••12°°

59.9K 4.9K 229
                                    



Senyuman manis dari ley cukup membuat gilden bersabar,apa lagi si kecil itu memberikan kertas yg berisi karya hasilnya sendiri.

"Terimakasih"
Tangannya dengan kaku mengambil kertas dari ley,memandang kertas dan ley berkali-kali sebelum tangannya menyimpan kertas itu di dalam tasnya,dia sungguh akan menyimpan kertas itu dengan baik,sebab pemberian dari si kecil berwajah manis itu.
Bukan manis lagi bahkan sudah menjurus ke cantik.

"Aku akan menyimpannya"
Sungguh gilden tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil,maka dari itu dirinya sedikit kaku.

Lavin walaupun hanya diam dari tadi,tak di pungkiri dia merasa cemburu melihat kedekatan antara teman dan adiknya ini.
Jadi untuk apa tadi dirinya menghindari teman-tema nya itu jika pada akhirnya mereka juga mengetahui adiknya.

Kelas berjalan pada semestinya,ley sebenarnya sudah bosan duduk diam di pangkuan Abang nya,namun apa boleh buat bahkan tangan besar itu tidak merenggang sedikitpun dari pinggangnya,bagaimana lah caranya dia bisa keluar dari ruangan ini tanpa abangnya.
Padahal dia sudah membuat rencana agar bisa bebas jika sudah di kampus Lavin.

Lagi pula dari tadi dirinya merasa haus,haus akan susu begitu maksudnya,sejak dirinya masuk ke tubuh ley asli dirinya juga merasa candu dengan susu.

Bahkan dengan memikirkan nya saja cukup membuat bibir ley kering.
Gilden yg duduk di samping Lavin meremas tangannya apa lagi melihat adik dari sahabatnya itu sedang menghisap bibirnya sendiri.

Dia tak tau apa yg dilakukan oleh ley,dia berpikir ley seperti seorang bayi yg sedang mengemut bibirnya sendiri karena haus,sangat lucu,jika ley adiknya mungkin dia tak akan mau memperlihatkan wajah manis adiknya di muka umum,apa lagi kepada teman-teman nya,tidak akan sama sekali.

Cukup lama emang,bahkan ocehan dosen yg ada di depan membuat mata ley memberat.

Wajah ley bahkan sudah layu, kepalanya sudah bersembunyi di dada Lavin menghadap ke arah gilden.

Lavin bahkan tak menyadari bahwa si kecil sudah mengantuk,berbeda dengan gilden yg terus memperhatikan wajah manis ley yg hampir terlelap,tangan nya gatal untuk merebut ley dari Lavin,namun jika dia merebut si kecil mungkin saja akan membangunkan mahkluk kecil itu.

Ley yg sudah di ambang batas masih sempat membawa tangan Lavin ke arah mulutnya,menghisap jari telunjuk milik Lavin karena dia merasa bahwa yg ada di mulutnya adalah ujung tabung susu,jadilah sekarang anak itu tertidur sambil menghisap jari Lavin.

Lavin yg menyadari ada yg menghisap jarinya tentu saja merasa cukup kaget,apa lagi dari tadi dirinya yg sibuk mendengarkan penjelasan dosen, tiba-tiba ada sesuatu yg basah dan lembut sedang menghisap jarinya.

Lavin menunduk melihat apa yg sedang dilakukan sang adik pada jarinya,ah lihatlah mulut mungil itu bergerak kecil namun terasa sangat kuat menghisap jari telunjuknya.

Dengan lembut Lavin memperbaiki tidur ley yg menyamping,dengan satu tangan menyanggah kepala ley seperti bayi, sedangkan tangannya yg satu lagi masih di genggam oleh sang adik.

"Apa itu kebiasaan nya?"
Tanya gilden pelan,namun masih terdengar oleh Lavin yg masih menelusuri wajah manis ley.

"Kurasa begitu"

Gilden menyerngit"dia benar-benar adikmu bukan?"bingung gilden bahkan Lavin kurang yakin terhadap jawaban.

"Ck tentu saja!"sengit Lavin bertepatan dengan kelas yg sudah selesai,Lavin berdiri memperbaiki tidur ley kegendongan koala membuat si kecil bergerak gelisah dalam kendongan Lavin,tak lupa ke empat temannya juga mengikuti di belakang.

precious baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang