DELAPAN - BAD DAY
JUSTIN membukakan pintu mobilnya untukku. Aku langsung turun dari mobil Justin. Aku sudah mempunyai pikiran sebelumnya, bahwa aku dan Justin akan berjalan bersisian dengan tangan kami yang saling bertautan.
Tapi apa yang kudapatkan?
Laki-laki dingin itu meninggalkanku sendirian dan berjalan tanpa mempedulikan aku yang menatapnya dalam diam.
Aku berdecak sebal,
"Oh God, why must a boy like him?" Gerutuku dan mengikuti Justin dari belakangnya, ralat, jauh di belakangnya.Tiba-tiba,
"Woi," ada yang menoyor kepalaku, aku hapal sekali siapa pemilik suara ini. Ya, siapa lagi kalau bukan sepupu bodoh yang menyebalkan itu? Ya, Austin.
Aku tidak mempedulikan ucapan sepupu bodohku itu. Aku tetap melangkahkan kakiku menjauh, walaupun aku tahu Austin memanggil namaku beberapa kali. Tapi, aku tidak peduli. Kakiku terus melangkah hingga sampai di taman belakang sekolah.
Taman belakang sekolahku ini memang benar-benar indah. Ada sebuah danau kecil di dekat bangku taman ini. Jika aku ada masalah, sedih atau bisa dikatakan sama anak zaman sekarang galau, aku selalu ke taman ini. Kalau aku ke taman ini, rasanya semua penat, masalah dan kesedihan hilang begitu saja.
Aku menutup kedua mataku, menikmati kicauan burung dan angin pagi ini. Tidak lama, aku merasakan seseorang duduk di sampingku. Aku tidak mempedulikan orang itu, karena orang itu hanya diam dan tidak mengangguku. Aku masih melanjutkan kegiatanku.
"Sampai kapan kamu mau diem kayak gitu?" Tanya seseorang beku.
Aku mengenal siapa pemilik suara ini! Aku sangat hapal siapa pemilik suara ini!
Aku langsung membuka mataku dengan cepat aku menoleh kearah lelaki dingin--Justin--ini. Justin memandang lurus ke depan, tepatnya ke danau kecil yang berada di taman ini. Tapi, tunggu.
Kenapa Justin masih memakai tas?
Apa Justin belum masuk ke kelas sama sepertiku?
"K--kamu ngapain disini?" Tanyaku percaya tidak percaya.
"Menunggumu." Jawabnya singkat.
Walaupun singkat, lelaki ini berhasil membuat hatiku terbang entah kemana. Aku sudah senyum-senyum seperti orang tidak waras karena jawaban Justin itu.
"Apa kau mau terus disitu? Bel udah berbunyi. Ayo masuk." Ucapnya lagi beku dan mulai siap-siap mengambil langkah untuk pergi.
Sudah kubilang, dia itu benar-benar lelaki yang tidak berperasaan! Dia selalu berhasil membuatku terbang entah kemana, dan dalam hitungan detik, dia berhasil menjatuhkanku begitu dalam. Aku merasa seperti menaiki rollercoaster.
"Ayo." Ajak Justin lagi yang kali ini menghentikan langkahnya dan membuyarkan lamunanku.
Aku hanya mendengus sebal dan langsung berjalan mendahului Justin. Aku tidak peduli jika dia menganggapku childish, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya membuat lelaki itu bisa bersikap manis terhadapku dan dia bisa mengerti apa mauku.
***
"Eitss, mau ngapain? Mau masuk?!" Cegah seorang perempuan yang sudah ada di depan pintu masuk kelasku ini, Leonie. Dia sedang bersama anggotanya, Arine dan Serine.
"Bisa nggak, lo gak ngehalangin gue? Gue mau lewat." Ujarku malas berhadapan dengan perempuan ini. Pasti akan panjang permasalahannya.
Leonie tertawa sinis,
"Nggak! Lo gak boleh masuk!" Bentaknya di depan wajahku.
YOU ARE READING
My Cold Boyfriend
Teen FictionLaki-laki dingin, egois dan juga sombong. Seorang lelaki yang jika berbicara selalu tajam, beku dan tidak peduli jika kata-katanya sudah menyakiti perasaan orang lain. Dibalik sikapnya yang dingin, dia juga anak yang pintar dan dikagumi kaum hawa. S...