35 Memanjakan nya

14.6K 1.1K 54
                                    

"Kenzo!" panggil Evelyn.

Kenzo yang mendengar suara familiar itu segera berbalik, bibir nya melengkungkan senyuman lebar pada Evelyn. Tumben sekali pikir nya gadis itu yang berinisiatif lebih dulu, biasanya juga harus Kenzo yang mengejar-ngejar.

"Apa sayang?" sahut Kenzo dengan suara manja nya. Sayangnya saat akan memeluk, Evelyn mendorong dada nya menjauh.

"Gue cuman mau tanya sesuatu sama lo. Lo cerita ya sama Rama kalau kita pergi bareng? Pakai cerita jelas juga tidur se-kamar. Tadi pagi dia marah, lo pasti sengaja kan mau buat gue sama Rama berantem?" tuduh Evelyn mulai mengomel.

Kernyitan dalam terlihat di kening Kenzo saat mendengar itu, tapi tidak lama bibir nya mengeluarkan tawa kecil. "Bagus deh kalau dia tahu sendiri, aku jadi gak usah capek-capek cerita," ujar nya bangga.

Jadi pacar Evelyn itu sudah tahu ya? Membayangkan Rama yang dibakar cemburu membuat Kenzo senang bukan main. Sebenarnya Kenzo memang ada rencana cerita ini pada Rama. Jadi apakah mereka sekarang sudah putus?

Evelyn yang melihat tampang polos tidak merasa bersalah Kenzo dibuat geram. Ia lalu mencengkram kerah seragam pria itu.

"Heh Kenzo, lo jangan buat masalah di hubungan gue sama Rama ya. Awas aja kalau sekali lagi lo bertingkah sampai ngarang cerita aneh-aneh ke Rama, habis lo!" ancam nya.

Bukannya takut, Kenzo malah menyeringai lalu memeluk pinggang Evelyn. "Aw serem deh, tapi aku gak sabar pengen dapat hukuman. Apa kamu suka main kasar, bdsm?"

"Dasar otak mesum!" maki Evelyn tidak habis pikir sendiri.

Tidak mau emosinya semakin naik berhadapan dengan pria gila itu, Evelyn pun memutuskan pergi dari sana dengan menghentakkan kaki nya. Tidak lama bel pulang berbunyi, membuat nya menghela nafas lega.

Evelyn pun ke kelas dulu untuk membawa tas, ternyata Rama sudah menunggu nya. Mereka sekarang memang selalu pulang bersama. Keduanya menuju parkiran sambil berpegangan tangan. Keduanya kan sudah berbaik kan.

"Mau ke suatu tempat dulu gak?" tawar Rama sebelum menjalankan mobil nya.

"Boleh kemana aja, tapi aku lagi pengen makan es krim hehe."

"Oke Tuan putri."

Musik romantis pun menemani perjalanan mereka, terkadang keduanya bernyanyi bersama. Melihat Rama sudah tenang lagi seperti biasa, tentu membuat Evelyn lega sendiri. Ia memang lebih suka dengan Rama yang seperti anak baik-baik seperti ini.

Mall pun menjadi tempat tujuan mereka. Bukan tanpa alasan, di sana kan bukan hanya penjual es krim saja, tapi banyak yang lain pun. Anggap saja Rama ingin memanjakan Evelyn, sebagai permintaan maaf nya karena tadi pagi sempat memarahi nya.

Evelyn yang sedang makan es krim sadar dari tadi terus di perhatikan. "Kenapa, mau minta es krim punya ku?" tanyanya memastikan.

"Enggak, aku kan gak suka rasa hijau itu. Aku juga beli, rasa red velvet," jawab Rama sambil menunjukkan es krim cone nya.

"Berarti kamu suka rasa red velvet ya? Yang manis-manis gitu."

"Bukan rasanya, tapi warna nya. Apalagi rasa ini warna merah nya lebih jelas, hampir mirip sama warna.. Darah."

"Hah?"

Tetapi Rama hanya menggeleng lalu mulai menikmati es krim nya dengan senyuman penuh arti. Berbeda dengan Evelyn, yang kini malah terdiam masih berusaha mencerna maksud perkataan Rama tadi yang terkesan aneh dan membingung kan.

Warna darah?

"Mau kemana lagi? Mau belanja gak? Aku kayanya belum pernah deh belanjain kamu," tanya Rama mengalihkan obrolan. Matanya memperhatikan sekitar Mall yang sore ini sangat ramai dengan tatapan waspada.

"Hehe beneran boleh nih?"

"Iya, yuk!" ajak Rama mengulurkan tangan nya, Evelyn pun langsung menerima.

Sebenarnya uang jajan Evelyn banyak, Ia juga punya kartu kredit sendiri. Tetapi dibelanjain pacar bukankah bisa sedikit menghemat ya? Lagi pula Evelyn yakin, uang Rama lebih banyak darinya. Pria itu menyayangi nya, jadi harus royal.

Tujuan utama Evelyn adalah ke tempat yang menjual berbagai macam make up. Berjalan ke sana-kemari dengan riang, mencari make up kesukaan nya. Rama pun di belakang nya terus mengekori, terkadang juga memberikan komentar pada make up pilihan nya.

Drrttt!

Merasakan getaran di saku jas nya, Evelyn pun segera mengeluarkan ponsel nya. Ada panggilan dari Mama tirinya. "Ck ada apa sih?" keluh nya menggerutu.

"Kenapa?" tanya Rama yang menyadari ekspresi cemberut di wajah cantik Evelyn.

"Gak tahu, Mama tiri aku nelepon, tumben banget. Tapi pasti gak penting, gak papa deh." Evelyn pun memutuskan tidak mengangkat panggilan itu, menghirukan saja.

Evelyn pun jadi terlalu asik shopping, sampai menghiraukan ponsel nya yang bergetar beberapa kali tanda ada banyak panggilan masuk. Satu jam lamanya belanja, sekitar pukul enam sore nya Evelyn baru pulang ke rumah.

Senyuman di bibir nya menandakan jika hatinya sedang berbunga-bunga. Ya siapa juga perempuan yang tidak senang habis shopping?

"Dari mana aja sih? Kenapa baru pulang?!" tanya Gerald ketus berdiri di ujung tangga. Ekspresi wajahnya terlihat menahan marah.

Evelyn pun menjawab nya dengan suara tidak kalah ketus. "Main lah, Jalan-jalan sama pacar. Gue kan punya pacar, gak jomblo kaya lo!" ledek nya masih sempat-sempat nya.

"Kenapa gak angkat telepon?"

"Emangnya kenapa?"

Gerald terdengar berdecak lagi merasa kesal. Memang mengobrol dengan Evelyn itu harus ekstra sabar, mereka memang tidak pernah akur, selalu saja cekcok. Gerald pun turun dua tangga, hingga posisi mereka berdekatan. Tinggi Evelyn pun sekarang hanya seperut nya.

"Lo belum dengar kabar?" Melihat ekspresi kebingungan Evelyn, membuat Gerald yakin jika sepertinya gadis itu belum tahu. "Kenzo kecelakaan pas pulang sekolah, katanya mobilnya ditabrak truk sampai terpental," lanjut nya menjelaskan.

"Apa?"

Evelyn sampai dibuat tidak bisa berkata-kata mendengar itu, terdiam beberapa saat berusaha membaca raut wajah Gerald berharap sedang berbohong. Tetapi nyatanya tidak. Perlahan detak jantung Evelyn pun mulai cepat.

"Mama sama Papa sudah ke rumah sakit duluan dari tadi, gue belum pergi karena nungguin lo yang ternyata malah keasikkan main sampai lupa waktu sama pacar lo itu!" kesal Gerald sambil mendengus kasar.

"Kenapa masih diam aja? Buruan sana ke kamar ganti baju, kita berangkat sekarang!" tegur Gerald galak.

Evelyn pun menjadi ikut panik, segera Ia menaiki tangga dan berlari kecil menuju kamar nya. Sanking terburu-buru, sampai tidak mempedulikan penampilan yang terkesan terlalu santai dengan hanya memakai celana pendek dan jaket sweater.

Di depan rumah Gerald terlihat sudah menunggu, setelah Evelyn masuk ke mobil dan memakai seatbelt, Gerald pun segera menjalankan mobilnya pergi dengan kecepatan tinggi.

***

Berikan reaksi kalian tentang bab ini lewat satu emoticon..
Me : 😱

Mantan Tunangan ProtagonisWhere stories live. Discover now