Part 16 - He Hurts Me, Again

2.9K 234 10
                                    



ENAM BELAS - HE HURTS ME, AGAIN

"AKU benci sikapmu yang seperti ini." Ucap Justin yang pergi membawa Leonie dan meninggalkanku sendiri di lorong sekolah panjang ini.


Setetes demi setetes air mata sialan ini mulai turun membasahi pipiku. Ya, aku lagi-lagi menangisi lelaki dingin yang tidak berperasaan itu.

"He hates me..."

"He hates me..."

"He hates me..."

Aku mengulangi kata-kata itu berkali-kali seakan-akan kata-kata itu adalah obat bius yang mematikan.

***

- Author's POV -

Terdengar suara ketukan pintu beberapa kali dari pintu kamar Keira.

"Kei? Mau sampe kapan lo harus ngurung diri lo terus-terusan kayak gini?"

Sudah kesekian kalinya Austin mengucapkan kata-kata itu kepada Keira tapi Keira tetap tidak mau menanggapinya.

Terdengar suara ketukan lagi.

"Kei? Lo harus makan. Udah dua hari lo gak makan. Jangan kayak gini, lo bisa sakit." Sudah kesekian kalinya Austin menyuruh Keira makan, tapi Keira tidak meresponnya sama sekali.

Terdengar helaan napas untuk kesekian kalinya dari Austin dan ia pergi menjauhi kamar Keira. Gadis itu--Keira--benar-benar keras kepala.

Ya, sudah dua hari belakangan ini Keira tidak keluar dari kamarnya semenjak Justin mengatakan bahwa ia membencinya, tidak bukan dirinya, tapi sikapnya. Keira menganggap bahwa Justin membenci dirinya. Kata-kata itu terekam jelas di benak gadis itu, sampai-sampai membuat kantung matanya membesar. Keira terus menangis, menangis dan menangis karena ucapan yang Justin berikan padanya. Dia selalu mengumpat dan bertanya, kenapa ia selemah ini sekarang?

Sudah dua hari ia tidak masuk sekolah, dan membuat Justin sedikit khawatir, tidak, sangat khawatir terhadap kekasihnya itu. Ya, Justin sejujurnya mengkhawatirkan keadaan Keira. Akan tetapi, ia terlalu gengsi untuk menemui Keira dan mendatangi rumah kekasihnya yang hanya berada di seberang jalan dari rumahnya itu. Terlebih dengan Austin, teman sekelas mereka yang juga tinggal disana.

Justin selalu melihat kamar Keira dari balkon kamarnya yang jendelanya kini selalu tertutup rapat, seakan-akan ia tidak memberi celah sedikitpun untuk Justin melihat kamar gadis itu.

Akhirnya Justin menyerah. Menyerah dengan semua kesombongan dan kegengsian yang ia miliki. Ia benar-benar merindukan kekasihnya itu. Ia bertanya-tanya, apa salahnya--Justin--sehingga Keira tidak masuk sekolah dan tidak mengangkat telepon atau membalas pesan singkat yang lelaki itu berikan padanya?

Sayangnya Justin bukanlah lelaki yang mudah mengetahui penyebab kesalahan-kesalahan yang ia perbuat. Walaupun dia pintar dalam pelajaran, tetapi untuk soal perasaan dia tidak tahu dan tidak cukup pintar dalam menghadapinya. Akhirnya Justin memutuskan memakai pakaian yang rapih, ia berniat mengajak Keira ke festival dekat komplek mereka malam ini. Ia ingin melihat tawa gadisnya itu lagi, yang sudah hilang dan tidak terlihat selama dua hari terakhir ini.




- Justin's POV -

Aku menekan bel rumah Keira, tidak lama seseorang membuka pintu utama rumah Keira.

"Mau ngapain lo kesini?" Tanya Austin ketus.

Aku mengernyit bingung, kenapa lelaki ini bersikap seperti ini denganku?

My Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang