Ch.18 Terbayarkan Pak Damar

8.6K 232 13
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.18

Saat aku berjalan keluar dari kamar Abuya, aku berpapasan dengan Emir yang hendak naik tangga menuju kamarnya.

“Lama sekali kamu di kamar Abuya, sedang apa?.” Tanya Emir tiba-tiba.

“Ahh, itu, Abuya meminta saya untuk memijat kaki nya, katanya kaki nya pegal.” Jawabku berbohong lagi, apa aku coba minta kepada Emir saja ya.

“Tuan, kenapa anda bolak balik ke dapur? Apa anda ingin saya bantu ?.” Tanyaku, aku benar benar terdengar sangat desperate, meminta minta kepada setiap lelaki untuk dipuaskan, benar benar jalang.

“Bantu? Apakah kamu gila? Semua orang sedang ada dirumah lagi pula aku tidak begitu horny dan jangan terlalu percaya diri, aku bolak balik kedapur untuk mengambil makanan, hari ini mafsu makan ku sedikit meningkat.” Ujar Emir tegas, aku mengangguk, Emir kemudian berjalan meninggalkan ku menuju kamar nya.

Bodoh amat, malam ini aku harus terpuaskan, aku akan menginap di kamar pak Damar, aku kembali ke kamar lalu menyemprotkan parfum di bajuku kemudian berjalan keluar menuju kamar pak Damar.

Kamar pak Damar tidak di kunci, aku membuka nya, tidak terlihat keberadaan pak Damar, kosong, namun terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, aku masuk kemudian mengunci pintu kamar pak Damar, membuka semua baju dan celana ku, menyisakan celana dalam pendek berwarna merah muda kemudian berbaring diatas kasur, pak Damar pasti sedang mandi.

Beberapa saat kemudian suara gemercik air berhenti, kemudian terlihat pak Damar berjalan dari arah kamar mandi ke arah kasur.

“Waduh!!! Kaget bapak, kiarain siapa.” Ujar pak Damar terkejut.

“Bapakkkk!!.” Ujarku manja sambil menaik turunkan kaki ku.

“Ngapain disini, mana telanjang gitu ?.” Tanya pak Damar.

“Hari ini aku lagi takut tidur sendirian pakk, aku mau nginep disini aja.” Ujarku sambil mendudukan diriku kemudian berdiri dan berjalan menuju pak Damar, kini aku dan dia saling berhadapan.

“Alesan aja kamu, mau nginep mau nginep, mau ini kan ?.” Tanya pak Damar sambil meremas penis nya dari balik handuk, aku tidak menjawab, hanya tersenyum nakal sambil mengerlingkan mataku menggoda pak Damar.

“Jatah bulanan bapak kan masih lama, mau dikasih sekarang?, Bapak sih seneng seneng aja Ra.” Tanya pak Damar, aku tidak menjawab, telapak tanganku menggosok penis pak Damar dari balik handuk, tatapan mataku tidak lepas dari mata nya, senyuman tersimpul di wajah pak Damar, dengan perlahan aku membuka ikatan handuk pak Damar membuat handuk terjatuh dengan sendirinya dari pinggang pak Damar, pak Damar memegang pipi ku denga kedua tangan nya, kemudian mencium bibirku, memagutnya lembut, kumis pak Damar menggesek bibir atas ku membuatku kegelian, aku mengigit bibi pak Damar pelan, membuatnya membuka mulutnya, ku masukan lidah ku kedalam mulut pak damar, menyapu isi mulut pak Damar, rasa mint dan manis dari pasta gigi tercecap oleh lidah ku, segar dan wangi, ahhh bersih sekali pak Damar, aku menghentikan ciumanku kemudian memeluk badan pak Damar yang terasa dingin karena sehabis mandi, dia membalas pelukanku erat, penis nya terasa menekan perutku, pak Damar memegang buah pantatku kemudian mengangkatku, perutku dan perutnya yang sedikit buncit bersentuhan, ia menggendongku, kemudian berbisik di telingaku.

“Pintunya sudah dikunci?.” 

“Sudah pak.” Jawabku pelan sambil menciumi leher nya.

Pak Damar berjalan menuju kasur kemudian membaring kan ku disana, dia menindih badanku, sedikit berat tapi masih bisa di tolelir, pak Damar memandangku, tersenyum kemudian mengusap rambut ku pelan, memang jiwa Indo yang lemah lembut terpancar di jiwa pak Damar, berbeda dengan Emir yang bermain secara kasar, pak Damar begitu lembut, ia mencium keningku kemudian mengecup bibirku pelan, kemudian menjilat leherku.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang