30. Ujian I

3.9K 602 60
                                    

Trigger warning ⚠️ penindasan, ancaman, kekerasan, sedikit isu mental health, dan kata-kata kasar.

***

Saat kesiur angin ditiupkan pada kedua mataku, rasa kantuk yang mendalam langsung hinggap. Dan aku kehilangan orientasi tubuhku sendiri kala itu, seolah aku jatuh, ke dalam jurang tanpa ujung. Ke dalam sebuah ruang kosong hampa, membawa tubuhku melayang di sana, sedikit membuat mati rasa.

Dan saat aku kembali membuka mata. Aku langsung tahu aku berada di mana.

Ranjang tunggal dengan sprei monoton; putih. Langit-langit ruangan yang tidak lebih dari tiga meter, lampu LED putih sepuluh watt, dan furnitur serta perabotan yang kuno dari apartemen tua ini. Cahaya matahari pagi mulai masuk dari sela-sela gorden yang tak tertutup rapat, dan suara aktivitas pagi dari para penduduk ibu kota yang padat dimulai.

Jika ini bukan ujian dari kontrak roh, maka aku yakin bahwa menjalani kehidupan sebagai Kelith Archer selama tiga minggu terakhir adalah mimpi belaka. Bahwa aku terlalu lelap dalam bunga tidurku sehingga menciptakan kisah yang baru. Namun, aku tahu dengan jelas bahwa ini bukanlah mimpi.

"Dunia apa ini?"

Suara roh angin kini terdengar di mana-mana, sedikit bergaung sehingga aku merasa merinding.

"Apakah ini masa lalumu, manusia?"

Ya, ujian kontrak roh dimulai melewati ingatan manusia yang ingin membuat kontrak dengan roh. Roh tersebut akan mengintip ingatan manusia dan memilih salah satu memori acak yang paling menyedihkan untuk dijadikan sebagai ruang ujian. Kemudian, kisah masa lalu traumatik akan menjadi ujian inti. Selanjutnya, manusia yang berhasil menyelesaikan ujian akan mendapatkan roh untuk dikontrak sebagai hasil akhir. Sementara mereka yang gagal, akan mati karena tak bisa menuntaskan masa lalu traumatik mereka.

Dillian di dalam novel, memulai ujian ketika dia baru saja memasuki kediaman Archer sebagai putra angkat Kelith. Penderitaan Dillian terulang kembali. Masa lalu traumatiknya seolah tengah bermain-main dengan Dillian, kemudian anak itu berhasil menyelesaikan ujian dengan baik pada akhirnya. Akan tetapi, karena roh angin mengaitkan Dillian dengan masa lalunya, Dillian sedikit muak pada roh angin sehingga dia jarang mengandalkan roh angin sebagai senjatanya.

Sayang sekali, padahal roh angin itu kuat.

"Ini masa lalu saya, wahai roh angin yang agung." Aku melayangkan senyuman pada ruang kosong. Bentuk angin puyuh sang roh tidak ada, hanya suaranya saja yang bisa kudengar.

"Kau memiliki wajah dan rupa yang berbeda, dunia yang berbeda, dan benda-benda aneh di luar sana. Aku tidak pernah tahu bahwa ada dunia yang sangat aneh. Siapa kau sebenarnya, manusia?"

"Saya adalah Kelith Archer."

Jeda.

"Terserahmu, manusia. Aku akan menunggu sampai kau menyelesaikan ujian. Jika kau gagal, maka kau akan mati."

Setelahnya, suara roh angin lenyap.

Memang benar rupanya bahwa roh angin tidak dapat bersimpati. Bahkan dia tidak mengatakan "semoga berhasil" padaku seperti sistem-sistem lain di dalam novel fantasi pada tuannya sebelum mereka mulai berpetualang.

Aku menghela napas. Baiklah, kehidupan di dunia modern sebagai seorang pria pekerja kantoran dimulai.

***

Pakaian formal monoton seperti sebuah kemeja, jas biru gelap biasa, celana bahan, dan sepatu hitam adalah amunisi wajib untuk mengunjungi kantor. Sebelum menjadi Kelith Archer, aku bekerja di suatu perusahaan game yang telah menghasilkan ribuan streamer berpenghasilan tinggi. Perusahaan kini terlalu berfokus pada salah satu game yang menghasilkan income besar, yaitu permainan simulasi bertahan hidup di dunia yang hancur. Berkat game tersebut, nama perusahaan kami bisa dikenal luas dan menarik atensi dari para pemain baru.

Suddenly, I Became the Hero's FatherWhere stories live. Discover now