Ch.28 Cemburu Kah Aku?

6.2K 265 17
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.28

Seminggu berlalu setelah kejadian bersama pak Damar, Abuya dan Emir sedang berada dikantor pagi ini, Emir berpamitan kepada Abuya tadi pagi, hendak pergi untuk melakukan business trip rutinan nya selama tiga hari kedepan, entah apa yang akan dimanfaatkan Abuya mengenai waktu senggang yang kami miliki, dia sih menyuruhku untuk bersiap, entah untuk apa, apakah minggu ini aku akan merasakan rudal perkasa milik Abuya, atau apapun itu, yang pasti apapun yang dijanjikan oleh Abuya pastinya adalah sesuatu yang baik, tidak pernah dia menjanjikan sesuatu dan tidak menepatinya, memang pria matang satu ini benar benar berpegang pada ucapannya, rumah Abuya sedang sepi sepinya di jam pagi, Amihan dan Nala yang sibuk didapur berdua, dan aku yang membereskan pakaian Abuya dan Emir, tidak ada siapapun lagi selain security didepan gerbang.

Aku memasukan pakaian Emir kelemarinya lalu keluar darisana, masuk ke kamar Abuya dan memasukan pakaian Abuya kedalam lemarinya, aku berdiri sejenak, melamun didepan kasur Abuya, tanganku bergerak mengusap kasur berukuran besar itu, sprei selembut sutra yang wangi, serta beberapa bantal berukuran besar, aku menjatuhkan badanku dikasur Abuya, menghirup aroma badan Abuya yang menempel dikasurnya, memejamkan mata lalu membayangkan tubuhku dan tubuh Abuya saling bergumul diatas kasur ini, aku bertanya dalam hati, kapan aku bisa merasakan rudal Abuya menggaruk lubang pantatku yang sudah gatal ingin merasakan rojokan penis nya yang begitu gagah, aku bangun dari kasur kemudian keluar dari kamar Abuya, berjalan ke halaman belakang, menjemur cucian pagi ini lalu kembali kekamarku, rasa hati ingin membantu Amihan dan Nala memasak, namun rasa malas malah menang telak, membuatku akhirnya menjatuhkan badanku diatas kasur berukuran single bed dikamarku dan memejamkan mata menunggu kepulangan Abuya.

_____

Sore hari aku terbangun, suara klakson mobil Abuya terdengar dari depan, aku reflek membuka mataku, tanpa mencuci wajah, aku berjalan kearah pintu depan, menyambut kedatangan Abuya, hari ini Abuya mengenakan Thob/gamis khas arab berwarna hitam, lengkap dengan sorban dikepalanya, sial, tampan sekali Abuya, ditanganya menjijing sebuah koper yang langsung saja aku ambil dan bawakan lalu simpan ke tempatnya, mobil Abuya yang disetirkan pak Damar melaju menuju garasi, Abuya langsung saja duduk disofa tanpa membuka sepatunya, aku kemudian berjongkok dihadapannya, membukakan sepatu dan kaus kakinya, ku pandangi wajah Abuya yang tersenyum memandangku, matanya berbinar, aneh sekali, biasanya Abuya selalu pulang dengan wajah murung dan kesal, kali ini wajahnya cerah dan matanya tersenyum, Abuya melihat kesekitar, memastikan keadaan aman,lalu kemudian dia mengecup bibirku singkat dan kembali bersandar pada sofa, rasa manis rokok dibibirnya terasa dibibirku yang kujilat sehabis menciumnya, tangan Abuya bergerak mengusap pipiku lembut.

“Matamu merah Brahim, kamu habis menangis?.” Tanya Abuya, sambil tetap mengusap pipiku.

“Ahh, tidak Abuya, saya tertidur, ketika mendengar suara mobil anda, saya langsung bangun dan menyambut anda.” 

“Ishhh, tidak usahlah berkomitmen seperti itu, saya tidak mau melihat kamu terlalu capek, jika masih lelah dan ingin beristirahat, tidurlah kembali, biar saya yang menyiapkan teh sendiri.” 

“Ehh???, Tidak Abuya, saya tidak lelah, melayani anda adalah hal yang paling saya inginkan, anda tidak memintapun saya akan tetap melayani anda sepenuh hati saya.” Ucapku, Abuya hanya tersenyum sambil memandangku dalam, ia kembali melihat kesekitar, lalu kembali mengecupku, kali ini sedikit lebih lama, aku membereskan sepatu Abuya ke tempatnya lalu mengambilkan teh hangat dengan mint untuknya, ia berterimakasih kepadaku, aku kemudian pamit untuk pergi ke dapur, Abuya mengangguk, saat aku hendak melangkah, kurasakan tangan Abuya menampar pantatku keras sekali, terasa perih pantatku, dan aku sedikit menjerit, aku menengok ke arah Abuya, terlihat wajahnya sedang tersenyum nakal sambil menggigit bibirnya, aku hanya tersenyum lalu kembali melangkah kedapur.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang