Part 16

1.7K 45 0
                                    

1590 words

▪︎▪︎▪︎

Bad and good.

Who's gonna win?

▪︎▪︎▪︎

Setelah libur di hari Selasa, kegiatan belajar mengajar kembali berjalan di hari Rabu.

Garka berjalan dengan aura penuh intimidasi di lorong. Dia berhenti di depan pintu ruang kepala sekolah. Kemudian lelaki berbahu lebar itu masuk tanpa mengetuk pintu. Setelah beberapa lama di dalam sana, Garka kembali keluar dengan wajag yang lebih dingin dari sebelum ia masuk.

Garka diam tak bergeming di depan pintu kepala sekolah kala ia hampir bertabrakan dengan seseorang.

"Gar?" Gadis itu, Geava, terkejut melihat Garka baru saja keluar dari ruang kerja papanya.

"Hm. Mau masuk?" tanya Garka dengan suara lirih tapi berat.

Geava mengangguk perlahan.

Garka menggeser tubuhnya dan memberikan jalan untuk Geava. Gadis itu masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Setelah Geava pergi masuk, Garka menunggu di luar. Beberapa guru melihatnya dan bertanya apa yang Garka lakukan. Garka hanya membalas mereka singkat.

Setelah menunggu hampir sepuluh menit dan bel masuk hampir berbunyi, akhirnya Geava keluar juga.

"Gar? Lo masih di sini?" tanya Geava kaget melihat keberadaan Garka.

"Gue nungguin lo," jawab Garka terus terang.

"Nungguin gue?" Geava menatap ke sekitar. Kondisi lorong tidak sepi. "Mau ngobrolin apa? Jangan di sini, ikut gue."

Geava bergerak pergi berharap Garka mengikutinya. Dan lelaki itu mengikutinya. Mereka pergi ke sudut sekolah di bawah tangga. Geava memastikan sekali lagi bahwa tidak ada orang yang melihat mereka. Setelah merasa aman, Geava menatap yakin Garka yang berdiri di depannya.

"Oke. Lo bisa ngomong."

Garka berdehem singkat sebelum bicara. "Gue cuman mau tanya. Lo ngobrolin apa sama papa lo tadi?"

Geava mengernyit. "Cuman masalah nilai sama universitas yang mau gue tuju," jawabnya lalu memandang Garka cukup lama. "Lo sendiri? Kenapa lo dipanggil sama papa?"

Sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, Garka menyandar ke dinding di belakangnya.

"Gue dapet peringatan, karena sering bolos."

Oh pantas saja kepala sekolah sendiri yang memanggil Garka. Setahu Geava, Garka hampir setiap hari membolos sejak ia menjadi murid baru.

Geava menggelengkan kepalanya. "Kenapa sih lo suka banget bolos? Ga takut dikeluarin apa? Emangnya lo ga mau kuliah, Gar?"

"Lo khawatir sama gue?"

Geava menghela nafasnya. "Iya. Gue khawatir sama masa depan lo."

Garka menyeringai tipis lalu mengacak rambut Geava. Sontak Geava mendelik dan mengerang kesal.

GARKA : Bad MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang