32

1.8K 237 21
                                    

"Aku minta maaf nggak bisa ke Malang dulu. Banyak yang harus kuselesaikan dulu di sini."

Itulah kalimat yang Gata ucapkan ketika Binar tidak bisa tetap tinggal di Jakarta. Judul skripsinya sudah lolos dan ia akan mulai sibuk dengan tugas akhirnya itu.

Binar bisa mengerti bagaimana sibuknya Gata saat ini. Tidak masalah jika memang waktunya terbatas untuk ke Malang, yang terpenting hubungan mereka sudah membaik.

Tertekan oleh rasa bersalah membuat Binar tidak nyaman menjalani hari-hari. Ia bertahan dengan keadaan itu. Enggan meminta maaf bukan karena merasa dirinya paling benar atau tidak mengakui kesalahannya. Hanya saja, keadaan seperti ini menjadi benteng untuk hatinya jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Dibanding waktu yang pertama mereka bertengkar, keributan kedua ini membuat mereka saling mendiamkan dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain karena posisi yang berjauhan, kesibukan masing-masing membuat keharmonisan mereka bukan menjadi prioritas.

Ia pun tahu kabar keadaan GiNus Group yang kurang baik dari junior-junior yang mendapat beasiswa yang sama dengannya. Mereka jadi khawatir jika beasiswa dari GiNus akan di hentikan sementara mereka masih ada di semester awal dan tengah.

Dari situ Binar mencari tahu keadaan perusahaan lewat asisten pribadi Atmadja. Awalnya Erwanto terus menutupi, tetapi Binar terus mendesak dan akhirnya dijelaskan semua.

Rasa bersalahnya semakin besar. Semua yang terjadi dengan perusahaan karena kesalahannya. Ia tidak mau hidup dengan menanggung beban kalau saja perusahaan keluarga Atmadja hancur karenanya.

Diantara kesibukan dengan tugas akhirnya, Binar juga mencari tahu tentang perusahaan GiNus. Belajar bisnis dengan bantuan Erwanto dan ia mencari sela di mana ia bisa membantu Gata. Banyaknya investor yang menarik uang menjadi kendala terbesar GiNus.

Mengajak bertemu orang-orang penting yang bergelimang harta bukanlah sesuatu yang mudah. Namun ia mencoba mencari celah senatural mungkin bisa menjalin komunikasi dengan mereka-mereka di ruang publik.

Karena memang ilmu bisnisnya sangat minim, Binar mencoba mengutarakan pendapat sebagai masyarakat menengah ke bawah yang menjadi target paling besar perusahaan GiNus.

Menurut Binar, orang-orang itu tidak boleh hanya sekadar membaca pasar lewat angka-angka presentasi perusahaan, tetapi harus melihat secara langsung kondisi pasar seperti apa.

Dari puluhan investor yang menarik uangnya kembali, Binar hanya bisa menemui beberapa saja karena keadaan. Menurutnya, hanya segelintir yang terbujuk belum bisa memulihkan keadaan. Sampai akhirnya ia meminta bantuan Fina karena ayahnya seorang pemilik sebuah stasiun TV Nasional.

Binar ingin orang-orang tidak lagi berpikir buruk dan menuduh GiNus perusahaan yang menjadi sarang para pebisnis kotor. Ia tidak mungkin mendatangi satu per satu orang. Karena itu, dia butuh media besar yang bisa menyorotnya dan ia bisa meluruskan semuanya.

"Waktu berita itu keluar aja anak-anak di kampus bisa tebak itu kamu, Bin. Mereka jadi gimana gitu 'kan sama kamu. Kalau kamu mau speak up di TV Nasional, tanpa sensor, kamu bakal dapat hujatan, Bin."

Fina coba meyakinkan tetapi Binar sudah bertekat. Lebih baik ia mendapat hujatan seumur hidup dibanding tiap langkahnya berat menanggung beban rasa bersalah.

Akhirnya ia mendapat bantuan dari Hutomo, ayah Fina. Yang ternyata dia juga mengenal Ameysa, karena sahabat dari istrinya.

Sebelum datang menjadi saksi persidangan Atmadja, Binar datang ke stasiun TV lebih dulu untuk melakukan siaran off air. Semua ia buka secara gamblang di sana dan berharap bisa mengembalikan kepercayaan para investor ke GiNus.

Last Project [END- TERBIT]Where stories live. Discover now