Ch.33 He Knows

6K 252 61
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.31

Sore hari sekitar pukul lima, mobil Emir memasuki gerbang, Emir sudah menyelesaikan trip nya selama tiga hari, kulihat dari arah dapur Emir masuk kedalam rumah, mengenakan pakaian dinasnya berupa tuxedo lengkap dengan dasinya, wajahnya terlihat lelah dan kusam, mungkin trip nya kali ini benar benar menguras tenaga nya, Abuya belum juga pulang dari kantor, aku berjalan mendekati Emir yang sedang melepas dasinya sambil duduk di sofa ruang tengah.

“Tuan Emir, baru pulang?.” 

“Kelihatannya?.” Tanya Emir sinis, aku hanya tersenyum awkward.

“Mau saya buatkan minum?.” Tanyaku.

“Boleh, yang dingin dingin.” 

“Eh, tunggu, air putih biasa saja, tambahkan es.” Lanjut Emir, aku mengangguk dan mengambilkan minum untuk Emir, dia dengan cepat meneguk air dingin itu habis.

“Sepertinya anda begitu lelah.” Ucapku basa basi.

“Tentu saja Brahim, beberapa hari kemarin, meeting dengan para client yang rumit, membuat otak ku terkuras, padahal kerjaan saya hanya duduk sambil menjawab pertanyaan pertanyaan mereka, tapi karena mereka sangat detail dan selalu ingin jawaban yang fix, bahkan untuk hal yang kurang penting untuk dibahas, membuat kerjaan saya yang seharusnya simple menjadi lebih rumit, ditambah lagi dengan pacar saya yang selalu merengek meminta jadwal pernikahan…” Ucapan Emir tertahan, wajahnya sedikit memucat, ia keceplosan, matanya menatapku, mulutnya sedikit terbuka.

“Mm-maksud saya, pacar saya, itu em.” Lanjut Emir terbata bata, Emir sepertinya takut jika aku mengetahui tentang kebenarannya, jadi selama ini ia bermain main denganku padahal ia sudah punya pacar, tapi apa peduliku, toh aku bukan siapa siapa Emir, lagian aku juga hanya ‘membantunya’ saja.

“Semakin pusing saja ya kepala anda tuan.” Ucapku sambil tersenyum, aku berjalan kearah belakanh sofa, Emir masih gelagapan, tanganku ku gerakan untuk memijat bahu Emir yang kaku, memijatnya pelan membuat Emir memejamkan mata.

“Relax tuan, saya yakin anda bisa mengatasi semua masalah itu.” Bisikku ditelinga Emir, kurasakan tangan Emir mengusap tanganku yang memijat bahunya.

“Kamu tidak marah?.” Tanya Emir.

“Marah?.” 

“Ya, marah karena aku akan menikah?.” 

“Kenapa saya harus marah tuan?, Saya bukan siapa siapa anda, saya hanya ‘Pembantu’ anda.” Bisikku sambil memberi penekanan pada kata Pembantu, Emir menatap wajahku, kemudian tersenyum.

“Sekarang saya baru relax.” Ucapnya, aku menghentikan pijatanku, lalu berjalan ke mengambil gelas kosong dimeja depan Emir.

“Brahim, bisakah kamu pijatkan badan saya ?.” Lanjut Emir bertanya.

“Malam ini?.” Tanyaku, Emir mengangguk pelan.

“Dengan Abuya dirumah?, Saya rasa tidak bisa tuan.” Jawabku.

“Memangnya kenapa jika ada Abuya?.” Tanya Emir, shitttt, mengapa aku bilang begitu kepada Emir.

“Ahh, itu, biasanya Abuya yang meminta saya untuk memijatnya, nanti dia akan marah jika asistennya malah memilih untuk memijat anda daripada Abuya, apakah anda tidak sadar, anda dan Abuya selalu berebut untuk dilayani oleh saya.” Jawabku.

“Sial, benar sekali, padahal badan saya begitu pegal pegal.” 

“Hanya badan saja yang pegal tuan?.” 

“Tentu saja tidak, seluruh tubuh saya pegal Brahim, termasuk ini.” Jawab Emir sambil meremas selangkangannya sambil tersenyum nakal, aku menutup mulutku sambil tersenyum.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang