Ch.16 Setelah Insiden

9.5K 278 11
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.16

Emir mengehntikan adegan saling pandang diantara aku dengannya, ia kemudian mengambil tissue di dashboard mobil nya,mengambil beberapa lembar tissue kemudian menggunakan nya untuk melap wajahku yang basah oleh keringat dan ludah, ia melap dengan lembut wajahku, tidak melewatkan sisi yang basah sedikitpun, kemudian telapak tanganya mengusap pipi ku lembut, sangat sangat berbeda dengan Emir yang sebelumnya penuh nafsu, kasar, dan gemas, kali ini Emir serba lembut, bahkan hingga tatapanya saja juga melembut, setelah selesai melap wajahku, ia kemudian melap penis dan paha nya yang basah oleh ludahku, kemudian memakai celananya kembali lalu membuang tissue bekas itu keluar dari mobil, ia kembali menatapku kemudian tangan nya bergerak menyisir rambutku dengan jari jarinya, Emir mengambil sebuah botol air minum dan memberikannya kepadaku, menyuruhku untuk minum.

Setelah selesai, ia memakaikan seatbeltku kembali, tidak ada percakapan diantara kami, saling diam dalam keadaan yang sangat amat awkward, Emir mengemudikan mobilnya kembali ke kota, masuk ke sebuah restaurant drive thru, membeli sebuah ice cream dan memberikanya kepadaku.

“Tenggorokan mu sakit ?.” Tanya Emir sambil menyetir kembali pulang, aku tidak menjawab, hanya mengangguk pelan sambil menjilati ice cream.

“Maaf jika saya terlalu kasar, ini yang pertama buat mu kan ?.” Tanya Emir, aku kembali mengangguk, berbohong, Emir bukanlah yang pertama, bahkan pak Damar saja bukan yang pertama, tapi bagaimana mungkin aku harus mengaki bahwa aku adalah seorang jablay yang girang, tidak tidak, aku harus menjaga image ku didepan pria super tampan ini.

Saat sampai didepan pintu rumah, Emir mengeluarkan dompetnya, kemudian mengambil beberapa lembar uang dan memberikanya kepadaku, aku tercengo melihat kelakuan Emir, sialan, dia kira aku pelacur apa, aku memang jablay girang, tapi dengan Emir, aku melakukanya dengan hati yang rela, tidak ingin dibayar, uang Emir sudah berpindah ditanganku, dengan cepat aku menyimpanya kembali didasboard Emir, kemudian keluar dari mobil Emir dengan cepat dan membanting pintu mobilnya, sedikit tersinggung memang, jika dengan pria lain tentu saja akan aku terima uang itu, tapi ini dengan Emir, aku dengan senang hati melayaninya, aku berjalan cepat menuju kamarku, terdengar dibelakangku Emir mengejarku, sambil berteriak memanggil namaku, tentu saja aku hiraukan, hingga aku sampai dikamarku, Emir ternyata ikut masuk kedalam kamarku.

“Kamu ini kenapa ?.” Tanya Emir.

“Maksud tuan apa memberikan saya uang ?.” Tanyaku balik kepada Emir.

“Itu upahmu karena kamu telah membantu saya.” 

“Saya tidak butuh itu tuan, saya tidak mengingingkanya!.” 

“Kamu sebetulnya tidak ingin membantu saya tadi ?.” Aku menggelengkan kepala pelan.

“Bukan itu, maksud saya, saya tidak menginginkan uang itu tuan!.” 

“Kenapa ?, Saya ikhlas memberikan uang ini, ini upahmu!.” 

“Saya juga ikhlas membantu tuan Emir, tidak menginginkan imbalan apapun.” 

“Mengapa ?.” 

“Jika tuan memberi saya uang setelah saya membantu tuan, saya merasa saya adalah seorang pelacur tuan, maka dengan itu saya ikhlas membantu tuan, jangan beri saya imbalan atas perbuatan saya membantu tuan.” Emir diam.

“Jika tuan ingin membayar saya, bayar saya dengan apapun, asal jangan hal materialistik!.” Lanjutku.

“Kamu ingin saya bayar dengan apa ?.” Tanya Emir, hmmm, tentu saja ini kesempatanku.

“Sebuah pelukan boleh.” Jawabku pelan sambil menundukan pandangan, Emir diam tidak menjawab, lalu kurasakan Emir mendekat kemudia memelukku erat, tangan besarnya merangkulku dengan erat, dia memelukku selama kurang lebih satu menit hingga dia melepaskan pelukanya, ia kemudian menangkup wajahku kemudian menatapku lembut.

“Sudah cukup?.” Tanya Emir pelan, aku mengangguk, dia kemudian mengecup telingaku pelan, brewoknya yang kasar membuatku bergidik geli, membuat Emir terkekeh pelan, ia kemudian keluar dari kamarku dan berdiri didepan pintu kamar.

“Ini rahasia kita berdua, tidak boleh ada yang mengetahui tentang ini, mengerti ?.” Tanya Emir tegas, aku mengangguk.

“Jawab, saya tidak ingin anggukan!.” Ujarnya kembali.

“Mengerti tuan.” Jawabku kemudian, Emir lalu pergi meninggalkan kamarku, meninggalkanku yang tengah berdiri dengan perasaan berbunga dan perut yang penuh dengan kupu-kupu, aku menjilat bibirku pelan, merasakan sisa sisa rasa penis Emir yang masih menempel di bibirku, ahhh, anaknya saja sudah se enak ini, apalagi jika Abuya, hmmm, memikirkanya saja membuatku merinding.

Ternyata kegiatan aku dan Emir menghabiskan waktu kurang lebih dua jam, waktu maghrib telah tiba dan sebentar lagi Abuya dan pak Damar pasti akan datang.

________

Ternyata dugaanku salah, Abuya pulang dari kantor pukul sepuluh malam, aku yang sedang berada didapur melihay Abuya yang masuk dari pintu depan, dia kemudian duduk dikuris ruang tengah sambil membuka sepatunya.

“Ibrahim!.” Panggil Abuya, aku dengan segera berjalan menuju ke arahnya.

“Ya Abuya ?.” 

“Tolong buka kan kaos kaki saya, saya begitu lelah hari ini!.” Perintah Abuya, aku dengan cepat menuruti perintahnya, berjongkok didepan Abuya yang sedang bersandar disofa, kemudian membuka kaos kaki Abuya, kaki Abuya yang berbulu terasa sedikit lembab aku pegang.

“Brahim, saya akan menaikan gaji kamu dan bonus, jika kamu bersedia menjadi asisten saya setiap kali saya berada dirumah, atau istilahnya melayani saya setiap saya pulang kerja, bagaimana?.” Tawar Abuya tiba tiba kepadaku, tawaran yang amat sangat menarik, menjadi asisten Abuya dan melayaninya setiap dia ada dirumah memang salah satu mimpiku, apalagi ini ditambah kenaikan gaji dan pemberian bonus, tentu saja aku mau, bahkan tidak dibayarpun aku bakalan bersedia.

“Haah ?, Jadi asisten Abuya ?.” 

“Ya, saya butuh seseorang untuk membantu saya ketika saya kelelahan, umur saya sudah tidak semuda dulu, jadi saya butuh seorang asisten pribadi dirumah ini, itu juga jika kamu bersedia, jika tidak saya akan cari saja dari agen nanti.” Jawab Abuya.

“Jangan Abuya, jangan cari dari agen, biar saya saja, saya bersedia menjadi asisten Abuya.” Jawabku dengan cepat, enak saja, mending aku saja yang melayani Abuya, tidak rela aku Abuya disentuh sentuh orang lain.

“Baiklah, kamu bisa mulai sekarang.” 

“B-baik Abuya saya siap.” Jawabku.

Setelah kedua kaus kaki Abuya terlepas dia kemudian berdiri dan berjalan ke kamarnya dan menyuruhku untuk mengikutinya.Setelah sampai di kamarnya, Abuya menyuruhku untuk menutup pintu kamar dan menguncinya.

“Malam ini saya begitu lelah dan tidak ada semangat untuk mandi, bantu saya Brahim, basuhkan badan saya seperti saat saya sakit kemarin.” Ujar Abuya kepadaku, aku tentu saja mengangguk.

“Tolong buka kan baju dan celana saya Brahim!.” Ujar Abuya sambil kemudian dia berbaring di kasurnya yang besar, ia membuka tangan nya, membuatnya berposisi seperti salib, aku mendekati Abuya, wah wah wah, apakah hari ini hari keberuntungan ku, setelah tadi siang aku membantu anaknya, apakah malam ini akan menjadi malam giliranku untuk membantu bapaknya, oh Abuya, betapa tidak sabarnya aku untuk bisa menikmati keperkasaan, kegagahan, dan kebijaksanaan dari dirimu wahai pria Arab matang yang begitu mempesona dan menggoda hati.

************

Hai hai hai, New Update is here.

Sorry ya kalo dikit banget, ini chapter jadi jembatan aja sih, tapi semoga kalian suka dan tetep stay tune untuk next chapter, makasih udahh baca yaaaa jangan lupa vote dan komen.

SELAMAT MEMBACA!!!!

Ilysm guys.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang