisa bersyukur apa yang kita punya. Menjaga apa yang sudah ada di dekat kita tanpa harus merengek untuk meminta lebih. 

Kena memperhatikan Sena yang sedang tertidur di sampingnya. Hatinya begitu lega, senyumnya selalu terangkat jika melihat Sena terpejam. Dingin yang menenangkan. 

Thanks, God. To give me a Sena Putra Dirmaga.

Ingatan Kena melayang seirama dengan semilir angin malam. Berdesir menyusuri ruang kenangan yang sangat ia rindukan. 

"Kenapa sih lo gak ngerti?! Semua udah berubah saat elo kehilangan kaki elo. Benar, gue yang ngintip di celah pintu, dan gue gak kuat ngeliat lo menjerit putus asa kayak gitu. Lo gak bakal pernah tau gimana nyeselnya gue, gimana rasa bersalah ini tuh membuat gue nyerah sama keadaan."

"Waktu lo berteriak setelah sadar kaki lo di amputasi, gue jadi tau kalo lo kecewa sama keadaan, kecewa sama gue. Please, jangan menekan gue lagi. Sekarang semuanya berubah, jangan mendekat karena gue gak mau lo kecewa untuk kesekian kalinya."

Masa-masa kelam mereka yang menjadi catatan hitam keduanya. Padahal masa itu sangat sulit, kala itu Sena sudah sangat putus asa. Tapi keduanya tetap bertahan.

"Aku gak pernah kecewa sama kamu, Sen. Sampai sekarang pun sama. Perasaanku ke kamu gak berubah. Dulu kamu nyakitin aku terus, Sen. Hatiku sekarat. Bukan karena kaki aku, tapi karena kamu nyakitin diri kamu sendiri. Karena penyesalan kamu nutupin akal sehat bahkan hati kamu. Aku gak bisa bayangin saat kamu berteriak, menjerit, atau menangis. Coba waktu bisa diulang yah, aku pasti akan selalu di samping kamu waktu itu." Mata Kena perih. Dia membelai wajah suaminya yang masih terlelap. Menyusuri setiap lekuk wajah yang membuat hatinya menetapkan satu nama, Sena. 

Kena menghela nafas panjang. "Tapi itu dulu kan, Sen? Dulu saat kamu menulis sendiri cerita kelam yang menyakitkan. Itu Sena-ku semasa SMA. Sekarang berbeda kan?" Satu tetes air mata Kena jatuh. Dia memeluk suaminya. 

"Pesen gue ke elo. Jangan nutup hati lo buat orang lain, mungkin sekiranya ada yang lebih baik dari gue yang bisa menjadikan alasan lo tersenyum tiap hari. Gue seneng kalo lo seneng, gue sakit kalo lo sakit."

"Jaga diri baik-baik ya. Kalo lo mau tau kejujuran paling dalam yang pernah gue punya. Itu adalah kenyataan kalo gue akan selalu sayang sama lo. Sorry, gue gak bisa jamin kalo gue bakal balik ke elo. Tapi, asal lo tahu. Lo selamanya bakal ada di sini."

Dalam linangan air mata Kena tersenyum. Menikmati setiap kenangan yang sakit tapi membahagiakannya dalam waktu bersamaan. Memeluk Sena erat seakan Sena ingin lenyap lalu menghilang. Meletakkan kepalanya di atas dada Sena dan menikmati degupan jantung Sena yang terdengar.  

"Di masa depan, ini bakal jadi kisah klasik waktu SMA. Jangan lupa, sesakit-sakitnya kisah cinta, itu juga merupakan bagian dari kisah hidup kita yang gak bisa kita hilangkan gitu aja. Dan lo, bakal selamanya jadi bagian dari diri gue. Yaudah itu aja yang mau gue omongin. Malam Kenarya, mimpi indah."

"Mimpi indah, Sena," gumam Kena menjawab pikirannya. 

"Semua yang datang pasti pergi. Tapi gak semua yang pergi bakal selamanya pergi. Ada beberapa yang pergi untuk datang kembali."

"Makasih sudah kembali, suamiku." Kepalanya bergerak ke atas, berhenti tepat di depan wajah Sena yang tenang. Dia mencium kening Sena, membelai rambut suaminya dengan lembut. Satu tetes air matanya jatuh lagi, bagai mutiara yang berlinang di tengah lautan. Malam ini semesta membawanya kembali ke masa lalu, untuk berkaca kalau dia harus bersyukur dengan apa yang telah ia perjuangkan. Dengan apa yang kini ia punya, lebih dari indah dan lebih dari cukup. 

If I Can't Pregnant [TELAH DITERBITKAN!]Where stories live. Discover now