47 Rahasia Yang Diketahuinya

10.9K 826 35
                                    

"Enggh di mana aku?"

Setelah memperhatikan tempat indah ini, tidak butuh waktu lama bagi Evelyn untuk mengingat nya. Tempat yang sama saat Ia bertemu dengan Evelyn asli si pemilik tubuh.

Kepalanya melengok kesana-kemari mencari seseorang. Tidak butuh waktu lama, Evelyn pun menemukan orang itu. Sedang duduk di ayunan menatap ke air terjun, dengan posisi membelakangi nya.

Evelyn pun melangkah pelan mendekati, berusaha tidak menimbulkan suara.

"Kamu ngerti gak sih perbedaan di antara protagonis dan antagonis?"

Langkah nya terhenti mendengar pertanyaan dari Evelyn asli, ternyata sudah menyadari kehadiran nya. Ia pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tahu lah, kan sering baca novel," jawab nya.

"Kalau udah tahu, kenapa malah menghindari protagonis utama? Kamu buat alur ceritanya malah makin rumit," kata nya terdengar mengejek.

Rachel menghembuskan nafas berat merasa tidak tahu harus menanggapi bagaimana, Ia bingung sendiri. Kenapa tiba-tiba Evelyn asli membahas hal ini ya?

"Emangnya kenapa kalau aku ubah? Bukannya bagus ya? Kamu jangan terlalu bodoh dong, masih mau aja sama Kenzo yang udah nyia-nyia in kamu. Mending sama Rama yang baik dan romantis, tapi--"

Tapi sayangnya hubungan mereka sekarang sudah berakhir, tidak seperti yang Rachel bayangkan selama ini. Ia kira jalan nya akan mulus-mulus saja, ternyata ada saja halangan nya supaya tidak berakhir bersama.

Tunggu, apakah memang takdir nya seperti ini?

"Jangan sok tahu kamu, kamu itu belum kenal baik mereka. Kalau kamu udah tahu, aku yakin kamu bakalan nyesel!"

"Enggak tuh!" acuh Rachel yang tidak mau kalah.

Ternyata benar karakter Evelyn ini menyebalkan sekali, bodoh juga. Sayang sekali yang sempurna hanya fisik nya saja, soal masalah hati tidak bisa di selamatkan. Bisa-bisa nya bucin pada orang yang salah.

Lamunan Rachel terhenti melihat Evelyn berdiri dari duduk nya, lalu menolehkan kepala ke belakang menatap nya. "Kamu mau tahu karakter siapa yang paling aku gak suka?"

"Siapa?" tanya nya penasaran.

"Gerald, dia itu arti sebenarnya seorang antagonis. Kamu harus menjauh dari dia."

***

"Hwaaa!"

Evelyn terbangun dari tidur nya dengan keringat dingin di kening dan sekujur tubuh nya. Nafasnya terlihat tidak teratur, merasa kelelahan padahal baru bangun tidur. Lagi-lagi Ia bermimpi bertemu Evelyn yang asli, masih bingung apakah nyata atau tidak.

Mengingat Evelyn menyebutkan nama satu orang penting, membuat nya terdiam ikut memikirkan. Ya sikap saudara tirinya itu akhir-akhir ini memang aneh. Sepertinya Evelyn harus mencari tahu sendiri.

Evelyn segera turun dari ranjang, lalu keluar dari kamar nya. Memperhatikan rumah nya yang sepi, lalu berjalan dengan berjinjit menuju satu kamar yang memiliki pintu warna hitam. Kamar Gerald.

"Huft dia katanya ada urusan di luar dan bakal pulang nanti malam, beneran kan?" gumam Evelyn pelan.

Dengan perlahan Evelyn membuka pintu kamar Gerald, memperhatikan keadaan dengan hati-hati, merasa di dalam sepi, Ia pun masuk dan tidak lupa menutup pintu nya lagi. Karena tidak memiliki banyak waktu, Evelyn pun segera menggeledah mencari sesuatu yang sekiranya bisa dicurigai.

Semua lemari Evelyn buka, tapi tidak sampai mengacak-acak karena akan membuat curiga. Awalnya Ia tidak menemukan hal aneh, tapi saat membuka satu lemari kecil di dekat ranjang, dibuat terdiam melihat beberapa barang di dalam nya.

"Obat tidur dosis tinggi?" Evelyn langsung menelan ludah susah payah membaca keterangan di botol obat tidur itu.

Apakah obat ini sering Gerald gunakan lalu dimasukan ke dalam susu dan diberikan kepadanya? Ya Tuhan..

"Eh apa ini?"

Ada sebuah amplop map besar warna coklat, membuat nya tertarik lalu segera melihat isi nya. Dari awal membaca saja, perasaannya sudah dibuat campur aduk. Semakin ke bawah, bola matanya semakin membulat sempurna.

"I-ini surat wasiat Papa? Apa yang asli?"

Isi surat nya sangat berbeda jauh di banding surat yang dibacakan pengacara waktu itu. Yang sedang Evelyn baca ini malahan hampir semua harta Papa nya jatuh kepadanya, dan Gerald hanya diberikan sepuluh persen saja karena bukan anak kandung.

Sanking terlalu fokus membaca, Evelyn sampai tidak sadar ada seseorang yang memasuki kamar. Melihat perempuan itu berjongkok di lemari rahasia nya, membuat seringai terukir di bibir tipis itu. Kaki nya melangkah dengan pelan mendekat, sampai berdiri tepat di belakang pun kehadiran nya belum disadari juga.

"Lagi ngapain?"

Deg!

Detak jantung Evelyn seperti berhenti beberapa detik mendengar suara Gerald di belakang nya. Ia mencoba mengatur nafasnya dan berusaha tetap tenang. Evelyn lalu berdiri sambil memegang surat wasiat itu, lalu perlahan berbalik.

"Apa ini Gerald? Ini pasti surat wasiat Papa yang asli, kan?" tanya Evelyn dengan dagu terangkat. "Wah-wah ternyata firasat gue benar, memang di sini ada kecurangan. Lo benar-benar gak tahu diri ya," lanjut nya sinis.

"Hehe yah ketahuan deh, tapi mau gimana lagi? Oke jujur surat yang asli emang yang itu." Gerald menjelaskan dengan santai dan masih bisa cengengesan, membuat muak saja.

"Terus apa maksud lo nyembunyiin ini hah?!" sentak nya dengan suara keras, mengeluarkan rasa kekesalan nya.

Evelyn lalu membawa botol putih di dalam lemari kecil itu, lalu melemparkannya begitu saja ke wajah Gerald dan mengenai nya. Botol itu tidak sampai jatuh, karena Gerald segera menangkap nya.

"Itu juga, dasar orang sinting. Gue tahu, lo pasti diam-diam campurin obat tidur itu ke susu yang sering lo buat untuk gue, kan?!"

Melihat Gerald yang hanya mengedikkan bahu dengan ekspresi wajah tidak merasa bersalah nya, membuat Evelyn semakin emosi dan ingin rasanya menghancurkan wajah nya itu sekarang juga. Tetapi tidak, Evelyn jangan gegabah dan jangan sampai dirinya di serang balik.

Evelyn lalu memperhatikan Gerald yang  malah mengangkat telepon yang entah dari siapa. Ia diam saja memperhatikan.

"Oh jadi dia di pindahin ke luar negeri ya? Berarti dia belum mati, kan? Ck sayang banget, habisnya racun itu belum semua gue suntik ke tubuh nya sih," ujar Gerald lalu di akhiri kekehan kecil.

Kernyitan terlihat di kening Evelyn mendengar percakapan yang tidak wajar itu, terasa aneh juga. Perasaannya semakin tidak enak, ekspresi wajahnya yang ketakutan pun tidak bisa disembunyikan lagi.

Akhirnya Gerald pun berhenti menelepon dengan seseorang di sebrang sana. Perhatian nya kembali tertuju pada Evelyn. "Lo gak mau nanyain hal lain lagi sama gue, Evelyn? Gue gak akan sembunyiin apapun."

Melihat gadis itu terdiam saja tidak mampu mengeluarkan suara, membuat Gerald semakin menarik sebelah sudut bibir nya. "Ya udah karena gue baik hati, jadi bakal cerita aja sendiri. Ayo duduk," ajak nya seraya menarik satu kursi.

Seseorang, adakah yang bisa menyelamatkan Evelyn sekarang juga?

***

Mulai terkuak satu persatu yaa..
Kalau udah begini berarti kita menuju en-

Mantan Tunangan ProtagonisWhere stories live. Discover now