#6. Nothing's All Right

97.4K 6K 382
                                    

British Museum, London. 09.00 AM.

Untung saja, transportasi di London sangat nyaman dan teratur. Sena jadi bersedia membuang sedikit tenaga untuk berkunjung ke British Museum demi menyelesaikan tugas kuliahnya. Menjelajah berbagai diorama dan ruang berisikan patung-patung bersejarah. Mencatat beberapa bagian penting, lalu mendokumentasikannya. 

Bangunan yang megah nan luas, suasananya nyaman dan tata letak yang begitu apik mengesankan. Terdiri atas beberapa Department berbeda, lengkap dari berbagai belahan dunia, bahkan dari zaman pra aksara sampai sejarah modern. Semua ada, Mesir Kuno, Romawi, Yunani, sampai Timur Tengah. Sena tidak menjelajah semuanya, dia hanya masuk dalam Departemen Yunani dan Departemen peradaban Mesir. Ingat, Sena tetaplah orang yang irit tenaga. 

Perpaduan warna kuning gading dan emas mendominasi bagian luar, sedangkan bagian dalam berwarna putih atau sesuai dengan Department bagian. Pilar-pilar kokoh yang menopang bangunan juga menambah kesan mega dan berkelas, langit-langitnya tinggi dan berdesain modern. Sempurna. 

Sena memotret rekontruksi Monumen Nereid yang sangat mengagumkan. Tidak berhenti sampai situ, dia juga menjelajahi Akropolis Athena yang ada di ruang berbeda. Selesai, gumamnya dalam hati dengan sunggingan senyum di wajahnya. Sudah dua jam dia di sini, tapi kakinya hanya menjelajah tak lebih dari seperempat bagian gedung ini. Lembaran kertas yang ia bawa telah terisi, tugasnya sudah selesai, sehingga dia memutuskan untuk beristirahat. Kakinya melangkah menuju ruang terbuka untuk sekedar menikmati The Great Court Roof di pusat museum. 

Ini gedung apa stadion sih, keluhnya dalam hati. 

Sampai di pusat gedung, dia langsung duduk di salah satu kursi dan kembali membaca tulisannya. Mengecek ulang apakah ada kekurangan yang harus ia lengkapi, sehingga tidak perlu repot-repot kembali ke sini. 

"I think it's clear," gumamnya. 

Bug

Sebuah buku tebal jatuh tepat di hadapannya. Dia melihat ke bawah, dan ketika hendak mengambilnya, seorang wanita juga sudah berjongkok untuk mengambil buku itu. Tapi Sena lebih cepat, dan dia telah mengambilnya seraya mengembalikan kepada si wanita.

"Thanks," kata wanita itu sambil berdiri dan menerima buku itu dari tangan Sena. 

"Megan?" tanya Sena menyadari bahwa si wanita pemilik buku itu adalah Victoria Megan. Teman barunya beberapa minggu lalu. 

"Sena?" Mereka sama-sama tidak menyangka akan bertemu lagi. Keduanya tertawa renyah, lalu Megan berkata, "tidak menyangka kita akan bertemu lagi." 

"Yeah. What are you doing here?" Sena menggeser tubuhnya memberi ruang  Megan untuk duduk.

"Aku hanya ingin membaca sedikit buku tentang Kerajaan Inggris. Kau?"

"Aku mengumpulkan informasi seputar peradaban Mesir dan Yunani."

"Oh ya? Kedengarannya seru."

"Tidak, membosankan," jawab Sena datar sambil merapihkan tugasnya. "Kau sudah selesai?"

"Ya." Megan tersenyum. Sena bangkit hendak pergi, namun Megan teringat sesuatu. "Sena, kau buru-buru?" 

"Tidak, kenapa?"

"Aku belum berterimakasih padamu karena kau telah menyelamatkanku beberapa minggu lalu. Mungkin aku bisa mentraktir kamu di Veneli Caffe, di sana ada Muffin yang enak," saran Megan membuat Sena berpikir. Mungkin berjalan-jalan sebentar akan melepas kepenatan, apalagi perutnya juga minta diisi. Mengelilingi museum ini memang menguras tenaga juga ya. 

If I Can't Pregnant [TELAH DITERBITKAN!]Where stories live. Discover now