Part 18

1.5K 49 0
                                    

1161 words

▪︎▪︎▪︎

If only he said,

"I will stop and I'll be yours."

▪︎▪︎▪︎

Geava ngerasa dia sama sekali ga mengenal Garka. Baginya, sosok Garka masih terasa sangat abu-abu dan misterius. Walaupun, Geava kadang merasa bahwa ia lebih dekat dengan Garka daripada orang lain. Tapi masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang Geava pendam sendiri dan tidak berani dia tanyakan langsung ke Garka.

Pertanyaan-pertanyaan seperti... Siapa Garka? Kenapa ia bisa tinggal sendirian di apartment? Apa setelah meninggalnya orang tuanya Garka udah terbiasa mengurus dirinya sendiri? Bagaimana kehidupan cowok itu setelah kematian orang tua dan suadaranya? Apa sekarang Garka hidup dengan baik? Apa dia makan dengan baik? Kenapa Garka masih tidak mau memutuskan Alura? Kenapa Garka masih terus mempertahankan hubungannya dengan Alura? Padahal Garka selalu bilang, dia tidak menyukai Alura dan lebih menyukainya. Apa yang sebenarnya lelaki itu rencanakan? Rahasia apa yang lelaki itu miliki sekarang? Apa yang Geava tidak tahu?

Apa dan kenapa. Geava pusing sendiri memikirkannnya.

Garka benar-benar menjadi kepingan puzzle yang lebih berantakan daripada hidup Geava sendiri.

"Ge, gimana kalo gue ngomong, gue pernah bunuh orang?"

Geava melotot dan menoleh cepat ke arah Garka. Mereka saat ini lagi di atap. Entah bagaimana, tapi udah jadi kayak kebiasan rutin jika Geava harus menemui Garka di atap.

"Lo pernah bunuh orang?" tanya Geava dengan tatapan horor.

Garka tersenyum. "Belum," balasnya lirih dan seperti ada keraguan di dalamnya.

"Kenapa tiba-tiba ngobrolin ini? Lo mau bunuh orang, Gar?"

"Satu-satunya orang yang pasti bakalan gue bunuh adalah cowok yang berusaha buat deketin lo."

Geava sontak memutar bola matanya.

"Anyway, apa lo udah suka sama gue?" tanya Garka mengalihkan topik.

Butuh waktu lama untuk Geava membalas. "Mmm ... mungkin?"

"Mungkin?" Garka butuh jawaban yang lebih jelas dari mungkin.

"Dikit," aku Geava, tersenyum malu.

Garka ikut tersenyum dan mengacak rambut gadis itu. "Good. Gue seneng, meski cuman dikit."

Geava kesal lalu membenarkan tatanan rambutnya kembali. Namun, nafasnya dibuat tercekat saat Geava bisa merasakan wajah Garka yang begitu dekat dengannya.

"Ge."

Garka menarik dagu gadis itu agar Geava menatapnya.

"L-lo mau ngapain?" Jantung Geava berdetak kencang.

Garka tersenyum tipis dan melirik bibir gadis itu. "Let me."

Geava makin ketakutan. Ia tahu jelas apa yang diinginkan lelaki itu.

"Ihhh! Engga!" Geava buru-buru memalingkan muka dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Sekali aja." Garka masih mendekatkan wajahnya dan menunggu Geava memberikan apa yang dia mau.

"Engga!!" Geava terus menutupi wajahnya. Demi apapun gue ga siapppp.

"Ge."

"Enggak! Pokoknya engga!"

GARKA : Bad MissionWhere stories live. Discover now