9 Selalu Menggodanya

37K 2.8K 35
                                    

Senyuman culas di bibir Gerald luntur saat tangannya yang dari tadi bertengger di dagu Evelyn, di hempaskan pelan.

"Gak mau, gue udah gak tertarik lagi sama Kenzo. Gue tahu, lo bujuk gue begini karena takut kesempatan deketin Arumi makin susah kan? Kayanya lo harus berjuang lebih keras deh setelah ini, Gerald," ucap Evelyn dengan senyuman mengejek di bibir nya.

Tatapan Gerald pun menjadi dingin, tidak bisa menyembunyikan rasa kesal karena permintaan nya di tolak. Sial, sepertinya Evelyn sudah berubah. Padahal dulu mereka selalu bekerja sama untuk memisahkan Kenzo dan Arumi.

Tapi jika Evelyn benar-benar menyerah. Benar, Gerald harus berjuang sendirian dan akan sangat sulit.

"Mending sekarang lo keluar, lain kali jangan masuk sembarangan lagi ke kamar orang, gak sopan," usir Evelyn dengan suara yang kini lebih santai. Ia lalu berjalan ke ruangan sebelah, ward drobe, untuk memilih pakaian santai yang akan dipakai nya nanti setelah mandi.

Untungnya setelah Evelyn selesai membersihkan diri, Gerald benar-benar pergi membuat nya dapat bernafas lega. Sebelum keluar kamar, Ia juga sempat memoles sedikit wajah nya dengan bedak tipis dan lib tin warna merah.

Senyuman lebar terlihat di bibir nya, hanya dandan simple saja wajahnya tetap cantik. Evelyn benar-benar suka dengan fisik nya yang sempurna ini.

Merasa perut nya keroncongan lapar, Evelyn memutuskan keluar kamar turun ke lantai bawah menuju dapur. Beberapa pelayan yang sedang sibuk memasak menghentikan sejenak pekerjaan hanya untuk membungkuk hormat pada nya, setelah itu kembali melanjutkan.

"Ekhem bi, apa makan malam nya sudah siap?" tanya Evelyn pada salah seorang pelayan yang tidak jauh dari nya. Ia sedang meminum air putih sedikit demi sedikit, sambil bersandar di lemari pendingin.

Pelayan muda itu terlihat terperanjat. "Be-belum Nona, tinggal sedikit lagi. Apa Nona sudah lapar? Kami akan secepat nya selesaikan pekerjaan," jawab nya dengan kepala menunduk.

Melihat ekspresi takut-takut dari pelayan nya, membuat Evelyn bisa menduga jika selama ini sikap nya agak semena-mena. Ia benar-benar harus memperbaiki semuanya. "Gak papa, santai saja, jangan buru-buru biar gak ada kekacauan. Kalau gitu, aku pergi dulu," pamit nya sedikit kikuk.

Setelah kepergian Nona muda nya itu, beberapa pelayan di dapur langsung melirik satu sama lain dengan tatapan bingung. Sore ini Nona mereka terlihat lebih tenang, tidak biasanya dan bisa mengobrol dengan mereka sesantai itu.

Sepertinya musibah waktu itu sudah mengubah Evelyn, tidak bohong para pelayan merasa senang.

***

Sambil menunggu makan malam, Evelyn berkeliling tempat tinggal nya yang menurut nya lebih cocok di sebut Mansion. Ia bahkan sempat tersesat sanking luas dan banyak nya ruangan. Evelyn tidak bisa menahan kekaguman nya, merasa beruntung karena sekarang hidup nya tidak lagi sengsara seperti dulu.

Pluk!

"Evelyn, sedang apa kamu di sini?"

Evelyn terlihat tersentak terkejut merasakan tepukan pelan di bahu nya, saat berbalik langsung melihat seorang wanita dewasa yang masih cantik di usia nya. Itu Elina, Mama tiri nya.

"Gak papa, cuman bosen aja nunggu makan malam, jadi lihat-lihat aja," jawab nya jujur.

"Sebentar lagi juga makan malam kok, sabar," kata Elina dengan tatapannya yang tidak lepas dari gadis muda cantik di depan nya. Iri sekali karena sekarang usia nya sudah tua, kecantikannya berkurang.

"Kamu bisa panggilkan Gerald di kamar nya untuk turun? Dia selalu telat gabung kalau gak dipanggil," perintah Elina.

Sebenar nya Evelyn malas bertemu saudara tiri nya itu, apalagi setelah kejadian tadi di kamar. Tetapi Ia juga tidak enak menolak, pasti akan dianggap tidak sopan.

Kalau saja jiwa Evelyn yang sebenar nya masih ada, mungkin tidak akan perduli dianggap begitu. Tetapi sekarang berbeda, karena Rachel adalah orang yang tidak enakan, apalagi pada orang dewasa.

Merasa malas jika menaiki tangga, Evelyn pun memutuskan naik ke lantai dua dengan lift. Tidak perlu susah menemukan kamar Gerald, pintu berwarna hitam di bagian pojok pasti kamar nya.

Ia mengetuk nya beberapa kali sambil memanggil nama Gerald, tapi karena tidak mendapat sahutan juga membuat nya memutuskan membuka pintu dan melengokan kepala ke dalam.

"Ck kemana dia itu? Benar gak sih ini kamar nya," gumam Evelyn seorang diri.

Nuansa kamar nya serba hitam, benar-benar mencerminkan seorang laki-laki. Dengan memberanikan diri, Evelyn pun masuk. "Gerald, lo dimana? Nyokap lo nyuruh turun, bentar lagi makan malam!" panggil nya dengan suara lantang.

Tidak sengaja Evelyn melihat ke arah komputer yang menyala di meja, Ia pun mendekat untuk melihat jelas. Bibir nya terlihat mencebik jijik melihat wallpaper komputer itu adalah foto Arumi.

Benar-benar lebay sekali pikir nya si Gerald itu, definisi obsesi yang sebenar nya karena sampai memajang foto juga di benda pribadi nya.

"Kayanya tadi ada yang bilang deh kalau masuk kamar itu jangan sembarangan tanpa izin karena gak sopan, tapi lihat sekarang?"

Nada mengejek di belakang tubuh nya, membuat Evelyn berbalik dengan ekspresi wajah datar tidak mau terlihat tersinggung. Kedua mata nya sempat terbelak melihat Gerald hanya menutupi tubuh polos nya dengan handuk dari pinggang sampai lutut.

Sepertinya pria itu baru selesai mandi. Evelyn memutuskan mengalihkan pandangan ke arah lain, tapi Ia malah melihat pigura di nakas yang ternyata itu foto Arumi. Lagi-lagi, ternyata bukan hanya satu.

"Lo kaya anak kecil lagi kasmaran aja, sampai majang foto Arumi di mana-mana, lebay banget," ucap Evelyn meledek. Namun sepertinya Gerald salah mengartikan, pria itu pun berjalan mendekat membuat Evelyn dilanda rasa panik.

"Kenapa hm? Lo cemburu? Mau foto lo gue pajang juga di sini, atau gantiin yang Arumi?" bisik Gerald dengan suara serak nya tepat di depan wajah nya.

Menyadari posisi mereka terlalu dekat, Evelyn repleks menahan dada telanjang Gerald berusaha menjauhkan. Tetapi Ia yang terlalu gugup karena menyentuh langsung kulit pria itu yang dingin, dibuat terdiam kikuk.

Mata nya dengan lancang malah memperhatikan tubuh bagian depan Gerald yang terlihat seksi. Masih muda tapi sudah punya otot perut.

"Arrrggghhh!" Evelyn menjerit keras setelah kesadaran nya kembali terkumpul. Tidak mau kelihatan semakin salah tingkah, Ia pun memutuskan keluar kamar melarikan diri.

Sedangkan di dalam kamar, Gerald dibuat terkekeh kecil merasa terhibur dengan tingkah saudara tirinya itu. Baru pertama kali melinat Evelyn salah tingkah begitu, wajahnya sampai merah, terlihat sangat lucu. Seru juga pikir nya menggoda Evelyn.

***

Sabar ya, Rama di chapter depan muncul kok hehe 😆

Mantan Tunangan ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang