#4 Damn It

1.8K 108 0
                                    

Justin masih menutup matanya, tengah terlelap tidur dan sibuk merantau ke dalam mimpinya, ketika tiba-tiba saja seseorang melemparkan potongan pakaian tepat di wajahnya hingga membuat dia memekik pelan. Matanya yang menyipit terbuka seketika, melihat kehadiran salah satu sepupunya yang sudah berdiri di depan ranjang memakai stelan jas rapi, seperti seorang pengusaha muda.

"Shit." Sambil mengerjapkan matanya, Justin mengumpat pelan. "Untuk apa kau datang kemari, Jeff?"

Sepupunya yang bernama Jeff, adik Joseph Bieber, membuang napas kesal. "Apa kau lupa kalau kau memiliki jadwal meeting menggantikan ayahmu sejenak?"

"Ini hari Sabtu. Aku butuh banyak waktu untuk istirahat terlepas dari pekerjaan apapun."

"Aku tidak mau tahu. Kau harus cepat bangun dan pergi ke kantor. Atau aku melapor pada ayahmu dan dia memblokir ATMmu."

"Damn."

Segala macam bentuk umpatan kesal keluar dari mulut Justin saat dia bergegas memakai bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi; bunyi hentakan pintunya yang dibanting kasar sukses membangunkan Tamara yang masih terlelap. Gadis itu mengucek matanya beberapa kali, menelengkan kepalanya ke satu sisi melihat Jeff yang tak bergeming di tempatnya tadi.

"Jeff, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyanya bingung.

"Hanya melatih anak bandel itu bersikap lebih dewasa dan disiplin." Dia menyunggingkan senyuman manis, yang sanggup meruntuhkan hati wanita mana pun, termasuk Tamara. Andai dia tidak terikat hubungan dengan Justin, Tamara pasti mau menjadi pacar Jeff. Jeff tak kalah rupawan, kaya, semua nilai plus dan paket lengkap yang diinginkan wanita ada pada dirinya.

Well, bisa dibilang keluarga Bieber memiliki daya ketertarikan masing-masing. Joseph, Jeff, Justin, Jaxon, Jordan, telah mendapatkan jatah masing-masing perusahaan dari mendiang kakek mereka. Dan kelima pria itulah yang menyusun rencana balas dendam pada keluarga Cavren atas kematian kakek mereka.

Beberapa menit kemudian, Justin muncul dari dalam kamar mandi, masih dengan tatapan tajam dan lekatnya yang di arahkan pada Jeff; sepupunya itu sibuk menggoda Tamara hingga membuat gadis tersebut bersemu malu. Tak ada sedikit perasaan cemburu atau marah dalam diri Justin. Dia hanya memutar bola mata jengah, mengibaskan jaket yang ditanggalkan pada kursi sebelum memakainya.

"Kurasa kau tidak akan datang dengan pakaian santai seperti itu," tegas Jeff menunjuk stelan pakaian yang dikenakan Justin dengan tatapan mencemooh. "Kau bisa pulang dulu. Aku akan memastikan kau tidak kabur seperti biasanya. Aku akan terus memantaumu hingga kita sampai di kantor."

Kalimat Jeff dibalas Justin dengan dengusan sebal. "Whatever." Barulah dia menghentakkan kakinya meninggalkan kamar, berjalan gusar tanpa memedulikan cengiran lebar Jeff yang membuatnya muak dan kesal. Di antara sepupu-sepupunya, Justin merasa bahwa kasih sayang kakeknya hanya tertumpu pada Jeff. Bagi kakeknya, Jeff adalah salah satu cucu kebanggaan yang di usia mudanya sudah berhasil mengelola perusahaan bersama kakaknya, Joseph. Namun, Justin tidak pernah menunjukkan ketidaksukaan serta kecemburuan sosialnya pada sang kakek. Bagaimana juga, dia menyayangi kakeknya, mengingat apapun yang telah diberikan kakeknya sejak kecil. Mulai dari kasih sayang, dukungan moril, serta materi. Satu-satunya alasan mengapa dia menuruti perintah Joseph adalah karena kakeknya sangat berharga baginya. Dia akan melakukan apapun untuk mendiang kakeknya.

***

Elsie's Point of View

Sudah menjadi kebiasaanku menghabiskan waktu duduk di bangku taman memandangi lalu-lalang orang di sekitarku, anak-anak kecil berlarian dengan tawa mereka, pasangan manula yang berjalan bergandengan tangan mesra, muda-mudi yang dimabuk cinta, pedagang kaki lima, dan lainnya.

Perfect Revenge (by Loveyta Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang