#15 Open The Secret

1.6K 103 0
                                    

Elsie's Point of View

"Date?" aku mengulang ucapannya baru saja. Kudorong tubuhnya ke belakang sebentar, menampilkan ekspresi fluktuatif antara bingung dan senang yang ditutup-tutupi. "Setelah berusaha mendekati Cleopatra, dengan seenaknya kau mengajakku kencan?" Mataku membeliak ngeri. Tidak, bukan itu yang seharusnya menjadi responku. Namun entah mengapa, sudut pikiranku memberontak menuntutku menerima ajakannya.

"Mudah saja meyakinkan Cleopatra bahwa kita sedang dekat..." Tangannya menarik daguku, memaksakan mataku bersirobok dengan kedua matanya yang bersinar memikat.

"Dekat?" Lagi-lagi aku mengulang ucapannya seperti orang tolol yang butuh terapi kesembuhan. "Apa maksudmu menggunakan kata 'dekat' seperti tadi?"

"Kau mau aku mengulangnya, hm?" Dia tertawa rikuh. "Seperti ini." Tanpa membutuhkan ijinku, dia menempelkan bibirnya pada bibirku, tak menghiraukan reaksi berjengitku.

Saat itu pula kudengar suara lain di belakang. Yang otomatis membuatku seperti tersedak sesuatu. "Oh, Elsie. Aku mencarimu."

Aku menarik tubuhku menjauh, membalikkan badan, dan melihat Cleopatra yang berdiri dengan buku-buku berada di dekapannya seperti biasa. Sudut-sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman ramah sekaligus bersahabat seolah-olah tak memiliki masalah atas apa yang baru saja dilihatnya.

"Cleo," desahku. Kemudian menoleh ke arah Justin. "Kau sengaja melakukannya di depan dia?!"

Sebelum Justin membalas bentakanku, Cleopatra menyahut cepat-cepat. "Oh, tenang saja Elsie. Maaf kalau menginterupsi. Sedari tadi aku mencarimu, menanyakan apakah kau mau pulang bersamaku atau kau diantar sahabat-sahabatmu. Ternyata... kau di sini bersama Justin? Kurasa aku tahu jawabannya." Ia tersenyum untuk yang kedua kalinya. "Baiklah, aku akan pulang terlebih dulu." Dilenggangkan kakinya menjauhi kami, namun secepat angin aku menarik lengannya sampai membuat dia berhenti sekedar membalas pandanganku.

"Aku tidak bermaksud—"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Cleo menginterupsinya cepat, "Rileks, Elsie. Kenapa kau ini? Akan kutunggu kau di rumah. Oke?" Sekali lagi dia tersenyum, dan melambai ke arah Justin sambil menggumamkan kata 'bye'. Sial.

Kuhentakkan kakiku kembali mendekati Justin. Bahkan ekspresinya nyaris biasa seolah-olah apa yang dilakukannya baru saja tak berarti apa-apa. Bibirku mengerucut miring, siap melontarkan makian bertubi-tubi.

"Kau—" Jari telunjukku teracung di depan wajahnya. Begitu kesal.

"Seperti yang dikatakan Cleopatra, ayo kuantar kau pulang," dia menginterupsi sambil menarik lenganku.

Mulutku terbuka tapi tak mengeluarkan satu kata pun. Bodohnya, aku justru mengikutinya pergi. Cukup menggelikan karena aku berpikir, sejak kapan aku jadi anjing peliharaannya?

Ini kali pertamanya aku mengikuti perintah seseorang yang nyaris membuatku naik pitam. Oh, bukan yang pertama. Entah berapa kali aku mengikuti perintahnya seperti anjing rumahan. Kami masuk ke dalam mobilnya yang diparkir menyalahi aturan. Ban mobilnya keluar garis. Jika petugas parkir menemukan keteledoran ini, Justin pasti dikenakan detensi.

"Pakai sabuk pengamanmu," perintahnya.

Aku memandang sabuk pengamanku yang tak terpasang dengan wajah bodoh. "Kenapa? Lebih asik kalau tidak dipakai, kan?"

Dia memutar bola mata kesal. "Jangan tolol, kalau mobil ini menabrak sesuatu, kau pasti melompat keluar dari mobil, menggelinding di tengah jalan, dan lebih buruk lagi kalau tertabrak mobil atau..."

"Oke, oke, hentikan ucapanmu. Kau membuatku takut." Dengan desahan napas kesal, aku memasang sabuk pengaman. Kulihat dia meringis penuh kemenangan di sebelahku.

Perfect Revenge (by Loveyta Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang