epilog

47K 3.9K 1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
["Allahumma shalli 'alán-nabiyil hasyimiyyi Muhammadin wa'ala alihi wa sallim tasliman"]

Halo semuanya, maaf ya nunggu lama, karena ini juga udah ending aku mau terima kasih buat kalian semua.

Happy reading.


♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Dunia ini terlalu singkat, mas. Sedangkan Aisyah dan kamu ingin terus bersama. Untuk itu, Aisyah ingin kita selamanya di surga Nya, saja, karena disana tidak ada lagi kata perpisahan."

Gus mengangguk pelan. "Tetap sama aku ya, walau banyak berantem nya."

Aisyah tertawa, menutupi rasa sakit di kepalanya. "Iyaaa!"

Mendengar jawaban dari Aisyah, Gus Ilham kembali memeluk tubuh istrinya sangat erat.

"Mas! Jangan keras-keras pelukannya, Aisyah nggak bisa nafas!"

"Yaudah," ucap Gus Ilham. "Rasanya kayak gitu tanpa kamu."

"Mas..." Aisyah mencengram lengan suaminya saat kepala terasa sangat sakit, ia tak kuat menahan rasa sakit itu.

"Syah, kamu kenapa?" Tanya Gus Ilham, mulai panik saat Aisyah mengeram kesakitan.

"Sakit..." lirih Aisyah sebelum tak sadarkan diri.

"Syah! Dokter!" Gus Ilham menekan tombol darurat yang berada di samping sang istri.

"Syah sadar Syah, Aisyah!" Gus Ilham mengguncang lengan istrinya. "Aisyah, aku di sini sayang, bicara sedikit saja, sayang, aku bakalan rapu tanpa kamu!"

Tak lama kemudian datanglah Dokter dan suster, langsung memeriksa Aisyah.

"Pak, mohon untuk keluar dulu ya," kata suster tersebut pada Gus Ilham.

"Tolong segerakan golongan darah nya, hb pasien semakin rendah." Ucap dokter tersebut.

Gus Ilham keluar dengan wajah pucat pasi, serta keringat di seluruh tubuhnya.

"Lho, Ilham, kenapa nak?" Tanya umi Maryam.

"Umi, Aisyah..."

"Aisyah kenapa?!" Tanya umi Maryam mulai ikut panik.

"Hb Aisyah semakin rendah, harus segera transfusi darah. Ilham bingung umi, dimana Ilham harus cari golongan darah B negatif..." gus Ilham mengacak rambutnya frustasi. Ia benar-benar seperti kehilangan akal sehat, melihat istrinya seperti tadi.

Abi Syakir menghela nafas. Ia mengambil ponsel dan menelpon seseorang di sana. "Tolong siapkan saya, tiket pesawat untuk ke jakarta sekarang juga. Saya otw ke bandara."

"Maryam, saya pergi."

"Mau kemana mas?"

"Ke jakarta. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam," umi Maryam menghela nafas panjang. Ia kembali memegang kedua bahu anaknya berusaha menenangkan.

"Umi!" Gus Iksan datang bersama Hilya.

"Keadaan Aisyah sekarang gimana?"

"Aisyah harus segera transfusi darah. Golongan darah nya, langkah."

"Apa di pesantren nggak ada yang sama golongan darahnya?" Tanya Hilya.

"Ada, cuma semuanya punya riwayat penyakit hipotensi. Mana bisa donor darah. Yang ada, kita jadi pembunuh."

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now