08

1.8K 240 37
                                    

"Kenapa kalian lakuin hal sejahat ini sama saya! sentak Binar di hadapan keluarga Gata.

Perjanjian antar keluarga yang dijadikan alasan untuk sebuah pernikahan. Sangat tidak masuk akal. Binar tidak pernah ikut andil dalam perjanjian itu, tetapi harus terlibat di dalamnya.

"Saya nggak bisa terima ini."

"Hubungan kalian sudah sah di mata hukum," jawab Atmadja.

"Lagian, kalau kamu nggak mau nikah, kamu harus bayar pinaltinya. 98 Miliar dolar Amerika. Itu biaya yang pernah kupinjamkan ke Neizimar."

"Maksud Anda, ayah angkat saya menjadikan saya jaminan pada Anda?" seru Binar terbelalak.

"Enggak. Cuma ... ya begitulah," jadwal Atmadja asal dan membuat Binar makin kesal.

"Saya cuma anak angkat, Pak! Jangan libatkan saya! Gimana saya bisa bayar uang 98 Miliar dolar itu. Ayah saya cuma penarik bentor dan buruh taman, ibu saya cuma petani sayuran yang lahannya kecil. Tolonglah, jangan buat drama seperti ini. Terlalu klasik, Pak Atmadja."

"Terus kamu mau skenarionya gimana?"

"Saya akan lakukan gugatan cerai. Ini hanya pernikahan paksa dan saya bisa meminta perlindungan hukum!" tantang Binar tidak menyerah. "Saya akan pulang. Ini bukan rumah saya!"

Binar kembali ke kamar di mana ia bangun tadi lalu mengambil barang-barangnya. Namun, saat akan keluar, Gata sudah ada di dalam dan berdiri di balik pintu.

"Saya mau—"

"Bentar aja!" pangkas Gata. Pria itu mendekati Binar. "Bentar aja. Bantu aku lupain Maisa."

Binar mengernyit keheranan. "Enggak. Mas Gata cuma mau manfaatin saya."

Tidak ada jawaban dari Gata selain parasnya yang datar.

"Hubunganmu dan Mbak Mai berakhir buruk, 'kan? Terus, kamu mau manfaatin aku biar Mbak Mai sakit hati. Iya, 'kan!" sentak Binar sangat keras dan melengking.

Karena kemarahan itu membuat kepala jadi pusing. Binar putuskan untuk duduk sambil memijit pelipisnya. Baru juga menegakkan badan, ia merasa ada sesuatu mengalir dari hidungnya.

"Darah!" seru Gata buru-buru mengambil tisu dan menyumpal asal hidung Binar. "Kamu mimisan!"

Binar mendorong Gata agar menjauh.

"Udah beberapa minggu ini jarang tidur. Udah kelar semua malah dapat masalah kayak gini. Apa orang-orang pengen aku mati cepet, ya!" gerutu Binar sambil mengambil barang-barangnya kemudian keluar.

Baru beberapa langkah dari kamar, Binar duduk karena pusingnya belum hilang. Setelah merasa lebih baik, ia menuruni anak tangga dan masih melihat keluarga Gata di ruang tengah.

"Binar, kenapa!" seru wanita bercadar menghampirinya, disusul oleh dua wanita paruh baya dan seorang wanita muda yang baru Binar temui hari ini. Dia Kirana, adik Gata.

Karena sudah terlanjur marah dengan orang-orang itu, Binar mengabaikan kepedulian mereka dan pergi begitu saja.

Hentakan kakinya begitu keras menjejaki paving jalan komplek perumahan mewah itu. Hatinya serasa panas. Teriakan hanya bisa tercekat di kerongkongan karena takut menarik perhatian orang. Berakhir dengan rasa sabar dan buru-buru menemui orang tuanya.

"Waduuuuh! Pengantin baru pulang, nih! Suaminya mana, Bin!" goda salah seorang tetangga yang duduk di pos kamling di gang masuk kampung.

Tentu saja Binar kaget. Tetangganya tahu. Itu artinya, pernikahan ini benar-benar terjadi? Diabaikan itu semua dan lari agar cepat sampai di rumah.

Last Project [END- TERBIT]Where stories live. Discover now