42 Menyerah

11.3K 913 38
                                    

[Eve aku di depan rumah kamu.]

Mendapat pesan seperti itu dari Rama sontak saja membuat Evelyn terkejut, dengan semangat Ia segera beranjak dari ranjang nya. Berlari kecil menuruni tangga menuju ke depan dengan senyuman lebar di bibir nya.

Akhirnya pacarnya itu datang juga, Evelyn sudah menunggu nya hampir tiga hari.

Langkah nya memelan mengetahui Gerald lah yang lebih dulu menemui Rama. Melihat kedatangan nya, obrolan dari dua pria itu pun teralih menjadi tertuju padanya. Evelyn pun membalas tatapan mereka bergantian.

"Tamu spesial lo yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, yah cuman emang terlambat banget." Setelah mengatakan itu dengan nada mengejek nya, Gerald pun melenggang pergi dari sana.

Evelyn hanya mendengus sebal tidak suka jika Gerald sudah menyebalkan seperti itu. Ekspresi wajahnya pun dalam sekejap berubah menjadi sumringah saat kembali bertatapan dengan Rama.

Evelyn pun mendekat untuk memeluk Rama. "Sayang, kamu kemana saja? Aku kangen," rengek nya menahan tangisan.

"Maaf ya beberapa hari ini aku sulit di hubungin, ada banyak hal yang aku pikirin," kata Rama entah apa maksud nya.

Evelyn lalu melepaskan pelukan mereka, beralih menarik tangan Rama untuk duduk di sofa. Tidak lupa memanggil seorang pelayan membawakan minuman, walau Rama sempat menolak, tapi Ia bersikeras.

Jika di perhatikan lagi, ekspresi wajah Rama terlihat lesu dan tidak bersemangat. Membuat Evelyn bingung sendiri. Bukankah yang seharusnya sedih adalah dirinya ya karena masih masa berkabung?

"Mungkin ini terlambat banget, apalagi saat itu aku gak hadir di pemakaman orang tua kamu. Aku ikut berbela sungkawa, Eve. Sekali lagi aku minta maaf karena di saat genting seperti itu gak ada di samping kamu," ucap Rama mulai membuka obrolan.

Tatapan Evelyn pun menyendu, tidak bohong Ia memang sedikit kecewa. "Memangnya saat itu kamu lagi dimana Rama? Apa kamu masih sakit? Kalau begitu gak papa, aku masih mengerti kok," sahut nya berpikir positif.

Melihat tingkah lugu kekasihnya itu, malah membuat Rama semakin dilanda rasa bersalah. Tangannya dari tadi terus bertaut, menandakan jika dirinya sedang merasa cemas sekarang.

"Rama," panggil Evelyn seraya menepuk pelan tangan pria itu, menyadarkan nya dari lamunan. "Kamu baik-baik aja?"

Seharusnya Rama yang menanyakan keadaan Evelyn sekarang, bukan malah sebalik nya. Baru kali ini Rama dihadapkan sebuah masalah sebesar ini, karena harus mengorbankan salah satu di hidup nya yang berharga.

Rama terlihat menarik nafas nya dalam-dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan. "Besok aku berangkat ke luar negeri, aku akan kuliah jauh di sana," ungkap nya.

"Apa? Kenapa ngasih tahunya dadakan begini? Kamu belum pernah bicarain ini loh sama aku."

"Maaf Eve, ini permintaan kedua orang tua aku. Kamu tahu sendiri aku harus selalu nuruti perintah mereka, kalau enggak.."

"Kalau enggak kenapa?"

"Mereka akan menyakiti kamu Eve," Batin Rama.

Melihat tatapan getir penuh kecewa Evelyn, membuat Rama ingin memeluk nya dan terus mengatakan kata maaf. Ia juga terpaksa melakukan ini, butuh waktu lama baginya memutuskan ini. Ya pada akhirnya Rama tetap berada di bawah kendali kedua orang tuanya.

Hampir saja air mata nya menetes, tapi Evelyn mencoba mencegah nya dengan menengadahkan kepala ke atas. Dadanya sesak sekali sekarang, menahan tangisan itu memang menyakitkan sekali. Jadi Rama datang ke rumah nya hanya untuk mengatakan ini?

"Aku mengerti kok Rama, aku bisa paham posisi kamu, karena aku sudah tahu semuanya," ucap Evelyn setelah merasa lebih tenang.

"Maksudnya?"

Evelyn pun mulai menceritakan lagi dimana waktu itu saat menjenguk Rama di rumah nya, Ia yang tidak sengaja menguping obrolan kedua orang tua Rama dan berakhir ketahuan. Lalu mengobrol cukup panjang dengan Mama Rama, membahas hubungan mereka yang tidak akan bisa bersama.

Rama yang khawatir kekasihnya itu salah paham pun segera meluruskan. "Eve, aku mohon jangan salah paham. Aku memilih ini bukan berarti gak cinta sama kamu, tapi.. Tapi aku gak mau kamu sampai masuk ke kehidupan aku yang rumit. Aku sayang sama kamu Eve, kamu lebih pantas hidup dengan baik."

Alasan Rama memang cukup masuk akal, tapi Evelyn tetap merasa kecewa karena pria itu tidak terlihat se-gigih itu memperjuangkan hubungan mereka. Padahal di rumah Rama waktu itu, pria itu sempat berusaha meyakinkan nya jika mereka akan baik-baik saja.

Tetapi pada akhirnya, Rama menyerah juga.

"Kasih aku satu alasan kenapa keluarga kita gak bisa bersama? Setelah itu, aku bisa lebih tenang," tanya Evelyn serius.

Rama terlihat ragu mengungkapkan nya, bahkan sempat memperhatikan sekitar rumah khawatir ada orang selain mereka di sini yang menguping. Setelah memastikan tidak ada orang asing, Rama pun akhir nya mengungkapkan silsilah keluarganya.

Keluarga Rama turun temurun dari Kakek buyut nya adalah anggota Mafia, dimana kekayaan mereka di dapat dari bisnis ilegal yang sangat kotor dan tidak disukai para aparat kepolisian. Mereka memang dianggap hebat dan misterius, tapi kenyataan nya pekerjaan mereka itu selalu menimbulkan banyak masalah.

"Keluarga aku punya banyak musuh, setiap hari kami selalu harus waspada karena musuh bisnis bisa menyerang kapan aja. Alasan aku mau kita berpisah karena aku gak mau kamu masuk ke kehidupan berbahaya aku Eve, aku gak mau kamu kenapa-napa," ucap Rama panjang lebar.

Rasa penasaran Evelyn pun akhirnya terjawab sudah, setelah waktu itu penjelasan Mama Rama yang dianggap memutar-mutar saja. Jujur Evelyn dibuat merinding mendengar pengakuan Rama.

Jadi Ia pernah berkencan dengan putra dari anggota Mafia? Evelyn sampai tidak bisa berkata apa-apa.

Rama lalu menggenggam tangan Evelyn, mengusap nya perlahan. "Sampai sekarang aku masih gak nyangka kita pernah bersama, impian aku dari dulu akhirnya tercapai. Sudah dari lama aku diam-diam suka sama kamu, Eve," ujar nya.

"Boleh aku tanya sesuatu lagi?"

"Ya tanyakan saja semua, aku akan berusaha jawab."

Tiba-tiba Evelyn terpikirkan ini saja, karena sekarang Ia tahu jika Rama tidak lah se-polos itu. Diam-diam pria itu punya sisi liar nya, Evelyn hanya penasaran saja akan sesuatu hal misterius yang berkaitan dengan orang seperti Rama ini.

"Aku pernah hampir masuk ke pintu merah di pojok kamar kamu itu, tapi kamu keburu datang dan cegah aku. Di dalam sana sebenarnya ada apa? Kamu.. Bukan psychopath kan?"

Mungkin pikiran Evelyn ini terlalu liar, selain itu dirinya pun terlalu sering membaca novel bertema dark romance di kehidupan nya dulu. Biasanya kan orang yang menyangkut dunia kotor begitu memang berisi orang-orang tidak waras.

"Sebenarnya di dalam sana itu.."

***

Jawabannya tunggu chap depan ya hehehe 🐒

Mantan Tunangan ProtagonisWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu