26

1.4K 216 7
                                    

Rumah masih sangat sepi saat Binar kembali. Nuriah juga belum bangun dan ia segan ingin mengetuk pintu sekadar ingin meminjam uang untuk membayar driver ojek onlinenya.

Di depan kamar yang terletak dekat dapur itu, tangan Binar hanya menggantung, ragu untuk mengetuk. Namun, bagaimana dia akan membayar driver ketika semua barang-barang dalam tas kecilnya sudah dibuang entah kemana oleh para penculik. Saat sadar di rumah sakit, tidak ada satu barang pun miliknya di sana.

"Mau ngapain jam segini bangunin, Bibi? Laper?"

Binar tersentak dengan pertanyaan itu. Gata baru turun dari tangga, berjalan ke arahnya.

"Mau masak mie? Biar aku bikinin."

"Oh ... ng ... i-iya, Mas!" Asal saja Binar menjawab.

Gata benar-benar pergi ke dapur. Dia membuka satu per satu kabinet di sana.

"Kabinet nomor dua dari kiri, Mas. Aku simpen mie-ku di situ."

"Oh." Gata menurut dan membuka kabinet sesuai dengan petunjuk Binar.

Pria itu mengambil satu kemudian membaca bagian belakang kemasan. Dari situ Binar bisa menilai kalau Gata tidak pernah membuat mie instan.

Saat Gata akan membuka kemasan, Binar langsung mencetus, "Mas! Pinjamin aku uang!"

Pria itu menoleh dan bertanya, "Berapa juta?"

"Juta?" gumam Binar. "Cuma tiga puluh tiga ribu tujuh ratus rupiah."

"Mienya nggak jadi?" tanya Gata.

"Enggak."

Pria itu bergeming lalu pergi ke lantai dua kemudian kembali dengan membawa uang seratus ribuan.

"Nggak ada uang kecil?"

"Uangku gedhe semua!"

"Dih!" Binar mencibir.

"Mau, nggak?"

"Kalau nggak ada kembaliannya gimana? Mana masih pagi banget gini."

"Yaudah kasih aja semua!"

"Sayang, 'kan? Masih sisa enam puluh—"

"Mau, nggak!" pangkas Gata.

Dengan berat hati Binar mengambil uang itu dan pergi keluar. Membayar driver dan benar dugaannya kalau tidak ada kembalian. Binar pun memberikan semuanya dan kembali ke rumah.

"Drivernya nggak punya kembalian, tapi sebelum serahkan uangnya tadi sudah aku niatkan sedekah atas namamu, Mas."

"Rabbana taqabbal minna innaka antas sami'ul alim," ucap Gata melafazkan doa usai bersedekah.

"Aamiin," sahut Binar mengusap wajahnya.

Kemudian mereka berjalan ke lantai dua. Di tengah-tengah tangga Gata bertanya, "Tadi pake Bin siapa?"

"Papi, lah!"

"Enggak. Harusnya Bin Gista Rastuhata."

Binar menoleh dengan kening mengernyit.

"Sudah kubilang, 'kan? Aku ini anak di luar nikah. Aku nggak punya hak atas Papi, termasuk nasabnya."

Binar berhenti sebelum sampai di depan kamar. Sedih rasanya mendengar itu.

"Orang tuaku pezina, dan anak yang lahir dari hubungan itu adalah kerugian."

"Kok gitu? Yang salah 'kan mereka. Mas tuh lahir di dunia ini suci, nggak bawa dosa. Yang rugi mereka, bukan kamu, Mas. Lihat, sekarang! Orang-orang kenal kamu sebagai CEO yang gigih. Prestasimu di mana-mana, loh. Aku search nama kamu di google, udah keluar tuh pencapaian kamu. Yang baru-baru ini masuk di 30 Under 30 Asia versi majalah Forbes, kan?"

Last Project [END- TERBIT]Where stories live. Discover now