Part 21

1.4K 53 0
                                    

▪︎▪︎▪︎

Selesai berbincang dengan polisi dan bodyguard di luar, Neo pergi untuk menemui Alura yang dirawat di ruang VIP sebuah rumah sakit ternama. Kasus Nando sedang diurus dan persidangannya adalah besok, meski begitu sekarang pria itu sudah mendekam di dalam sel tahanan. Neo membuka pintu dan melihat Mira masih menjaga Alura, wanita itu tampaknya sudah benar-benar berubah dan tidak akan meninggalkan Alura lagi. Neo tersenyum lega dan berjalan mendekati mereka.

Ia berbincang dengan Mira lalu wanita itu harus meninggalkan ruangan itu. Neo menggantikan Mira duduk di kursi samping kasur Alura.

"Alura gimana keadaannya?" tanya Neo.

Alura tidak menjawab dan hanya menatap ke arahnya. Sampai satu tangan gadis itu tiba-tiba terangkat dan menyentuh pipinya. Pipinya yang dingin perlahan menghangat.

"Lo gapapa?"

Neo mengangguk, sedikit terkejut mendengar pertanyaan Alura. "Alura sendiri gimana?" tanyanya. Masih membiarkan tangan Alura mengelus lembut pipinya.

"Better."

Senyum Neo semakin melebar. "Neo ke sini buat bilang makasih."

"Makasih karena Alura udah mau bertahan sampai sejauh ini."

Alura berhenti mengelus pipi Neo. Gadis itu tersenyum tipis. "Sama-sama..." balasnya dengan suara lemah.

Neo menunduk. "Neo juga mau minta maaf..."

"Karena mungkin apa yang Neo lakuin bukan hal yang Alura mau..." Neo menjeda, menatap Alura dengan dalam. "Alura selalu bilang kalo ... Alura ga mau papa Alura masuk penjara."

"Its fine... gue ngerti, mungkin itu yang terbaik sekarang. Gue gak nyalahin lo."

Neo menggenggam tangan Alura yang di pipinya. Menggenggamnya erat dan menatap Alura cukup lama. Mereka hanya saling diam. Neo tersenyum kemudian menjatuhkan kepalanya di lengan atas gadis itu, masih menggenggam erat jari-jari tangan gadis itu.

"Neo ngantuk..." gumamnya yang bisa didengar oleh Alura.

Alura segera mengelus kepala Neo dengan tangan kirinya. Nafas Neo terdengar berat.

"Alura ..."

"Masih ada satu hal yang pengen Neo sampein..."

Neo mendongak dan perlahan kembali duduk dengan tegap. Alura terdiam, entah kenapa ia merasa takut akan hal yang ingin dikatakan oleh Neo. Ia takut jika Neo akan mengatakan bahwa tugasnya telah selesai dan sekarang adalah waktunya untuk lelaki itu meninggalkannya.

Alura tidak siap.

Alura tidak ingin mendengarnya.

Sangat tidak ingin mendengarnya.

Gadis itu memejamkan matanya erat-erat.

"Neo bakalan tetep pilih Alura."

Alura kembali membuka matanya dengan terkejut.

"Dari awal itu udah jadi keputusan Neo buat pilih Alura. Udah jadi keputusan Neo sendiri yang pengen jagain Alura."

"Dan keputusan itu ga akan berubah."

"Neo bakalan tetep milih Alura."

"Ga perlu pikirin perasaan Neo gimana. Neo milih Alura dengan segala resikonya. Dan Neo bakalan berusaha buat jatuh cinta sama Alura."

Deg.

Tidak mungkin. Alura menatap Neo dengan tidak percaya.

"Peluk gue."

Alura sangat berharap jika Neo mau melakukannya.

And he did. Alura mengangkat perlahan tubuhnya dan Neo langsung menarik dan membawanya ke dalam dekapan lelaki itu.

"Neo di sini ... dan Neo ga akan ninggalin Alura... ga akan..." bisik Neo dengan suara lirih dan sedikit berbeda dari biasanya.

Alura tersenyum di balik wajahnya yang ia sembunyikan di dada lelaki itu. Neo sampai pindah duduk di kasur hanya agar Alura lebih nyaman saat memeluknya.

Alura memeluk Neo lebih erat. Hangat. Alura menyukai apapun tentang Neo. Wangi tubuhnya, suaranya, caranya bicara, caranya menatapnya, binar matanya, senyumnya, lesung pipinya. Semuanya.

He felt so unreal.

He felt like dream.

He was too good to be true.

▪︎▪︎▪︎

▪︎▪︎▪︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuk.

Tuk..

Tuk.

Tuk..

Lelaki itu memejamkan kedua matanya. Ujung jarinya terus mengetuk meja.

Sejauh ini, semuanya sesuai rencana.

Sejauh ini, tidak ada kecacatan dalam tindakannya.

Garka tampak santai di apartemennya. Duduk menyandar pada sofa. Rambut lelaki itu berantakan. Matanya terus terpenjam tenang. Jarinya terus mengetuk meja di samping sofa menimbulkan satu-satunya suara yang ada di sana. Tidak ada yang perlu dia lakukan malam itu kecuali menunggu informasi lengkap tentang semua hal yang sedang terjadi di luar sana.

▪︎▪︎▪︎

GARKA : Bad MissionWhere stories live. Discover now