bagian 16

37.2K 4.4K 471
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Tidak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain, cukup bandingkan kepintaranmu dengan seekor Ayam yang berkokok di pagi hari, lihatlah siapa yang lebih dulu bangun untuk mengingat tuhannya. Maka itulah yang paling pintar.'

Imam Al Ghazali.

***

"Assalamualaikum, sayang ku. Sudah pagi. Waktunya bangun," ucap Gus Ilham sambil mengusap kepala Aisyah dengan lembut.

Waktu sudah menunjukkan jam 05.30, beberapa menit yang lalu Gus Ilham baru saja datang dari masjid.

"Hoaammm.."

"Bangun, udah pagi," ucap Gus Ilham begitu lembut dan sabar nya.

"Huamm!" Aisyah menguap besar, Gus Ilham langsung menutup mulut istrinya.

"Nanti jin masuk."

"Jam berapa?" Tanya Aisyah dengan suara khas bangun tidur.

"Setengah enam."

"Ah! pengen tidur lagi."

"Bangun sayang..."

Aisyah berdecak pelan, terpaksa membuka matanya. Wajahnya kembali di tekuk saat suaminya menggeser gordeng agar cahaya pagi masuk ke dalam kamar mereka.

"Kenapa ya tidur itu nyaman banget?"

"Kalau lagi tidur, ruh kita berada di genggaman Allah. Kenapa nyaman? Ya, karena memang rumah kita yang sebenarnya," ucap Gus Ilham.

Aisyah manggut-manggut. "Pantesan aja dunia nggak pernah bikin nyaman. Ya, karena memang bukan rumah kita ya?"

"Iya, makanya Allah selalu kasih kita rasa capek di dunia agar kita sadar kalau tempat yang kita singgahi ini, bersifat fana," ucap Gus Ilham.

Aisyah mengembangkan senyumnya, menatap sang suami yang juga menatap dirinya.

"Kalau begitu Aisyah pengen tidur aja."

"Bukan berarti tidur itu nyaman, sampai menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Lagian masih ada cara lain biar terasa nyaman. Contohnya berdzikir kepada allah, membaca al qur'an. Umur itu tidak ada yang tau, lebih baik menyiapkan diri dulu sebelum tidur selamanya."

"Jadi pengen tidur selamanya."

Gus Ilham membelalak matanya, langsung menghapiri Aisyah. "Kamu ngomong apa sih?" Geram Gus Ilham tak suka dengan ucapan Aisyah.

Aisyah tertawa. "Bangunin dong!"

"Saya nggak mau, kasih morning kiss dulu."

"Saya?" Tanya Aisyah saat suaminya menggunakan kata 'saya'.

"Kenapa ada yang salah?"

"Nggak ada Gus." Ucap Aisyah menekan kata 'Gus.

Gus Ilham berdercak lidah, membantu Aisyah bangun. "Morning kiss–nya mana?"

"Nggak boleh, Gus Ilham kan guru Aisyah. Nggak boleh cabul!"

Cup!

"Aduh!" ringis Aisyah saat suaminya mencium sambil menggigit pipinya.

"Abah!" Pekik Arsya dan Arsyi bersama dari ambang pintu. Mereka bahkan menyaksikan sang abah menggigit pipi uminya. Keduanya lantas bergegas menghapiri orang tua mereka.

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now