bagian 25

32.6K 4.3K 1.6K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jangan lupa vote dan komen yang banyak, tandai kalau masih ada typo.

*****

Pagi ini Gus Ilham baru saja tiba di pesantren, setelah dari pasar membeli bahan pokok untuk rumahnya. Seperti inilah rutinitas pria yang bernotabene, suami dari Aisyah. Karena rasa sayang dan cinta pada istri, ia tidak rela menyuruh Aisyah ke pasar. Selain itu Gus Ilham juga tidak suka jika istrinya keluar rumah bertemu dengan laki-laki mata keranjang yang suka pada istri orang, padahal istri di rumah juga ada.

Brak!

Semua dus yang Gus Ilham angkat terjatuh menimbulkan suara gaduh. Sontak saja beberapa orang yang berada di gerbang pesantren menoleh kearah.

Tak terkecuali, Ustadz Abraham. Tampaknya ia tertawa atas penderitaan sang gus yang kesulitan membawa tiga dus sekaligus.

Gus Ilham mendengus sebal. "Kenapa ketawa, ayo bantu saya, angkat ini."

"Siap Gus!" Ustadz Abraham berjalan menghampiri Gus Ilham. Ia mengangkat satu dus tersebut.

"Mau dibawa kemana?"

"Ke tanah abang! Ya, kerumah saya lah!" Bentak Gus Ilham. Bukan tidak bersyukur dibantu Abraham, hanya saja Gus Ilham sudah sangat malas mendengar pertanyaan di kala dirinya sudah lelah.

Poin penting nih, jangan bertanya pada Gus Ilham ketika ia terlihat lelah.

"Afwan." Ucap Ustadz Abraham.

"Ayo."

"Biar saya bantu," kata Ustadz Fahri datang, dan mengambil satu dus dari tangan Gus Ilham.

Gus Ilham hanya mengangguk, kemudian ia berjalan paling depan menuntun kedua Ustadz ini. Tibanya di rumah Gus Ilham, semuanya menyimpan dus tersebut di teras.

"Terima kasih sudah bantu saya," ucap Gus Ilham.

"Sama-sama Gus."

"Oh ya, Gus. Saya juga mau kasi ini." Ustadz Fahri menyerahkan dua amplop pada Gus Ilham.

"Undangan pernikahan?" Tanya Gus Ilham.

"Iya, gus. Sekalian sama surat izin saya selama satu bulan," Ujar Ustadz Fahri, lalu memberi satu undangan lagi pada ustadz Abraham. "Ini buat Ustadz Abraham."

Ustadz Abraham menerima undangan tersebut. Di sana tertera nama Ustadz Fahri dan — "Fatia?!"

"Iya, Ustadz."

"Fatia yang pernah sekolah di sini?" Tanya Gus Ilham dan diangguki oleh Ustadz Fahri.

"Iya, saya dan Fatia dijodohkan."

Gus Ilham sebenarnya terkejut, namun masih bisa menahan ekspresi wajahnya. Tapi saat melirik kearah Ustadz Abraham, terlihat jelas bahwa pria itu benar-benar shock.

"Saya harap kalian berdua datang ya," ucap ustadz Fahri.

Gus Ilham hanya mampu mengangguk singkat. Sedangkan dari dalam rumah, Aisyah mengintip dari balik jendela. Entahlah sejak kapan wanita ini berdiri dan menguping disana.

"Kasian juga Ustadz Abraham," gumam Aisyah.

"Umi!" Dari arah belakang Arsya dan Arsyi datang menkagetkan sang umi.

"Astagfirullah!" Aisyah melompat kaget. "Ssstt! jangan ribut!"

Kedua anak itu menurut saja, Aisyah kembali mengintip, diikuti oleh Arsya dan Arsyi. Pokoknya apapun yang dilakukan orang tuanya ini, Arsya dan Arsyi akan mengikuti, itulah makanya mereka selalu berhati-hati saat hendak melakukan apapun dihadapan bocah ini.

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now