76. Kunjungan Lagi

1.2K 291 55
                                    

Arc 3.2 Lamieu

Karena Alois itu orang yang agak keras kepala, dia benar-benar tidak ingin aku terlibat lebih jauh dengan Kai lagi. Dia bersikeras ingin aku segera memutus hubunganku dengan Kai. Bukannya aku tidak mau, hanya saja aku tidak bisa. Mendukung Kai untuk menjadi raja adalah opsi yang lebih baik untuk masa depan Adria, dibandingkan dengan harus membiarkan Alioth bermain-main dengan mahkota di kepalanya, yang hanya berakibat untuk menghancurkan dan membuat Archer lebih menderita di masa depan. Makanya, lebih baik untuk menderita saat ini dan akan menuai hasilnya di masa depan.

Akan tetapi, aku diberikan hukuman oleh Alois untuk tidak keluar dari kediaman Archer selama satu bulan. Dan menurutku, itu terlalu lama! Jika aku tidak kembali ke wilayah Vernon untuk mendapatkan penawar racun, Raja Andreas akan segera mati. Apabila raja mati, maka Kai akan langsung naik takhta sesuai urutan suksesi.

Akan tetapi, itu bukan akhir bahagia untuk Kai. Sama seperti di alur novel, Alioth akan menggulingkan pemerintahan Kai tepat setelah dia dinobatkan, dibantu oleh faksinya yang kuat. Selepas Kai kalah dalam persaingan, maka gelar raja akan diberikan kepada Alioth sang pemimpin kudeta. Maka, sama seperti alur novel ke depannya, Alioth tak bisa memerintah Adria dengan benar dan hanya tahu menghancurkannya saja tanpa tahu bagaimana cara untuk memperbaiki Adria.

Aku pun mengembuskan napas. Untungnya, konteks yang Alois katakan mengenai kurunganku adalah kediaman Archer dan bukan kamarku saja. Makanya saat ini, aku sedang mengumpulkan Dillian, Sora, dan Pixy di kamarku. Alois itu terlalu memercayai aku yang tidak akan keluar dari kediaman, ya?

"Ayah, ada apa kamu memanggilku?" tanya Dillian, dengan sorotnya yang halus. Setiap kali kami bersitatap, Dillian akan menunjukkan sorot lembutnya, yang membuatku merasa kalau aku telah membesarkan anak dengan baik.

Dillian, dia sepertinya baru selesai dengan latihan dan belajar pengetahuan umumnya. Saat ini, hari memang sudah sore, sehingga tentu saja seluruh kelas Dillian berakhir.

Aku pun meminum teh yang disajikan oleh pelayan, lalu menjawab, "Bukan masalah besar, sebenarnya. Aku hanya ingin meminta bantuan dari kalian bertiga, apakah itu baik-baik saja?"

"Aku bersedia, Ayah."

Dillian yang paling cepat menjawab, membuatku takjub bahwa meski aku belum selesai mengutarakan kata, dia sudah lebih dulu menjawab.

"Oke, bagaimana dengan Sora, Pixy?" tanyaku sambil menatap kedua roh itu.

Sora duduk di samping Dillian, memakan kudapan manis dengan ekspresi bosan. Sementara Pixy yang hanya memiliki wujud anginnya, hanya berputar-putar di sisi kami.

"Aku ikut~" seru Pixy riang. "Apa pun yang kamu lakukan, Kelith Archer, semuanya selalu terasa menyenangkan~"

Itu hanya opini Pixy semata, bukan testimoni langsung dariku. Bahkan aku saja merasa bahwa apa yang kulakukan ini hanyalah terlibat ke dalam lebih banyak masalah, sehingga tentu saja tidak terasa menyenangkan sama sekali.

"Baiklah, aku bergabung. Lagipula, aku tidak memiliki pilihan selain ikut, 'kan?" tanya Sora dengan acuh.

Aku tersenyum puas. "Bagus. Kembali lagi ke kamarku tengah malam ini, apa kalian mengerti?"

"Aku mengerti, Ayah." Dia menjawab paling cepat lagi.

"Oh dan Ian, jangan lupa untuk menyewa kereta kuda dari luar. Ini uangnya, dan pastikan untuk membungkam orang itu supaya tidak memberi tahu Kak Alois soal rencana kita."

Aku menyerahkan sekantung uang di atas meja pada Dillian, dan itu adalah uangnya Kai. Aku senang tidak mengeluarkan banyak uang untuk ini. Aku harus menghemat supaya bisa membiayai pendidikannya Dillian sampai nanti.

Suddenly, I Became the Hero's FatherWhere stories live. Discover now