DUA PULUH LIMA

19.8K 819 51
                                    

"ASSALAMUALAIKUM!!"

Gus Ikmal dan Ashilla hanya menggelengkan kepala, melihat Aila yang mengucap salam dengan berteriak seraya berlari mencari Eyang nya. Aila ini seolah tidak kehabisan baterai, padahal ia sudah bermain lari-larian du taman.

Dug!

Ashilla dan Gus Ikmal melotot, saat putri mereka terjatuh. Mereka yang panik gegas berlari hendak membantu Aila bangun, mereka berpikir Aila akan menangis. Namun di luar dugaan, putri mereka itu bangun sendiri dan tampak tersenyum menunjukkan barisan giginya yang rapi. "Hehe."

Astaga ....

Gus Ikmal menepuk keningnya, dasar putrinya ini memang slalu di luar prediksi BMKG!

Sedangkan Ashilla sendiri menghela napas, ia berjongkok di hadapan putrinya. "Jangan lari-larian ya sayang. Nanti kalau jatuh, terus lututnya luka bagaimana?"

"Maaf ya Umi."

Ashilla mengangguk, ia berdiri dan menggandeng lengan putrinya, berjalan bersama untuk menemui sosok Abi Muslih yang baru keluar dari kamarnya.

"Eyaang!!!" Aila berseru, Abi Muslih menghampiri dan menggendong cucunya.

"Aduuh, kangen sekali lho Eyang sama cucu Eyang yang nakal ini."

"Iih Eyang. Aila ndak nakal. Aila anak baik kok, iya kan Umi?"

Abi Muslih terkekeh, begitu pun Ashilla. "Abi, sehat?" tanyanya setelah menyalami tangan mertuanya.

"Alhamdulillah sehat nduk. Kamu sendiri piye? Masih ada yang sakit ndak?"

Ashilla menggeleng. "Alhamdulillah sehat Abi. Abi selama Shilla ndak di rumah, Abi ndak makan yang aneh-aneh kan?"

Abi Muslih tergelak, membawa Aila ke ruang tamu yang di ikuti oleh Ashilla dan Gus Ikmal. "Kamu tenang saja, Abi mana berani. Menantu Abi galak soalnya," guyonnya.

Gus Ikmal hanya menjadi penonton, kehadirannya seolah tidak pernah ada. Gus Ikmal merasa semakin terasingkan di rumahnya sendiri, melihat interaksi Ashilla dan Abinya. Abinya bahkan terlihat begitu sangat senang dan sangat akrab. Ia juga tahu jika Abinya memang memiliki darah tinggi dan kolesterol, namun ia tidak begitu memperhatikannya. Tapi, Ashilla sangat memperhatikan semua itu, tentang pola makan Abinya, kesehatannya setiap hari.

Ashilla adalah wanita langka, selain karena menerima Aila dengan tulus, Ashilla juga bahkan sangat bersedia mengurus Abinya, dan melakukan tugas rumah lainnya meski si bantu para abdi ndalem dan jadwal piket santriwati. Tetap saja itu semua tentu tidak mudah.

"Umi kan galak karena Eyangnya nakal. Iya kan Umi?" Aila yang berada dalam gendongan Abi Muslih ikut berbicara, dan itu semakin membuat Ashilla dan Abi Muslih tertawa.

Gus Ikmal hanya bisa mengepalkan kedua tangannya, matanya menatap pemandangan itu dengan sendu. Berapa banyak momen yang sudah ia lewatkan, sampai ia merasa asing dan canggung berada di tengah-tengah mereka.

Abi Muslih menatap cucunya dengan sedih. "Ooh, jadi sekarang Aila lebih sayang Umi, daripada Eyang. Begitu?"

"Iya, karena Eyang nakal terus!!" serunya yang lagi-lagi mengundang tawa.

Kini Gus Ikmal dan Ashilla berada di dalam kamar, Aila sendiri sama sekali terlihat tidak kelelahan, ia pergi bermain ke pondok santriwati yang biasa menjaganya. Suasana kembali canggung, Gus Ikmal tiba-tiba berlutut di bawah kaki Ashilla yang tengah duduk di atas ranjang.

“Apa yang njenengan lakukan Gus?”

“Saya tidak tahu harus dengan cara apalagi agar kamu mau memaafkan saya Ashilla...”

Ashilla [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now